Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Sabtu, 18 Mei 2019

Kewajiban yang menggugurkan sunnah

Tahajjud dan ngeloni bojo

Gus baha

Beberapa orang tamu menanyakan niat mulia mereka untuk meningkatkan iman dan takwa dan ibadah para warga. Yakni menggelar shalat tahajjud bersama-sama setiap malam.

Gus Baha’ menukas cepat, “Ora usah aneh-aneh....”

“Lho, Gus, ini kan amal soleh, bahkan ayatnya ada dalam al-Qur’an, waminal laili fatahajjad bihi nafilatan laka....”

“Koyok Cah Tsanawiyah wae senengane ndalil, heee....”

“Gus, mohon dukungannya, ini program yang sangat mulia. Rasulullah Saw dikabarkan shalat sampai betisnya bengkak kan.....”

“Rungokno,” kata Gus Baha’. “Tahajjud iki sunnah. Tur tidak ada aturan berjamaah. Sehingga bisa dilaksanakan sendiri-sendiri. Tok kiro ngeloni bojo ki ora berpahala gede, po? Tok kiro istirahat wengi ben sesuk sehat sergep nyambut gawe demi nafkahi anak bojo ki ora gede pahalane?”

“Iya sih, Gus, tapi ini kan maksud kami adalah menggalang kemuliaan....”

“Wes, rasah aneh-aneh. Islam iki ra angelan. Gampangan banget.
Sek marai angel rak ming sampeyan-sampeyan iki.
Opo sek tok pikir mulia bukanlah satu-satunya kemuliaan di mata Allah Swt.
Benke Allah Swt sek ngerteni, ora awak dewe, menungso akhir zaman ngene.
Wes, saiki sampeyan-sampeyan balio, keloni bojone dewe-dewe.
Dewe-dewe lho ya.
Ora usah berjamaah....”
...😀😀😃😃😃😃😃

Jumat, 17 Mei 2019

Cublak Cublak Suweng

KIDUNG CUBLAK-CUBLAK SUWENG

Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Hening, Sejati) atau Harta Sejati.

"Suwenge teng gelenter"

Suwenge Teng Gelenter artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di diri kita sendiri.

"Mambu ketundhung gudel"

Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.

"Pak empo lera-lere"

Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.

"Sopo ngguyu ndhelikake"

Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yang menyembunyikan). menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum - sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.

"Sir-sir pong dele kopong"

Sir (kesadaran) pong dele kopong (kedelai kosong). Artinya keheningan. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemukan "Tempat Harta Sejati" (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi dll, serta senantiasa mengamati dan mengasah tajam Sir/roso nya atau kesadarannya.

Selasa, 14 Mei 2019

Hari Jum'at

*RENUNGAN FAJAR 3 Mei  2019*
      
     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

              بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
  Rasulullah صلى الله عليه وسلم   
                  bersabda,
  "Barang siapa yang mandi
            pada hari jum'at
                 kemudian
    berangkat di awal waktu,
               berjalan kaki
   dan tidak naik kendaraan,
    mendekat kepada imam,
        menyimak khutbah
         dan tidak berkata/
            berbuat sia-sia,
    maka dia mendapatkan
  dengan setiap langkahnya
          'amalan setahun
             pahala puasa
                      dan
          shalat malamnya.
        (Diriwayatkan oleh :
  Abu Daud dan at-Tirmidzi;
         dishahihkan oleh :
                al-Albani).

Rasulullah صلى الله عليه وسلم   
                 bersabda,
   "Barang siapa berwudhu
                      dan
  membaguskan wudhunya
                 kemudian
  mendatangi shalat jum'at,
    lalu mendengar khutbah
          dan diam,  maka
       diampuni dosa2nya
     antara jum'at tersebut
  dengan jum'at berikutnya
      ditambah tiga hari..."
  (Hadist Riwayat Muslim).

  Rasulullah صلى الله عليه وسلم   
                 bersabda,
    "Perbanyaklah shalawat
   kepadaku pada hari jum'at
         dan malam jum'at,
             barang siapa
         yang bershalawat
        kepadaku satu kali
     maka الله bershalawat
    kepadanya sepuluh kali.
  (Shahihul Jami no : 1209).

             Sahabat2. Q
                      

  Rasulullah صلى الله عليه وسلم   
                bersabda,
     "Pada hari jum'at itu
     ada dua belas waktu,
   tidak didapati padanya
     hamba yang muslim
   yang meminta sesuatu
               kepada الله 
          kecuali الله  beri,
                   maka
    carilah waktu tersebut
        pada akhir waktu
           setelah ashar.
(Shahih an-Nasai no:1389).

  Rasulullah صلى الله عليه وسلم   
                bersabda,
     "Sesungguhnya pada
            hari jum'at itu
          ada satu waktu,
  tidaklah seorang muslim
             menepatinya
     dengan berdiri shalat,
        meminta kebaikan
               kepada الله
kecuali pasti akan DIA beri."
     Nabi mengisyaratkan
        dengan tangannya
            menunjukkan
     bahwa waktu tersebut
        sedikit dan singkat.
(Hadist Riwayat al-Bukhari
                 no : 935,
          Muslim no : 852).

Leluhur Gus Dur

Karomah Moyang Gus Dur, Sebelum Lahir Allah Berikan Ujian Berupa Bongkahan Emas

Jombang, NU Online
Pesantren Tebuireng dan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang punya ikatan keluarga yang sangat kuat. Tokoh pesantren ini dipersatukan pada jalur KH Soichah. Kiai Soichah nama aslinya adalah Abdus Salam, punya dua menantu bernama KH Said dan KH Usman. Kiai Abdus Salam merupakan putra Kiai Abdul Jabbar putra Kiai Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin Kiai Abdurrohman (Joko Tingkir).

Dari jalur KH Said lahir KH Hasbullah yang kemudian melahirkan KH Abdul Wahab Hasbullah. Sedangkan KH Usman menurunkan Halimah (Winih) yang kelak dinikahi oleh KH Asy'ari dan melahirkan Pendiri Pesantren Tebuireng, KH Hasyim Asy'ari.

Kiai Usman sendiri menikah dengan putri Kiai Soichah bernama Layyinah. Kemudian menurunkan Halimah (Winih), Tandur, Cukul, Lilir dan Jebul. KH Usman merupakan putra dari KH Hasan yang berasal dari Demak, Jawa Tengah. Konon, KH Hasan masih keturunan dari Raden Patah, pendiri kerajaan Demak Bintoro. Kiai yang biasa disapa Mbah Hasan adalah seorang yang haus akan ilmu, kemudian sampailah ia di padepokan yang dipimpin KH Soichah.

Menurut Pengasuh Pesantren Al-Ghozali Bahrul Ulum, KH Jauharuddin Al-Fatih, Kiai Said saat itu lebih fokus pada pelajaran syariat dan bertempat tinggal di sisi barat sungai yang dinamai Dusun Tambakberas. Sedangkan Kiai Usman bermukim di bagian timur sungai, Dusun Gedang. Dua menantu Kiai Soichah ini menekuni ilmu yang berbeda, Kiai Said di bidang syariat dan Kiai Usman bagian ilmu thariqat.

"Pesantren Bahrul Ulum dirintis sejak tahun 1825 dan Pesantren Tebuireng dirintis pada tahun 1899. Dua pesantren ini punya hubungan yang kuat, jadi wajar kalau KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah itu punya hubungan yang sangat dekat, karena pendahulunya KH Said dan Kiai Usman sama-sama menantu pendiri Pesantren Bahrul Ulum Kiai Soichah" kata Kiai Jauharuddin Al-Fatih saat dijumpai di kediamannya, Senin (13/5).

Jalur thariqat Kiai Usman didapatkan lewat Kiai Wahab dari Jorosan yang mengamalkan thariqat Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Dan ketika Kiai Usman meninggal dunia pengembangan pondok thariqat pindah ke Kapas, Peterongan, Jombang dikarenakan ia tidak punya penerus anak putra.

Hingga saat ini, jamaah thariqat ini masih eksis dan terus memiliki pengikut. Sementara sisa santri yang masih ada sebagian pindah ke sebelah barat sungai, bergabung dengan pondok Kiai Said. Sebagian lagi ikut menantunya bernama Kiai Asy'ari ke Jombang bagian selatan tepatnya di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Jombang. Kemudian dari sini berkembang menjadi Pondok Pesantren Tebuireng.

Ada kisah menarik saat Kiai Usman belum lahir. Saat ia masih di dalam kandungan sang ibu, ayahnya Kiai Hasan mengalami kejadian unik. Saat itu Kiai Hasan sedang memasak nasi di atas tungku, tiba-tiba telihat benda berkilau di dasar tungku. Setelah diamati oleh Kiai Hasan, tampaklah bongkahan-bongkahan emas. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengambil cangkul dan menggali tanah untuk mengubur emas tersebut sambil meratap, "Bukan ini duh Gusti yang hamba cari. Bukan ini".

Kiai Hasan mengharapkan keturunan yang bisa melampiaskan dahaganya akan ilmu pengetahuan. Doanya pun terkabul, tak lama kemudian lahirlah anak laki-laki yang diberi nama Usman. Usman kemudian dititipkan kepada Mbah Soichah untuk dididik secara langsung. Pemuda bernama Usman ini akhirnya menjadi salah seorang murid terpandai sehingga Mbah Soichah merasa perlu mengangkatnya sebagai menantu.

Selain menitipkan putranya ke ulama, Kiai Hasan dan sang istri sepanjang pernikahan dan ketika mengandung, suami-istri ini melakukan tirakatan. Tirakatan tersebut antara lain berpuasa selama 22 tahun lamanya.

"Kiai Usman adalah sosok kiai yang kuat dzikir dan tirakatnya, masjid tempatnya wiridan masih ada hingga saat ini. Masjid itu diberi nama Al-Utsmani," jelas KH Jauharuddin.

Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU Kabupaten Jombang ini menjelaskan, Kiai Usman selain sebagai tokoh agama ahli tharikat ia juga merupakan ahli dalam pengobatan. Banyak masyarakat sekitar yang datang ke rumahnya untuk berobat. Bila ditelisik, rumah Kiai Usman berada di lokasi yang saat ini ditempati  Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 3 Jombang, tepatnya barat MTsN 3 Jombang.

Bahkan Kiai Usman punya tempat khusus untuk menumbuk atau menghaluskan obat yang akan diberikan kepada pasien. Tempat tersebut berupa batu yang cukup besar dan bagian tengahnya dilombangi. Sehingga tak mengherankan bila di kemudian hari ada keturunan KH Usman yang menjadi dokter, bernama dr Umar Wahid.

"Batu ini masih ada di depan asrama Pangeran Dipenogoro Pondok Induk Bahrul Ulum Tambakberas. Bisa dicek di sana, bisa difoto juga. Insyaallah masih dijaga sama pengurus," jelas Kiai Jauharuddin.

Doa Kiai Hasan yang ingin memiliki keturunan yang soleh-solehah tampaknya terwujud lewat Kiai Usman. Hal ini bisa kita lihat dari keturuannya yang kelak menjadi tokoh besar seperti KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, KH Karim Hasyim, Nyai Khoriyah Hasyim dan Muhammad Yusuf Hasyim. Di era modern ini, keturunan Kiai Usman terus menghiasi perkembangan Indonesia seperti Gus Dur, KH Shalahuddin Wahid, dan Yenny Wahid.

Menurut juru kunci makam Kiai Usman yang bernama Mbah Fatih, di antara keturunan Kiai Usman yang punya perhatian khusus ke tempat peristirahatan terakhir Kiai Usman adalah Gus Dur. Presiden RI ke-4 ini pada tahun 2001 secara khusus membangun lokasi sekitar makam agar para peziarah lebih nyaman. Bahkan sebelum wafat pada tahun 2009 lalu, Gus Dur masih menyempatkan diri ziarah ke Tambakberas.

"Dulu makamnya tidak sebagus ini, sekarang sudah ada atap, pakai keramik, dan kamar mandi juga ada. Gus Dur yang merenovasi bangunan ini. Sering datang ke sini, dan kadang tidak ada yang tahu kalau ia ke sini," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)

Dewa Ruci

Cara Cerdik Sunan Kalijaga Kenalkan Konsep Tauhid Lewat Lakon Bima Suci (1)

Di Jawa, para wali berusaha keras untuk menjelaskan tauhid agar dapat dipahami oleh masyarakat. Namun sepertinya ceramah atau khotbah saja nyaris tidak efektif. Buktinya, perkembangan populasi Muslim kala itu tidak signifikan. Beruntung belakangan hadir Sunan Kalijaga, wali sekaligus budayawan yang tidak menginginkan budaya Jawa tergerus budaya impor termasuk budaya Arab sekalipun.

Menyadari keterbatasan bahasa dan platform arsitektur otak manusia, Sunan Kalijaga lantas berinisiatif untuk memanfaatkan budaya sebagai alat peraga dalam berdakwah. Setidaknya keterbatasan bahasa bisa disiasati dengan peragaan aktif seperti wayang. Rupanya gagasan Sunan Kalijaga disepakati dan didukung oleh para wali lainnya, dan muncullah sejumlah lakon-lakon wayang “carangan” yang terbukti jauh lebih efektif ketimbang pidato atau khotbah semata.

Salah satu lakon yang paling populer adalah “Bima Suci” yang dibukukan dalam Serat Bima Suci, tulisan Yasadipura I.

Lakon ini mencoba menggambarkan bagaimana memahami soal ketuhanan dengan keterbatasan arsitektur otak manusia.

Lakon Bima Suci diawali dengan hasrat Bima untuk mengetahui asal-usul kehidupan (sangkan paraning dumadi) dan tujuan akhir setelah kematian (kasedan jati). Digambarkan dalam lakon tersebut, Bima tidak punya siapa-siapa yang bisa ditanya soal keruhanian tersebut. Satu-satunya guru yang dia miliki hanyalah Dronacharya dan Bima tahu persis bahwa Drona adalah guru perang (kemiliteran), bukan guru agama. Namun Bima nekad menanyakan soal asal-usul kehidupan dan target utama setelah kematian kepada Drona.

Melihat hasrat Bima yang menggebu-gebu, Drona tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa dia tidak tahu. Drona menggunakan analogi dalam teknik peperangan, bahwa manakala seseorang sudah terjepit karena kalah kekuatan maupun strategi, maka tinggal kesungguhan dan keberanianlah yang mampu mendatangkan keberuntungan untuk berjaya atau setidaknya selamat dalam peperangan.

Dengan analogi ini, Drona lantas menguji sang Bima. Drona berkeyakinan bahwa hasrat yang mulia pasti akan ada jalan jika diupayakan dengan kesungguhan. Ini mirip khi dalam ilmu beladiri. Kepalan tangan kita hanyalah daging (otot) dan puluhan tulang kecil-kecil yang rata-rata lebih kecil dari puntung rokok. Jika kita benturkan dengan tembok atau pohon, secara logika akan rusak. Tapi jika kita sodokkan dengan penuh kesungguhan, ternyata sakit pun tidak. Bahkan jika kesungguhan kita tingkatkan lagi, justru dinding atau pohonnya yang bakal rusak. Drona selaku guru perang, tentu sangat menguasai hal ini.
Bima:  “Wahai guru, tolong tunjukkan padaku sangkanparaning dumadi dan kasedan jati”
Drona:  “Bima, ada 2 syaratnya.. Kamu harus buktikan mampu mendapatkan kayu gung susuhing angin dan tirta pawitra”
Bima:  “Dimana aku harus mencarinya?”
Drona:  “Di hutan Candramuka. Hutan itu gawat sekali, sering menelan korban. Kalau tidak siap, jangan berangkat.”

Tanpa pikir panjang Bima langsung menuju ke hutan Candramuka yang konon sangat angker. Disana tidak menemukan apapun selain 2 raksasa yang justru memburunya. Singkat cerita, 2 raksasa dibunuh oleh Bima dan ternyata mereka jelmaan dari Dewa Bayu dan Dewa Indra. Dalam Mahabharata orisinil, Bayu adalah dewanya kekuatan dan angin, sedang Indra dewanya kejayaan. Lakon ini meminjam tokoh 2 dewa tersebut untuk melambangkan bahwa kesungguhan Bima mendapat pertanda baik, mendapat kekuatan dan kejayaan. Merasa tidak menemukan “kayu gung susuhing angin” maka Bima bergegas kembali menghadap sang guru.
Bima:  “Waaah ketiwasan guru… Hutan Candramuka ludes dan saya nggak menemukan apapun selain membunuh 2 raksasa yang ternyata Bayu dan Indra”.
Drona:  “Tidak apa-apa muridku.. Aku bangga, kamu sudah berhasil mendapatkan kayu gung susuhing angin”.

Drona lantas menjelaskan bahwa “kayu” samaran dari “kayun” atau “karep” yang artinya hasrat. Gung artinya besar dan susuhing angin adalah pusat kekuatan. Hasrat yang besar akan memberi kekuatan dan menuntun kita pada kejayaan. Secara simbolik dilambangkan dengan hadirnya Dewa Bayu dan Dewa Indra. Kemauan keras Bima melambangkan khusuknya doa.

Lantas Drona meminta syarat yang kedua.
Drona:  “Bima, kamu harus segera mendapatkan tirta pawitra untuk melengkapi syaratnya”
Bima:  “Dimana harus kucari?”
Drona:  “Di tengah samudera Minangkalbu”
Bima:  “Hah.. dimana itu? Aku baru dengar nama itu”.
Drona:  “Terserah kamu mencarinya.. Kali ini kamu harus mampu mencarinya sendiri tanpa petunjuk dari siapapun”.

Bima pun bergegas pergi tanpa banyak bertanya lagi. Dia artikan Minangkalbu adalah apa yang ada di hati. Maka larilah dia lurus tanpa memilih arah sampai mencapai tepi laut. Disana Bima sempat maju-mundur. Ada rasa takut dan keraguan. Karena masuk ke tengah laut memang sangat berisiko. Bahkan untuk memperpanjang pagelaran, Bima juga sempat dicegah oleh ibu dan saudara-saudaranya (Pandawa) serta Hanuman sebagai kakak seperguruan. Namun akhirnya Bima bertekad bulat untuk masuk ke tengah samudera. Loncatan Bima yang terkenal bisa dari gunung ke gunung itu, kini diarahkan ke tengah laut dan … byur … Bima pun tenggelam ke dasar samudera.

Awalnya Bima sempat disergap dan dililit secara tiba-tiba oleh ular raksasa bernama Nagabanda. Lilitan itu sedemikian kuat dan merata dari ujung kaki hingga kepala, sehingga sangat sulit untuk melepaskannya. Terlebih itu terjadi dalam air, dimana Bima tentu glagepan karena tidak memiliki insang. Kekuatan Bima yang konon 80 kali tenaga gajah ternyata tidak terlalu berarti menghadapi lilitan kuat ini karena tidak ada ruang gerak untuk meronta. Namun berkat kuatnya keinginan untuk melanjutkan petualangannya mencari tirta pawitra, Bima tidak putus asa dalam kegelapan yang teramat berat itu. Di sela-sela lilitan ternyata kedua jempol tangannya bebas. Bima lantas menggerakkan kedua jempol tangannya dengan harapan dapat melukai sang ular dengan kukunya yang panjang dan tajam.

Ternyata benar… sang ular terluka sehingga lilitan sedikit mengendor karena kepala sang ular menuju bagian yang terluka. Momentum ini segera dimanfaatkan Bima untuk meronta sekuat-kuatnya hingga mendapat celah untuk menangkap kepala sang Nagabanda. Kuku pancanaka yang sangat tajam itu dihujamkan ke mata dan mulut sang ular sehingga lilitannya makin lemah. Ular itu lantas dirobek-robek layaknya merobek daun pisang tak berdaya. Namun Bima pun terhempas oleh kibasan ular raksasa yang sekarat itu dan jatuh di sebuah pulau karang kecil di tengah samudera.

Bagian ini ingin menyampaikan pesan bahwa pada dasarnya hal yang paling sulit bagi Bima adalah mengalahkan nafsunya sendiri. Ketika dicegah dengan rayuan dan nasihat oleh ibunya dan saudara-saudaranya, Pandawa, dengan mudah Bima mampu mengabaikannya. Padahal Bima adalah figur yang sangat penurut kepada ibunya. Namun kali ini ibunya pun dikesampingkan. Lantas dicegah dengan kekuatan oleh Hanuman, kakak seperguruan yang kondang menaklukkan Rahwana sang raja super sakti. Kali ini pun Bima mampu meloloskan diri dalam sekejap dengan loncatannya yang melampaui ketinggian gunung. Yang paling sulit justru Nagabanda yang melilitnya tiba-tiba begitu Bima mencapai permukaan samudera. Ular raksasa ini mengibaratkan nafsu. Nafsu memang hanya bisa dikalahkan oleh kemauan keras yang disertai keyakinan bahwa dirinya pasti sanggup mengalahkannya.

Bertemu Dewa Ruci

Bima yang jatuh tengkurap di pulau karang lantas merangkak mencari pegangan untuk berdiri. Begitu menengok batu yang dipegangnya, nampak ada manusia kecil yang hanya setinggi mata kaki tetapi seluruh tubuhnya memancarkan cahaya. Manusia kecil ini adalah Dewa Ruci yang berarti ruh suci. Dewa Ruci lantas menyapa Bima lebih dulu.

Ruci: “Wahai Bima, apa yang kau cari jauh-jauh kesini?”

Bima semula agak jengkel karena ada anak kecil menyapa tidak sopan layaknya sapaan teman sebaya. Namun Bima yang cerdas tidak segera mengungkapkan rasa geramnya. Dia amati si manusia kecil yang memancarkan cahaya itu dengan saksama. Ternyata manusia kecil itu seperti miniatur dirinya. Wajah dan proporsi tubuh dan pakaiannya benar-benar mencerminkan dirinya. Dalam hatinya tebersit sangka bahwa ini pasti hal yang luar biasa. Maka Bima menjawab sapaan dan menyapanya balik dengan penuh kesopanan.
Bima:  “Saya mencari tirtapawitra. Pukulun ini siapa?
Ruci:  “Saya Nawa Ruci Marbudyengrat. Tirta pawitra memang ada disini. Tapi untuk apa?”
Bima:  “Untuk membayar pengetahuan yang saya inginkan, sangkanparaning dumadi dan kasedan jati”.
Ruci:  “Siapa yang akan menjelaskan itu kepadamu?”
Bima:  “Dronacharya guruku”.
Ruci:  “Kamu kan sudah tahu bahwa Drona adalah guru perang, dia tidak akan tahu soal keruhanian seperti itu”.
Bima:  “Iya, tapi Drona adalah satu-satunya guru yang saya miliki. Maka kepadanya lah tempat saya bertanya.”
Ruci:  “Dari mana kamu yakin Drona mampu menjawab?”
Bima:  “Dari rasa bhaktiku kepadanya dan ketulusannya kepadaku selama ini. Beliau pernah bilang bahwa orang yang mau bertanya pasti akan mendapat jawaban meskipun bukan dari orang yang ditanya“.
Ruci  “Naah.. untuk mendengarkan wejangan gurumu, masuklah ke dalam tubuhku melalui lobang telinga kiriku”.
Bima:  “Hua ha ha ha …. mana mungkin saya bisa masuk ke jasad pukulun yang hanya sebesar kelingking”.
Ruci:  “Jangan kuatir … kumpulkan segenap tenagamu dan loncatlah setinggi mungkin agar mencapai kupingku”.

Bima pun semakin bingung. Lah wong disuruh masuk ke tubuh yang kecil saja masih bingung kok malah disuruh loncat setinggi-tingginya. Padahal loncatan Bima konon bisa melampaui gunung.

Namun berkat hasrat yang menggebu, meski bingung, Bima tidak berpikir panjang. Dia pilih taat kepada perintah itu ketimbang berkutat dengan kebingungannya, karena dia sadar yang sedang dihadapinya adalah sebuah aura yang luar biasa dan seirama dengan apa yang sedang dicarinya dalam petualangannya ini.

Maka langsung saja Bima meloncat setinggi-tingginya dengan kekuatan penuh. Dan ternyata benar… Bima harus meluncur ke langit untuk mencapai kuping Dewa Ruci. Dewa Ruci yang hanya sebesar kelingking dan hanya setinggi matakaki, ternyata kupingnya berada jauh di atas awan.

Bagian ini ingin menyampaikan pesan bahwa manakala seseorang berpikir sangat keras untuk mencapai sesuatu dan mengesampingkan hal-hal lain selain fokus pada apa yang dituju, maka sebenarnya dia telah memasuki ambang alam ruhani. Yang ada hanyalah interaksi dengan dirinya sendiri.

Ketika Bima bertemu Dewa Ruci, sebenarnya Bima sudah memasuki ambang alam ruhani. Lakon ini mencoba menjelaskan bahwa di alam ruhani, dimensi ruang sudah tidak berlaku. Besar-kecil, tinggi-rendah, jauh-dekat, arah mata angin sudah tidak berlaku seperti yang kasat mata.

[Bersambung…]

https://islamindonesia.id/budaya/cara-cerdik-sunan-kalijaga-kenalkan-konsep-tauhid-lewat-lakon-bima-suci-1.htm

Senin, 13 Mei 2019

Prof. Said A.S.

MEMANG BEDA KELAS.

Kiai Said itu ulama berkelas internasional. Dapat dipastikan, mereka yang cuma kelas "ustadz" dijamin tak akan mampu mengikuti pola pikir dan sepak terjang Kiai Said. Karena disamping beliau pakar tasawuf, guru besar, juga nasab dan keilmuan bersambung sampai Rasulullah SAW.

Mereka, ustadz kroco, ustadz dadakan, ustadz karbitan, ustadz medsos, ustadz televisi, ustadz media, ustadz selebriti, ustadz demo dan ustadz muallaf karena "tak sampai" pikirannya dalam mengikuti "akrobat" Kiai Said, maka difitnahlah Kiai Said sebagai liberal, syiah, penjilat pemerintah, antek kafir, munafik dan ulama su'.
Mereka menutupi kebodohannya dengan topeng fitnah dan hoax.

Note:
- Ustadz itu profesi dibawah Kiai, Syeikh dan Ulama.
- Ilmu tasawuf itu di atas ilmu fiqh, artinya ulama sufi itu pasti sudah melewati ilmu syariat (fiqh) sebelum ke tasawuf.

Kalau tidak kontroversi bukan Prof. Dr. Said Aqil Siradj namanya. Sejak kepulangannya ke tanah air pada 1994, beliau membuat keriuhan luar biasa. Misalnya beliau melempar gagasan untuk mengevaluasi konsep Aswaja NU.
Karena pembatasan Asya'ariyah dan Maturidiyah dalam aqidah aswaja menurutnya terlalu sempit. Saya mengapresiasi gagasan ini. Dan sempat menanyakan kepada beliau, kenapan gagasan itu tidak dilanjutkan, kata beliau "para kiai tidak menghendaki". Ini sikap tawadhu beliau, dan pekerti seperti ini akhlak khas ulama Nahdhiyin.

Beliau sosok langka. Kata orang Arab, ' ﺫﻛﺎﺅﻩ ﻏﻴﺮ ﻋﺎﺩﻱ ' dzakauhu gairu 'adiy, keceradasan beliau tidak biasa, alias genius. Dalam dirinya terkumpul ﻗﻮﺓ ﺍﻟﺬﺍﻛﺮﺓ , ingatan yang tajam, dan kedua ﺍﻟﻤﻔﺎﻫﻢ ﺍﻟﻐﺮﻳﺰﺓ, pemahaman yang mendalam dan tentu saja beliau dahulu pelajar yang serius, ﺑﺬﻝ ﺍﻟﻮﺳﻊ , mengerahkan upaya lahir batin dalam belajar.

NU beruntung mempunyai ulama pemikir kaliber dunia dengan gagasan genuin seperti beliau. Saya sebenarnya kurang setuju beliau menjadi Ketua PBNU, karena posisi ini akan menyibukan beliau dan kapasitasnya sebagai pemikir besar tidak akan terekplorasi untuk terus menyegarkan basis epistemologi NU; kalam, fikih dan tasawuf, tiga bidang yang sangat beliau kuasai.

Tiga bidang itu menurut saya terjadi kemandegan luar biasa. Mesir berbangga dgn Abas Aqad hingga Hasan Hanafi, Sudan Mahmud Muhammad Thoha, Al-Jazair dengan Arkoun, saya yakin Prof Said Aqil menjadi raksasa pemikir yang konsep-konsep mutakhirnya dalam studi Islam bisa dipelajari diberbagai belahan dunia, seperti kampus-kampus kita mempelajari pemikiran para cendekiawan yang saya sebut sebelumnya.

Berharap boleh kan? Tapi saat ini tidak ada yang lebih pantas menahkodai kapal pesiar lintas zaman; ormas Islam terbesar di Dunia ﻧﻬﻀﺔ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ، NU selain beliau Prof. Said Aqil Siradj. Masalahnya kualitas pemahaman warga NU itu juga tidak merata, tidak sama. Banyak yang belum siap dipimpin oleh intelektual besar seperti beliau.

Dan salah satu keramat NU, organisasi yang didirikan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asyari ini akan dipimpin oleh tokoh dengan kapasitas yang sesuai tantangan zamannya. Jadi beliau saat ini menjadi ketua NU itu boleh dikatakan 'nubuwat', sesuatu yang ilahi, bukan kebetulan.

Banyak warga NU di zaman ini, milenium 21 atau abad 14 H, tapi imajinasinya masih pada zaman Abdullah bin Saba oknum Syiah Rafidhah, masih banyak yang imajinasinya di era oknum pengikut Imam Ahmad bin Hanbal merazia pasar dan menghancurkan toko-toko. Perdebatan itu selesai. Sekarang waktunya kita membangun negara kesatuan NKRI. Yang didalamnya ada Islam dan 5 agama lain, dan dalam Islam sendiri banyak aliran dan faham yang berlainan.
Ada orang-orang NU yang belum move on dan terus melanggengkan perdebatan berabad-abad lampau itu. Kita boleh meyakini kita paling benar, tanpa menafikan hak orang lain mempunyai persepsi yang sama dengan nilai-nilai yang mereka anut. Ini yang diperjuangkan yang mulia Prof. Dr. Said Aqil Sirajd.

Soal yang rame saat ini, yaitu ucapan beliau Syekh-syekh Timur Tengah yang mundar mandir ke Indonesia banyak yang tidak berkualitas, saya setuju kalau yang menyampaikan bukan melalui lisan beliau. Seperti saya-saya inilah. Karena faktanya begitu, tidak semua syekh yang datang hilir mudik ke pesantren-pesantren, ngisi seminar dan konferensi itu bermutu.

Yang saya alami sendiri. Ketika bersinggungan dengan sebagian dari mereka, waktu ngurus acara yang melibatkan ulama dari luar negeri (tidak perlu anda asosiasikan acara mana) ada yang dagang sekolah luar negeri di Indonesia, menawarkan sekolah terbuka kemudian dapat ijazah dan gelar luar negeri dari mereka. Ada juga yang mengunggulkan tarekatnya seakan tarekat dan ulama tarekat lain tidak ada kemuliaannya.

Masalahnya yang mondar mandir ke Indonesia bukan hanya tokoh yang saya maksud, ada Habib Umar bin Hafidz ada Habib Abu Bakar Adni, ada Habib Ali al-Jufri dan nama beken lain. Tentu saja yang beliau maksud bukan tokoh-tokoh itu.

Dalam ucapan beliau terkandung ajakan untuk menghormati kiai dalam negeri, yang tak kalah hebat, jangan terlalu kem-Arab. Perasaan kurang afdhal kalau tidak mengundang ulama LN itu saya kira penyakit. Apalagi tujuannya untuk membranding institusi atau lembaga, terlebih kalau untuk melegitimasi kecenderungan kelompoknya.

Kontroversi beliau saya kira tidak akan berakhir sampai disini (kalau sikap terus terang beliau dianggap kontroversi). Sayangnya orang lebih fokus pada kontroversinya saja, padahal khazanah ilmu beliau luas tak terkira. Barangkali kita perlu merenungkan nasihat Grand Syekh Al Azhar Prof. Dr. Ahmad Thayib "Ketika seorang atau kelompok yang tidak Anda sukai, atau salah, jangan menghilangkan hal-hal baik dalam diri orang tersebut."

Jika tidak disibukan oleh khidmah beliau untuk NU, saya yakin ﺍﻟﺒﺎﻗﻼﻧﻲ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ , al-Baqilani zaman ini akan lahir di Indonesia, dan Prof. Dr. Said Aqil sosoknya. Panjang umur, berkah dan bermanfaat untuk muslim Indonesia Kiaku.
ﻋﻠﻴﻪ ﺗﻮﻛﻠﺖ ﻭﺍﻟﻴﻪ ﺍﻧﻴﺐ .

A.Tsauri (Alumni Lirboyo)

Minggu, 12 Mei 2019

Bungklon

TAHUKAH ANDA ?

©Prabowo tahun 2009 adalah cawapres Megawati.

©Fadli Zon pada Pilkada DKI 2012 adalah jurkam Jokowi-Ahok.

©SBY, mantan menterinya Megawati. Maju nyapres bareng JK, didukung Surya Paloh, nantang Megawati.

©Pilpres berikutnya, JK nyapres bareng Wiranto melawan SBY-Boediono, didukung Aburizal Bakrie yang sekarang lebih akrab dengan Prabowo dan lucunya temenan juga sama Rachmawati, musuh besar pengusaha dan para militer.

©Ratna Sarumpaet, jaman orba adalah musuh Suharto. Sekarang gandeng dengan Prabowo yang disokong penuh keluarga Cendana.

©Anies Baswedan pada 2013 adalah peserta kandidat capres di konvensi
Partai Demokrat.

©Di Pilpres 2014 Anies jadi timses Jokowi-JK, dan sempat masuk kabinet sebagai menteri pendidikan.

© Anies Pengkritik keras kelompok radikal macam FPI melalui gerakan merajut kebangsaan. Sekarang mendekat ke Prabowo, PKS, dan FPI.

©Amien Rais, menentang Megawati jadi presiden, lalu bikin manuver poros tengah naikkan Gus Dur jadi presiden. Di tengah jalan, Gus Dur digulingkan, dan menaikkan Megawati jadi presiden.

©Periode berikutnya, 2004, Amien Rais nyapres melawan SBY dan Prabowo.

©Amien begitu anti dengan Prabowo karena dianggap pelanggar HAM dengan menculik para aktivis. Lho sekarang kok gandeng mesra dengan Prabowo.

©Prabowo yang pada zaman reformasi menjadikan Amien Rais sebagai target yang
harus diamankan oleh Prabowo.

©Ali Mochtar Ngabalin, pilpres 2014 adalah "Die-hard" Prabowo yang paling sengit menyerang Jokowi. Hari ini, bergelayut manja di pelukan Jokowi.

©PKS, gila-gilaan menyerang Prabowo di pilpres 2009 dan Pilkada DKI 2012. Sekarang, asoy geboy dengan Gerindra.

©PDIP & Gerindra pernah mesra sbg oposisi terhadap rezim SBY yang disokong Golkar, PKS dan PAN. Sekarang? Tau sendirilah.

©Tjahjo Kumolo dahulu adalah Ketua KNPI zaman Pak Harto dan sekarang bisa menjadi petinggi PDIP orang dekat Megawati.

©Begitu juga dengan PKS, semua juga sudah tahu ceritanya. Para kader gila-gilaan melakukan black campaign menjatuhkan Prabowo pada Pilpres 2009 dan Pilkada DKI 2012. Sekarang, tak terpisahkan.

©Ahmad Dhani dulu geger dengan FPI karena masalah lambang agama, sampe bikin lagu "Laskar Cinta" buat ngejek FPI. Sekarang?

©Surya Paloh (Nasdem), Wiranto (Hanura), SBY (Demokrat), Cahyo Kumolo (PDIP), Letjend Luhut Pangaribuan (orang dekat pak Jokowi), Ruhut Sitompul (Demokrat dan kini sudah keluar), Prabowo (Gerindra), Sutiyoso,Aburizal Bakrie (Golkar), alm. Sutradara Ginting (PDIP) dahulu adalah orang Golkar dan orang dekat pak Harto dan sekarang bisa berseberangan
punya partai sendiri sendiri (ada di kubu pemerintah dan ada juga di
kubu non pemerintah).

©PKS dan Gerindra selama masa SBY adalah musuh bebuyutan, karena Gerindra begitu mesra bersama PDIP (dalam status oposisi), sementara PKS masuk koalisi di Setgab SBY.

©Bahkan sekarang Fadli dan Fahri udah kayak ipin dan upin. Tapi anehnya, Fahri gontok-gontokan dengan PKS yang
para bosnya (Sohibul Iman dan Prabowo) begitu seiya sekata.

Nothing is impossible in this country.

Everything is just a game

Makanya istilahnya adalah  berMAIN POLITIK, karena ini hanyalah sebuah perMAINan

Bukan IDEOLOGI dan bukan AGAMA

Dalam POLITIK itu , tidak ada KAWAN SEJATI atau MUSUH ABADI , yang ada adalah kePENTINGan yang ABADI

POLITIK kePENTINGan Jauh meNGALAHKAN IDEOLOGI , PARTAI , Maupun GOLONGAN

Yang dulu menjadi aktifis vokal zaman pak Harto dan zaman SBY sekarang hidup baik menjadi Komisaris di BUMN di era sekarang.

Mari KITA2 Yang RAKYAT BIASA & Orang KECIL Ini INGAT Bahwa POLITIK itu perMAINan yg DINAMIS

Jangan Pernah Korbankan Teman , Tetangga , Sahabat , Saudara Hanya Karena berBeda Pilihan POLITIIK.

Yang wajar wajar aja lah, ga perlu emosional.

Mereka yang diatas ketawa-ketiwi aja ngeliat ~kita berdebat kusir,
~left group,
~dikeluarkan dari grup,
~delete friends di media sosial,
~bertengkar/berdebat di media sosial dan di dunia nyata,
~menghabiskan energi dengan saling mencela pilihan orang lain.

Tak perlu memusuhi kawan dan kerabatmu yang berbeda pilihan capresnya.

Para elit politik itu bisa gonta-ganti pasangan politik seenak udelnya sendiri , mereka yang tadinya musuh bisa jadi kawan atau sebaliknya.

Sementara kalian sudah terlanjur memutus persahabatan bahkan persaudaraan demi junjungan politisi kalian.

Mereka mendapat kekuasaan , kalian kehilangan perSahabatan.

Ingatlah , kalo HidupMu Susah yg meNolong itu bukan para Elite POLITIK diAtas Sana , Tapi KawanMu , TetanggaMu , SahabatMu atau SaudaraMu

Hidup , perTemanan , dan perSahabatan Kita yang telah Lama dan Baik terlalu berHarga untuk diKorbankan demi kePentingan orang lain.

Saat ini semua berawal dari isu sara
(hipnosis psycology komunikasi politik ;
Kata,kalimat,atau cerita yang diulang secara terus menerus dapat mempengaruhi pikiran yang mengakibatkan perubahan,akan persepsi dan menciptakan yang tadinya tidak ada menjadi ada atau sebaliknya)
KITA SEMUA RAKYAT INDONESIA
🇮🇩

Rahasia

بِسْــــــــــــــــــم ِٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيم

Segala puji bagi Allah tidak untuk yang lain Tuhan semesta alam.

Tak ada hasrat para penempuh ( salik ) KETIKA berhenti di Mukhassafahkan( dibukakan rahasianya ) MELAINKAN akan muncul PANGGILAN LEMBUT dari inti Hakikat. (Al Hikam).
Yang kau cari itu masih ada di depanmu.

Dan fenomena alam semesta fisik tidak akan tampak, kecuali hakikat hakikatnya bicara.

Sesungguhnya kami adalah cobaan, maka JANGANLAH KUFUR.
Ketika cahaya lebar besar tampak, yàng digambarkan dengan memandang bulan, Nabi Ibrahim sempat mengklaim," INILAH TUHANKU." Tetapi setelah bulan  tenggelam, Ia pun berkata :
" Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi Hidayah kepadaku, pastilah aku tergolong orang orang yg sesat." (Al An'am 77).

Kemudian ketika Ia melihat MATAHARI terbit Nabi Ibrahim berkata :" INILAH TUHANKU, INI LEBIH BESAR." maka ketika matahari tenggelam, Ia berkata :" Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." (Al An'am : 78 )

" Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung pada agamanya yang benar.
Dan aku bukanlah termasuk orang yang menpersekutukan Tuhan."  ( Al An'am :79 ).

Pancaran cahaya Ma'rifat yang lebih besar, dari Ruh yang dasyat, sampai sang penempuh pun merasa telah bertemu Tuhan.

Sebagaimana suluk Nabi Ibrahim.
Disini, kekhawatiran Orang Sufi. Jika para menempuh TIDAK dibimbing Guru (Pembina).

Maka ketersingkapan RUHANI bisa membuat ia terjebak dalam tipu daya, dan berakhir sebagai ISTIDROJ , bukan sebagai ANUGERAH.
Istidroj yang menimpah orang" Arifin (yang Ma'rifat) adalah :
Ketika ia terpesona oleh Cahaya Kema'rifatannya, sehingga LUPA kepada yang dima'rifati.
Sedang yang diharapkan Ma'rifat yang benar, yakni Mak'rifat kepada Allah swt.

Disebut juga Ma'rifat Dzat, yang juga berarti FANA'  FIDZ - DZAT ,
hingga sampai AL BAQA'  yang tiada terhinggah. Perihal Dzat Allah, hanya Allah Pemilik Rahasia Dzat dan orang Arifin yang berma'rifat yang tahu keadaan Nya. Mencari hidayah Ma'rifat untuk mencintai yang di Ma'rifat.

ALHAMDULILLAH RABBIL ALAMIN BARAKALLAH FIKUM BAHAGIA LAHIR BATIN.

Gemgamlah dunia ditanganmu wahai salik.!!
Namun jangan !! Lupakan bagianmu  adalah cahaya Robbani dihatimu.
Sir Ru siir  adalah puncak dari pencapain dan Ahir dari perjalanan bertauhid.
Katakan dengan Lantang  Arrobtu Robbi bi robbi.
Aku satu bukan dua disatukan  !!

Bahagia lahir batin sekasih serasa. 😀.

Note :
Kutipan singkat tanpa bermaksud menggurui atau apapun selain memohon keridha'an'Nya.

"Kadang tulisan ini bukan untuk menasihati orang lain, tetapi untuk menasihati diri sendiri. Kerana diri sendirilah yang lebih penting untuk dinasihati"

والله أعلم

Gus Dur

Gus Dur dan SEMAR MESEM

Gareng : "Romo pernah Dicaci-maki Seseorang?
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Pernahkah Dimusuhi Seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Bagong : "Apa pernah Dibenci Seseorang,  Mo?"
Semar : "Pernah....!"
Gareng : "Sampeyan juga pernah Dihujat Seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Apakah semua itu dilakukan Secara Terang²an, Mo..?"
Semar : "Ada yang dilakukan Secara Terang²an, Ada juga yang hanya dilakukan Secara Diam² dari belakang..."
Bagong : "Lantas Apa yang Romo perbuat terhadap Orang² itu..?"

Semar : "Thole, nggèr Anak²ku cah bagus, podo dirungokno yo..!
Aku Tidak Balik Mencaci-maki dia, Aku pun Tidak Merasa harus Memusuhinya, Tidak Pula akan Membencinya dan aku juga Tidak Berpikir akan Membalas Hujatannya..."

Gareng (penasaran) : "Kenapa bisa demikian, Mo..?"

Semar (sambil membetulkan duduknya) : "Itu karena Pikiran serta Hatiku Tidak Terfokus pada...
*Siapa yang Mencaci-maki,
*Siapa yang Memusuhi,
*Siapa yang Membenci dan
*Siapa yang Menghujat.

Pikiran dan Hati ku hanya Terfokus pada...,
Siapa yang Menggerakkan Lidah mereka Sehingga Mencaci-maki aku,
Siapa yang Menggerakkan Jiwa nya Sehingga Memusuhi aku,
Siapa yang Menggerakkan Hati nya Sehingga Membenci aku dan
Siapa yang Menggerakkan Pikiran nya Sehingga membuat Mulut nya Menghujat aku..."

Petruk : "Dia itu Siapa, Mo..?"

Semar : "DIA-lah GUSTI INGKANG MAHA SUCI YANG MAHA PENCIPTA.
DIA-lah SEBAGAI MAHA YANG BERKUASA Atas Segala Sesuatu Yang Sudah, Yang Belum, Yang Sedang dan Yang Akan Terjadi.

Ya Hanya DIA-lah Satu2nya yang memberi Kemampuan dan Kekuatan pada Orang² itu Sehingga...
_Lidahnya bisa Mencaci-maki,
_Jiwanya bisa Memusuhi,
_Pikirannya bisa Membenci dan...
_Bibirnya bisa Menghujat Diri ini.
_Tanpa-NYA Tentu Mustahil bisa Terjadi.

Sehingga aku Beranggapan, Sebenarnya Cacian, Kebencian, Permusuhan​ dan Hujatan itu Sengaja Dihadirkan GUSTI, Agar...
Jiwa ini Menjadi KUAT Melewati RINTANGAN Dan...
Hati ini Menjadi HEBAT Tatkala Menghadapi UJIAN.

Jadi, adalah SALAH BESAR jika aku Menyalahkan Orang² itu Apalagi Membalasnya. Oh... Bagiku itu tidak perlu, bahkan aku Berkeyakinan bahwa Segala Sesuatu yang Terjadi pada Kehidupan ini Tidak Mungkin Terjadi Secara Tiba², Semua Sudah Diatur Sedemikian Rupa olehNYA,_
Maka Apapun Kenyataan yang aku Terima kemarin, Hari ini atau Suatu Hari nanti, Tidak ada Kata Sia², bahkan Dibalik Semua itu, pasti ada Hikmah Terbaik yang bisa merubah Kehidupanku agar menjadi Lebih Baik dari Sebelumnya.
Karena aku tahu, Sesungguhnya GUSTI  itu MAHA BAIK

Anak2ku, Kowe kabeh...,
Jangan Terpengaruh kalau Dihina.
Jangan Hati Melambung kalau Dipuji
Tapi bertindaklah TEGAS  bila harga dirimu, teman temanmu dan juga saudara saudaramu direndahkan atau diinjak injak orang...
Bagaimanapun hidup itu juga harus punya
ETIKA dan juga TATA KRAMA sebagaimana telah diajarkan para leluhur nusantara.

Tidak Penting Dianggap Baik,
Yang Penting Terus Belajarlah Menjadi Orang Yang Tegas,  Bijak dan Bertanggung Jawab.


Itulah Sekilas Tentang "Semar Mesem"  Yang semoga kita bisa mempraktekkannya walaupun Tidak Mudah....
Kagem GUSDUR Alfaatihah...

Cak Nun

CAK NUN, BERLIAN YANG TERSEMBUNYI
Oleh: Doni Febriando.

Dahulu, ada sekitar 200 orang Suku Mandar naik truk, tapi bukan untuk piknik. Ratusan orang Suku Mandar tersebut sedang dalam perjalanan menuju arena pertempuran. Balok kayu, batu, bahkan celurit pun sudah dipersiapkan. Siaga 1, kalau dalam istilah kemiliteran.

Tapi, dari belakang, ada sebuah sepeda motor mengejar kawanan manusia yang siap saling bunuh tersebut. Sepeda motor itu berhenti agak jauh di depan truk, lalu dipalangkan di tengah jalan. “Stop!” teriak seseorang lantang, setelah turun dari motor.

Tidak ada rasa takut di sorot matanya, meski di depannya ada sekitar 200 ‘manusia buas’, dengan masing-masing memegang senjata. Truk pun berhenti mendadak. “Kalian semua ditunggu Mara’dia di masjid!” lanjut orang tersebut. Tapi, ajaibnya, sekitar 200 orang Mandar yang sudah panas tersebut mau menurut, berbalik arah, dan menuju masjid.

Singkat cerita, perang suku batal, dan para pemuda Mandar justru asyik shalawatan di masjid. Dari luapan amarah, berubah menjadi luapan cinta. Shalawat adalah ekspresi cinta pada Kanjeng Nabi. Lalu, siapa yang berhasil mengubah keadaan tersebut? Masyarakat sering memanggilnya dengan nama Cak Nun. Cerita heroik di daerah Mandar tadi sebenarnya cuma serpihan kecil dari seorang Muhammad Ai(nun) Nadjib. Sebab skala perjuangan beliau sudah nasional.

Ketika ada politisi dikagumi karena suka jalan kaki 1,5 tahun dengan APBN, beliau sudah melakukannya 20 tahun dan tanpa sponsor apapun. Mohon maaf, sumpah demi Allah, saya hanya bisa menemukan data “jalan kaki” Cak Nun hingga per Agustus 2013 kemarin, yaitu 28 provinsi. Untuk info sampai tahun 2014, saya tidak tahu. Tanpa APBN. Sejak Orde Baru. Sudah 20 tahun. Dan, tidak dianggap...

Ketika Pak SBY ditekan publik untuk menyelesaikan kasus Lumpur Lapindo, dengan gagahnya Pak SBY berpidato bahwa Lumpur Lapindo adalah bencana alam nasional. Dengan cekatan, seorang presiden memerintahkan dibentuknya suatu dewan nasional penanggulangan bencana Lumpur Lapindo. Seorang presiden juga meminta ada anggaran khusus dari APBN untuk warga Sidoarjo yang menjadi korban bencana alam.

Meski bukan seorang presiden, entah kenapa Cak Nun juga kena getahnya. Sekitar 11.800 keluarga korban Lumpur Lapindo meminta tolong Cak Nun. Singkat cerita, Cak Nun menelpon Ibu Rosmiyah Bakrie. Sungguh ajaib, hati Ibu Rosmiyah tersentuh dan tergerak untuk menyuruh anaknya, pengusaha Abu Rizal Bakrie, mau menyantuni korban Lumpur Lapindo. Meski secara hukum, pengusaha Abu Rizal Bakrie tidak bersalah, bahkan seorang presiden menyatakan bahwa hal itu cuma bencana alam. Jujur saya sendiri tidak tahu apa isi pembicaraannya.

Seperti halnya saya juga tidak tahu apa isi pembicaraan Cak Nun dengan Pak Harto, sehingga terjadi pergantian kepresidenan Indonesia pada Mei 1998. Padahal, menurut kabar intelijen, ada 18 bom sudah siap diledakkan. 8 titik di pom bensin, 8 titik di jalan tol Jakarta pada tanggal 19 Mei 1998. Tinggal menunggu kode.

Tapi, Pak Harto memilih diam, dan membiarkan para mahasiswa masuk ke Jakarta. Di luar dugaan para mahasiswa sendiri, Pak Harto mengucap pidato pengunduran diri sangat cepat, yaitu tanggal 21 Mei 1998. Sangat kaget, karena Pak Harto terkenal keras kepala, dan suka menggebuk lawan politiknya. Sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, saya selalu tertarik dengan pidato terakhir Pak Harto yang aneh: “Ra dadi presiden, ra patheken.”

Saya dan Pak Harto memiliki kesamaan. Orang Jawa yang kental dengan unsur Solo dan Jogja. Orang Jawa bagian tengah berbeda wataknya dengan orang Jawa bagian timur. Kalimat Pak Harto soal ‘ra dadi’ presiden (itu) ‘ra patheken’ bukan gaya bahasa orang Jawa tengahan. Kalimat itu pasti diajari orang Jawa timuran. Tentu bukan diajari Amien Rais yang asli Jogja.

Teka-teki itu terjawab sudah. Orang Jawa Timur yang diakui Pak Harto, dan yang berhasil membuat hati Pak Harto legowo untuk lengser keprabon, adalah Cak Nun.
Mantan musuhnya sendiri. Diancam penjara, tidak takut. Diberi jabatan menteri saat 1980-an, tidak mau. Diberi perusahaan, tidak mau. Pernah dicekal tidak boleh berbicara di depan publik, tidak dendam.

Cak Nun justru menemani Pak Harto di saat sepi. Cak Nun justru mendatangi Pak Harto saat ditinggalkan banyak orang kepercayaannya. Cak Nun justru memapah Pak Harto untuk turun dari kursi, ketika banyak orang mengelilingi Gus Dur dan Ibu Megawati. Maka dari itu, banyak jendral TNI dan para pengusaha sangat takdzim dengan Cak Nun, karena “gurunya” diobati dengan tulus.

Para jendral TNI dan pengusaha loyalis Pak Harto menyaksikan sendiri bahwa Cak Nun ikhlas menemani Pak Harto sampai akhir hayat. Tidak pernah meminta sepeser uang pun, apalagi minta satu perusahaan. Cak Nun tetap keliling ke ribuan desa dan menu makanannya tetap tahu-tempe.

Pak SBY sangat takut pada Cak Nun. Minta bertemu jam 10 malam, tapi Cak Nun menolak. Karena kasihan, akhirnya Cak Nun bersedia menemui Pak SBY jam 11 malam. Pada suatu malam di Kadipiro (Yogyakarta) itu, keduanya sepakat untuk tidak bersaing. Pak SBY memohon Cak Nun untuk tidak mencalonkan diri jadi presiden, soalnya waktu itu capres jalur independen masih boleh. Apalah arti seorang jendral didikan Pak Harto dibandingkan dengan “imamnya” Pak Harto? Seorang Muhammad Ainun Nadjib hanya tersenyum.

Sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, saya pun mengakui, terlepas dari perbedaan peta kekuataan politik, keahlian berkomunikasi Cak Nun juga jauh di atas Pak SBY. Saya tidak begitu heran 200 pemuda Mandar, Ibu Rosmiyah Bakrie, bahkan Pak Harto bisa luluh hatinya kalau Cak Nun ngomong. Saya sampai suka berpikir kalau Muhammad Ainun Nadjib itu “Bung Karno versi santri”.

Bagaimana tidak? Saat Cak Nun keliling di banyak negara lintas empat benua, tanpa gelar presiden sekalipun, hanya sebagai pendamping grup musik Kiai Kanjeng, beliau tetap singa podium. Semua penonton selalu terkagum-kagum dengan cara Cak Nun ngomong. Sekadar info, Cak Nun fasih berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Mulai dari alim ulama Mesir sampai paus di Vatikan sangat hormat, apalagi cuma profesor-profesor dari negara maju Eropa Barat.

Bahkan, saat di Korea Selatan pun pada Agustus 2014 kemarin, Cak Nun sangat dicintai. Sebelum Cak Nun ngomong, beliau disambut dengan Tari Tortor dari Batak, Tari Piring dari Minangkabau, dan Tari Reog dari Ponorogo. Atraksi itu tanpa disuruh pihak KBRI di Korea Selatan.

Selesai Cak Nun ngomong, orang Korea Selatan yang jatuh cinta. Orang Korea Selatan lantas membebaskan biaya parkir dan sewa gedung untuk “acaranya” orang Indonesia siang itu. Bahkan, terkumpul dana (setara) Rp. 390.000.000,00 untuk membantu rakyat Palestina yang kala itu diserbu Israel. Seperti Presiden Soekarno dahulu, disegani bangsa maju, menolong bangsa tertindas.

Bicara tentang kepresidenan, ada perbedaan radikal antara Pilpres 2004 dengan Pilpres 2014. Sepuluh tahun lalu, pilpres boleh diikuti capres independen. Pada tahun ini, pilpres tidak boleh diikuti capres independen. Alasannya, agar tidak semua orang bisa mencalonkan diri, sehingga kandidatnya cuma sedikit.

Pada bursa pemilihan Gubernur DKI tahun 2012 kemarin, ada jendral bintang dua yang gagal maju. Karena beliau tidak punya partai, beliau menempuh jalur independen. Tapi, untuk diperbolehkan mencalonkan diri, setiap bakal cagub harus mengumpulkan fotokopi KTP dukungan minimal sebanyak 400.000 ke KPU Jakarta. Jendral bintang dua ini gagal maju, karena hanya berhasil mengumpulkan fotokopi KTP dukungan sekitar 150.000 saja.

Seperti kita tahu, meski dibuka kesempatan cagub jalur independen, Pilgub DKI Jakarta ternyata tidak ada masalah. Kandidat tetap sedikit, dan tidak semua orang bisa mencalonkan diri. Seorang jendral bintang dua bahkan bisa sampai tertolak. Seperti kita tahu, pasangan Jokowi-Ahok kemudian keluar sebagai pemenang pilgub Jakarta 2012. Tapi kenapa Pilpres 2014 kemarin tidak boleh ada capres jalur independen?

Jadi, alasan setiap capres harus dari partai politik adalah agar setiap orang tidak bisa mencalonkan diri, bukan alasan yang “sejujurnya”. Terserah mau percaya atau tidak, alasan sebenarnya setiap capres harus dari partai politik adalah demi kebaikan Indonesia. Terserah mau percaya atau tidak, mayoritas tahanan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah para tukang becak. Sehingga, demi kebaikan Indonesia, setiap capres harus didukung minimal 20% anggota DPR. Demi Indonesia bersih, sejahtera dan maju. Ini tidak ada hubungannya dengan seorang Muhammad Ainun Nadjib.

Seorang presiden yang baik pasti lahir dari rahim koalisi anggota DPR. Memang betul, sebab mayoritas tahanan KPK adalah para tukang becak. Sejarah nasional pun sudah membuktikan; Bung Karno adalah presiden yang luar biasa buruk, karena beliau lahir dari rahim rakyat. Sementara Pak SBY adalah presiden yang luar biasa baik, karena beliau lahir dari rahim koalisi 60% anggota DPR.

Alhamdulillah... Pada Pilpres 2014 kemarin, bangsa Indonesia telah dianugerahi luar biasa, diberi dua kandidat yang sangat hebat; (1) Macan Asia dan (2) Satria Piningit. Siapapun yang jadi presiden, insya Allah akan sehebat Pak SBY. Sebab memiliki kesamaan lahir dari rahim koalisi anggota DPR. Kalau dipimpin Macan Asia, Indonesia akan bangkit. Kalau dipimpin Satria Piningit, Indonesia akan hebat. Masya Allah... Alhamdulillah. Dan, kelak waktu akan membuktikan segalanya.

Pada suatu masa Indonesia pernah memiliki Trio Legendaris asal Jombang. Salah dua diantara ketiganya telah tiada, hanya tersisa satu berlian saja. Dua pendahulu punya riwayat; disia-siakan saat masih hidup, tapi ditangisi saat sudah meninggal. Saya sendiri, secara pribadi, tidak yakin berlian terakhir akan di-berlian-kan. Sebab syarat seseorang di-berlian-kan oleh Bangsa Indonesia adalah bisa mengaum keras di televisi atau pandai berfoto jalan kaki di koran.

Ciri-ciri manusia unggul adalah tidak suka mengunggul-unggulkan dirinya. Ciri-ciri manusia berlian adalah manusia yang ikhlas hatinya. Semoga bangsa ini suatu hari nanti akan mengerti apa itu ‘berlian’, ketika Muhammad Ainun Nadjib belum menyusul Nurcholis Madjid dan Abdurrahman Wahid. Bukan apa-apa, saya ini cuma tidak tega. Kasihan Indonesia. Cukup dua berlian saja, sebab yang ketiga adalah yang terakhir.

(Ditulis oleh: Doni Febriando, Aktifis Muda NU)

http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/09/cak-nun-berlian-yang-tersembunyi.html
www.muslimedianews.com/2014/09/cak-nun-berlian-yang-tersembunyi.html

Berguru 2

3 Pertanyaan dari Pemuda Shalih untuk Calon Istri

January 20, 2015 by Indriani Taslim

Ini adalah sebuah kisah tentang seorang pemuda shalih yang sedang mencari calon pendamping hidupnya. Meskipun belum diketahui pasti apakah ini kisah nyata atau fiktif, namun semoga pelajaran yang terkandung di dalamnya dapat bermanfaat bagi para muslimah terutama yang belum menikah. Semoga kisah ini dapat menginspirasi dan menjadi renungan bagi para muslimah untuk selalu memperbaiki diri.


Ada seorang pemuda yang shalih, tampan, pendidikannya baik dan umurnya telah mencukupi untuk menikah. Kedua orangtuanya telah memberikan usulan calon istri padanya, namun semuanya ditolak oleh sang pemuda shalih. Tiap kali ada wanita yang dihadirkan di rumahnya, namun jawabannya selalu sama, “Dia bukanlah orangnya!”

Pemuda itu mengatakan bahwa kriteria yang diinginkannya adalah sosok muslimah yang religius dan taat menjalankan agamanya (shalihah). Kemudian orangtuanya menemukan sosok wanita yang dirasa memenuhi kriteria pemuda itu. Wanita yang dimaksud memang terlihat religius dan juga cantik.

Akhirnya wanita itu dipertemukan dengan pemuda shalih tersebut. Kemudian mereka berbincang-bincang dan pemuda tersebut mempersilakan sang gadis untuk bertanya apa saja pada dirinya. Kemudian, dengan semangat sang gadis banyak bertanya tentang pemuda tersebut. Tak satupun pertanyaan yang tidak dijawab oleh pemuda itu dengan ramah dan sopan, sehingga wanita itu merasa gembira. Namun, setelah cukup lama mengobrol si wanita mulai bosan dan berharap pemuda itu ganti menanyainya.

Lalu, pemuda itu berkata, “Aku hanya akan menanyakan tiga hal padamu,”

Sang Wanita cukup girang, hanya tiga? Okelah, silakan.

“Siapakah yang paling kamu cintai, yang kamu cintai melebihi siapapun yang ada di dunia ini?”

Wanita itu menjawab dengan mantap,”Ibuku,” Ini pertanyaan yang mudah, pikir si gadis.

“Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?”

Wanita itu tersipu malu, dia tidak yakin akan menjawab karena dia belum banyak belajar tentang arti surat-surat dalam Al Qur’an yang dibacanya karena sibuk. Dia berjanji akan memelajarinya nanti.

“Aku telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik dan pintar daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?”

Mendengar pertanyaan ketiga ini, sang wanita meradang dan mengadukan hal itu kepada orangtuanya perihal pertanyaan sang pemuda. Ia mengatakan pada orangtuanya bahwa dia tidak ingin menikahi pemuda itu karena dia telah menghina kecantikan dan kepintarannya.

Kemudian orangtua pemuda itu bertanya mengapa pemuda itu menyinggung perasaan gadis itu dan membuatnya sedemikian marah? Pemuda itu telah menyiapkan jawabannya sendiri.

Pertanyaan pertama, gadis itu mengatakan bahwa yang paling dia cintai adalah ibunya. Orangtuanya bertanya, “Apa yang salah dengan hal itu?” Pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.

Pertanyaan kedua, wanita itu bilang dia sibuk sehingga tidak sempat belajar Al Qur’an. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.

Pertanyaan ketiga, wanita itu marah ketika aku bertanya apa yang membuatnya pantas untuk aku nikahi sedangkan telah banyak wanita yang datang lebih cantik lagi pintar daripada dia. Orangtanya berkata bahwa itu sesuatu yang menyebalkan bagi seorang wanita. Pemuda itu menjawab, “Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan ‘Jangan marah, jangan marah, jangan marah’, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya?

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas adalah dalam sebuah pernikahan hendaknya orang lebih mementingkan ilmu, bukan kecantikan. Beramal, bukan hanya berceramah atau membaca. Mudah memaafkan dan tidak gampang marah. Keshalihan dan ketaatan kepada Allah, bukan hanya nafsu.

Sedangkan memilih pasangan hendaknya adalah orang yang mencintai Allah SWT di atas segalanya yang ada di dunia ini, mencintai Rasulullah Saw di atas manusia yang lain, Memiliki ilmu islam dan mau beramal dengan ilmu tersebut, dapat mengontrol kemarahan, dan mudah diajak musyawarah atau berkomunikasi.

Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Wanita dinikahi karena empat hal, (pertama) karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)

Semoga kisah diatas dapat memberi hikmah dan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Abu Hanifah

بِسْــــــــــــــــــم ِٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيم

Dikisahkan dalam kitab Fathul Majid karya Syekh Nawawi Al-Jawi terdapat seorang ulama yang memiliki ilmu luas dan tiada bandingnya, namanya Dahriyah. Ulama ini hidup di masa Imam Abu Hanifah masih kecil, yaitu sekitar umur beliau sekitar 7 tahun.

Seluruh ulama pada waktu itu tidak mampu menandinginya saat berdebat, terutama dalam bab tauhid. Oleh karena itu, dia merasa paling pintar, sehingga muncullah sifat sombong. Saking sombongnya, ia sampai berani mengatakan bahwa Allah SWT itu tidak ada. Namun sayang, tak ada ulama yang mampu mengalahkannya dalam perdebatan.

Pada suatu pagi dikumpulkanlah para ulama di suatu majlis milik Syekh Himad, guru Imam Abu Hanifah. Pada hari itu, Imam Abu Hanifah yang masih kecil ikut hadir di majlis tersebut.

Dahriyah yang ikut hadir di majlis tersebut langsung naik ke mimbar dan berkata dengan sombongnya, “Siapakah di antara kalian para ulama yang akan sanggup menjawab pertanyaanku?”

Mendengar ucapan tersebut, sejenak suasana hening, para ulama semuanya diam, namun tiba-tiba Imam Abu Hanifah berdiri dan berkata, “Pertanyaan apa? Maka siapa pun yang tahu, pasti akan menjawab pertanyaanmu.”

Dahriyah yang melihat hal tersebut, kemudian berkata, “Siapa kamu wahai anak ingusan, beraninya kamu bicara denganku. Tidakkah kamu tahu, bahwa banyak yang bersorban, berumur tua, para pejabat, para pemilik jubah kebesaran. Mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku, kamu masih ingusan dan kecil badan berani menantangku!”

Imam Abu Hanifah kemudian menimpali ucapan Dahriyah yang begitu sombong, “Allah SWT tidak menyimpan kemuliaan dan keagungan kepada pemilik sorban yang besar dan para pejabat, akan tetapi kemuliaan hanya diberikan kepada ulama.”

Kemudian Dahriyah bertanya kepada Imam Abu Hanifah, “Apakah kamu akan menjawab pertanyaanku?

Imam Abu Hanifah menjawab, “Ya, aku akan menjawab pertanyaanmu dengan taufiq Allah SWT.”

Dahriyah pun memberikan pertanyaan kepada Imam Abu Hanifah, “Apakah Allah SWT itu ada?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Iya, ada”. Dahriyah bertanya lagi, “Di mana?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Dia, tiada tempat bagia Dia”.

Dahriyah kembali bertanya kepada Imam Abu Hanifah, “Bagaimana bisa disebut ada bila dia tidak punya tempat?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Dalilnya ada di badan kamu, yaitu ruh. Saya tanya, kalau kamu yakin ruh itu ada, maka di mana tempatnya? Di kepalamu, di perutmu atau di kakikmu?”

Mendengar jawaban tersebut, Dahriyah diam seribu bahasa dengan muka malu. Lalu Imam Abu Hanifah minta air susu kepada gurunya Syekh Himad, dan dia balik bertanya kepada Dahriyah, “Apakah kamu yakin di dalam susu ini ada manis?” Dahriyah menjawab, “Ya, saya yakin di susu itu ada manis”

Imam Abu Hanifah lalu bertanya kembali, “Kalau kamu yakin ada manisnya, saya tanya apakah manisnya ada di bawah, atau di tengah, atau di atas?” Lagi-lagi Dahriyah diam dengan rasa malu dan kemudian Imam Abu Hanifah menjelaskan, “Seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat, maka seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi Allah SWT tempat di alam ini, baik itu arsy atau dunia ini.”

Dahriyah pun bertanya lagi kepada Abu Hanifah, “Sebelum Allah SWT itu apa dan setelah Allah SWT itu apa?”

Imam Abu Hanifah kemudian menjawab, “Tidak ada apa-apa sebelum dan sesudahnya Allah SWT.” Dahriyah masih belum terima dan berkata, “Bagaimana bisa dijelaskan bila sebelum dan sesudahnya tidak ada apa-apa?”

Imam Abu Hanifah menjawab, “Dalilnya ada di jari tanganmu, apakah ada sesuatu sebelum jempol dan setelah kelingking? Apakah kamu bisa menerangkan mana yang lebih dahulu, jempol duluan atau kelingking duluan? Demikianlah sifat Allah SWT, ada sebelum semuanya ada dan tetap ada bila semua tiada. Itulah makna kalimat ada bagi Allah SWT”.

Lagi-lagi Dahriyah dipermalukan. Namun ia belum menyerah, ia kemudian mengajukan pertanyaan lagi, “Apa perbuatan Allah SWT sekarang ini?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Perbuatan Allah SWT sekarang adalah menjatuhkan orang yang tersesat seperti kamu, ke bawah jurang neraka dan menaikkan yang benar seperti aku, ke atas mimbar keagungan.”

Sungguh maha suci Allah SWT yang menyelamatkan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah melalui seorang anak kecil, yaitu Imam Abu Hanifah. Sebagaimana kita ketahui, saat besar Imam Abu Hanifah menjadi salah satu pendiri madzhab fikih dan dikenal sebagai seorang ulama besar dalam sejarah peradaban Islam. Beliau sejak kecil sudah mempunyai kecerdasan yang luar biasa dan mampu membungkam ulama yang sombong.

Oleh karena itulah, walaupun punya banyak ilmu jangan berlagak sombong. Karena di atas ilmu masih ada ilmu dan di atas langit masih ada langit.

والله أعلم

Abu Jahal

بِسْــــــــــــــــــم ِٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيم

MENGENAL ABU JAHAL

Amr bin Hisyam atau Abu Jahal mewarisi sifat ayahnya. Suka bemberi makan fakir miskin dan menjamu tamu.

Dijuluki Abu al Hakam oleh masyarakatnya karena kebijaksanaannya dalam memutuskan perkara.

Di usia 30an, dia sudah diperkenankan masuk dalam sistem "Darun Nadwah". Sebuah sistem kepemimpinan Quraisy yang sebagian besar anggotanya adalah pembesar berusia di atas 40 tahun.

Sebagai kaum cerdik pandai Quraisy, dia banyak menggunakan otak ketimbang otot.

Ketika Suraqah mengkhianatinya, dia lebih memilih menyurati bani Mudjli agar mengganti posisi Suraqah ketimbang memukulinya.

Ketika Utbah bin Rabi'ah ketakutan pasca menyimak surat Fushilat, Abu Jahal mendatangi rumah Utbah, bukan untuk memukulinya, tetapi menawari harta agar tak condong pada Islam.

Abu Jahal bukan tipe preman pasar. Dia cerdas cendikia.

Tetapi hatinya sakit. Tak rela menerima kebenaran dakwah.

Abu Jahal dicatat sebagai musuh dakwah yang utama bukan karena jagoan secara fisik, melainkan cerdik dan licik di level kekuasaan dan wacana.

Demikianlah Allah memberi contoh pada kita, bahwa musuh dakwah yang berbahaya adalah tipe Abu Jahal. Bukan tipe preman semacam budak Habsy.

Hingga hari ini pun, pola tidak berubah.

والله أعلم

Jawa Tembang

TEMBANG MOCOPAT

Tembang Jawa Macapat wonten 11 (sewelas) cacahipun,
ingkang nggambaraken jejering manungsa wiwit wonten garbane ibu ngantos kapundhut ing ngarsanipun ingkang Maha Kuwaos, ing antawisipun:
1. Maskumambang,
2. Mijil,
3. Kinanthi,
4. Sinom,
5. Asmaradana,
6. Gambuh,
7. Dandanggula,
8. Durma,
9. Pangkur
10. Megatruh,
11. Pucung.

Mekaten urut-urutanipun tembang:

Maskumambang : Gambaraké jabang bayi sing isih ana kandhutané ibuné, sing durung kawruhan lanang utawa wadon, Mas ateges durung weruh lanang utawa wadon, kumambang ateges uripé ngambang nyang kandhutané ibuné.

Mijil : Ateges wis lair lan wis cetha priya utawa wanita.

Kinanthi : Saka tembung kanthi utawa nuntun kang ateges dituntun supaya bisa mlaku ngambah panguripan ing alam ndonya.

Sinom : Ateges kanoman, minangka kalodhangan sing paling wigati kanggoné wong anom supaya bisa ngangsu kawruh sak akèh-akèhé.

Asmarandana : Ateges rasa tresna, tresna marang liyan (priya lan wanita lan kosok baliné) kang kabèh mau wis dadi kodrat Ilahi.

Gambuh : Saka tembung jumbuh / sarujuk kang ateges yèn wis jumbuh / sarujuk banjur digathukaké antarane priya lan wanita sing padha nduwèni rasa tresna mau, ing pangangkah supaya bisa urip bebrayan.

Dhandhanggula : Nggambaraké uripé wong kang lagi seneng-senengé, apa kang digayuh bisa kasembadan. Kelakon duwé sisihan / bojo, duwé anak, urip cukup kanggo sak kulawarga. Mula kuwi wong kang lagi bungah / bombong atine, bisa diarani lagu ndandanggula.

Durma: Saka tembung darma / wèwèh. Wong yen wis rumangsa kacukupan uripé, banjur tuwuh rasa welas asih marang kadang mitra liyané kang lagi nandang kacintrakan, mula banjur tuwuh rasa kepéngin darma / wèwèh marang sapadha - padha. Kabèh mau disengkuyung uga saka piwulangé agama lan watak sosialé manungsa.

Pangkur: Saka tembung mungkur kang ateges nyingkiri hawa nepsu angkara murka. Kang dipikir tansah kepingin wèwèh marang sapadha - padha.

Megatruh : Saka tembung megat ruh utawa pegat ruhe /nyawane, awit wis titi wanciné katimbalan marak sowan mring Sing Maha Kuwasa.

Pocung: Yen wis dadi layon / mayit banjur dibungkus mori putih utawa dipocong sak durungé dikubur.

Pikirkan dulu

*Assalamu'alaikum* *Warohmatullahi* *Wabarokaatuh.*

     *F A E D A H    P A G I*

Kita selalu _tertipu_ oleh *KEINDAHAN* _diluar_ & tidak tahu *REALITA* yang _didalam_. Sesungguhnya semua keluarga punya *MASALAH*,  Semua orang punya *CERITA* Begitulah yang namanya  hakekat *HIDUP*.

Janganlah _menggosip_ tentang *MASALAH* orang lain, karena sebenarnya siapapun tidak mau mengalami *MASALAH*, tapi manusia tidak _luput_ dari *MASALAH*.

```Jangan mengeluh karena``` *MASALAH*. Hayatilah _makna_ di balik semua *MASALAH*, maka semua _masalah_ akan membuat hidup menjadi lebih  *BERMAKNA*.

```Jangan *membandingkan* hidup kita dgn orang lain, krn orang lain belum tentu lebih``` *BAHAGIA* dari kita......

``` ```Tiada manusia yg``` *SEMPURNA* ```seperti kata pepatah``` *TIADA GADING YANG TAK RETAK*

_mengaku_ *SALAH* dan mohon *MAAF* bukanlah *KELEMAHAN* _justru pertanda berjiwa_ *KSATRIA* Berani *MENGUBAH* _kesalahan_ ke arah *PERBAIKAN* adalah _langkah awal_ menuju *KESUKSESAN*...

1 kata yang *KERAS* dan *KASAR* dapat membuat *KEBENCIAN*...

1 kata yang _dilontarkan_ tanpa *KONTROL* diri dapat membuat *KEKACAUAN*...

1 kata yang tidak *SOPAN* dan tidak *RAMAH* dapat membuat _cinta_ menjadi *HAMBAR*..

N a m u n....

```1 kata MAAF bisa melahirkan CINTA yang mendalam bagi orang yang mendengarnya...```

1 kata *LEMBUT* dan *TULUS* dapat membuat *KEDAMAIAN* bagi orang lain

1 kata *PUJIAN* dapat memberi *SEMANGAT* bagi yang mendengarnya

J a d i...

1 kata itu *BISA* menjadi *SAMPAH* dan bisa menjadi *BERKAT*... (bagi kita dan orang lain)

Maka..... seblm berkata *BURUK*, sebaiknya kita memikirkan *AKIBAT* nya

*Selamat Beraktifitas* 👍

```Semoga kita selalu dalam keadaan Bahagia, sehat , istiqomah dan bersyukur .```

_
_Aamiin yaa Robbal ' alamiin_

Adab

Shaykh Abdalqadir as Sufi mengajarkan:

Adab tidak diajarkan lewat mulut. Adab diajarkan melalui imitasi. Apakah adab terbesar? Salat – yakni adab kepada Allah, Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana kita mendirikan Salat? Seribu empat ratus tahun kemudian, karena ia melihat Dia, yang melihatnya, yang melihat dia, selama empat belas ratus tahun, kita tahu bagaimana mendirikan  shalat. Tidak satu orang untuk satu orang, tapi Madinah al-Munawarra.

Itulah sebabnya Imam Malik radiyallahu ‘anhu, berkata, “Jangan bilang padaku bahwa si anu  mendapatkannya dari si anu, yang mendapatkannya dari si anu,  atau kita akan kehilangan Deen. Di sini orang yang mendapatkannya dari Rasul telah meneruskannya.” Ini yang disebut Amal Ahl al Madinah. Ini adalah dasar pengajaran Islam, ini bukan soal madhhab,  ini soal Dienul Islam. Itu sebabnya Ibnu Taimiyyah, yang tidak terhubung dengan Imam Malik dengan cara demikian, berkata, “Tanpa amal Ahl al Madinah kamu tidak akan mendapatkan Islam.” Bahkan mengajari seorang anak keseluruhan Al-Qur’an, tidaklah cukup. Mengapa? Aisha, radiyallahu ‘anha, ditanya tentang Rasul, “Seperti apakah dia?” Dia berkata, “Ia seperti Qur’an Berjalan.” Inilah yang kita sebut ‘Kitab wa Sunnah’, dan ini adalah apa yang harus ditransmisikan. Hal ini tidak diajarkan oleh guru sekolah, bukan  informasi, melainkan perilaku, amal.
#pengajaran #adab #akhlaq #amalmadinah #pendidikan #shaykhabdalqadirassufi