Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Sabtu, 16 Maret 2019

Syiir Tanpo Waton

Lirik


Syi’ir Tanpo Waton

Astaghfirulloh...Robbal baroyaah....


Astaghfirulloh...Minal Khothoyah....


Robbi zithni..'ilmannafii'aa...


Wawaffiqni...'Amalaan sholikha....

Ya roshulalloh..salam mun'alaika...


Ya rofi'asyaaniwaddaarojii....


'Athfataiyajii rotal'alaami...


Ya Uuhailaljudiwalkaromi.....2X

Ngawiti ingsun...nglara syi'iran...


Kelawan muji pareng pengeran...


Kang paring rohmat lan kenikmatan...


Rino wengine....tanpo pitungan....2X

Duh bolo konco...prio wanito....


Ojo mung ngaji syare'at bloko....


Gur pinter dongeng nulis lan moco...


Tembe mburine...bakal sangsoro....2X

Akeh kang apal....Qur'an Hadist e...


Seneng Ngafirkeh marang liyane...


Kafir e dewe Ga' di gatekke...


Yen isih kotor...ati akale...2X

Gampang kabujuk...Nafsu angkoro...


Ing pepaese Gebyare ndunyo....


Iri lan meri sugi e tonggo...


Mulo atine...peteng lan Nisto...2X

Ayo sedulur...Jo nglale ake...


Wajib e ngaji sak pranatane...


Nggo ngandelake iman Tauhid e...


Baguse sangu...mulyo matine...2X

Kang aran sholeh...bagus atine...


Kerono mapan sari ilmune...


Laku torekot lan ma'rifate...


Ugo hakekot...manjing rasane...2X

Alqur'an kodhim...wahyu minulyo...


Tanpo tinulis iso diwoco...


Iku wejangan guru waskito...


Den tancep ake ing njero dodo...2X

Kumantel ati...lan pikiran...


Mrasuk ing badan kabeh njeroan...


Mukjizat rosul dadi pedoman...


Minongko dalan...manjing e iman...2X

Kelawan Alloh...Kang maha Suci...


Kuduh rangkulan rino lan wengi...


Di tirakati di riadhoi...


Dzikir lan suluk jo nganti lali...2X

Urip e ayem...rumongso aman...


Dununge roso tondo yen iman...


Sabar nerimo snajan paspasan..


Kabeh tinakdir saking pengeran...2X

Kelawan konco...dulur lan tonggo...


Kang podo rukun ojo daksio...


Iku sunnah e rosul kang mulyo...


Nabi muhammad...panutan kito...2X

Ayo nglakoni...sekabeane...


Alloh kang bakal ngangkat drajate...


Senajan ashor toto dhohire...


Ananging mulyo makom drajat e...2X

Lamun palastro...ing pungkasane...


Ora kesasar roh lan sukmane...


Den gadang Alloh syuargo manggone...


Utuh mayite...ugo ules...2X

Ya roshulalloh..salam mun'alaika...


Ya rofi'asyaaniwaddaarojii....


'Athfataiyajii rotal'alaami...


Ya Uuhailaljudiwalkaromi.....2X


Jumat, 15 Maret 2019

Dasa Wasita

PERTAMA:
Janganlah membiarkan dirimu dihina dan direndahkan oleh siapapun, sebab dirimu tidak lahir dan besar oleh sendirinya, akan tetapi dilahirkan dan dibesarkan penuh dengan cinta kasih Ibu dan Bapakmu. Bahkan dirimu itu sendirilah yang melaksanakan segala kehendak dan cita-citamu yang seyogyanya kamu berterima kasih kepadanya.

KEDUA:
Barang siapa menghina dan merendahkan dirimu, sama juga artinya dengan menghina dan merendahkan Ibu Bapakmu, bahkan Leluhur Bangsamu.

KETIGA:
Tiada lagi kekuatan dan kekuasaan yang melebihi Tuhan Yang Maha Belas dan Kasih. Sifat belas kasih itupun dapat mengatasi dan menyelesaikan segala pertentangan/pertengkaran, bahkan dapat memadukan paham dan usaha untuk mencapai tujuan yang lebih maju, serta menyempurnakan akhlak dan meluhurkan budi pekerti manusia.

KEEMPAT:
Dengan kagum dan takjub kamu menghitung-hitung tetesan air yang mengalir merupakan kesatuan mutlak menuju lautan, sambil memberi manfaat kepada kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi belum pernah kamu mengagumi dan takjub terhadap dirimu sendiri yang telah mempertemukan kamu dengan dunia dan isinya. Bahkan kamu belum pernah menghitung kedip matamu dan betapa nikmat yang kamu telah rasakan sebagai hikmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

KELIMA:
Kemana kamu pergi dan di manapun kamu berada Tuhan Yang Maha Esa selalu beserta denganmu.

KEENAM:
Perubahan besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia akan menjadi pembalasan terhadap segala penindasan, serta mencetuskan/melahirkan kemerdekaan hidup Bangsa.

KETUJUH:
Apabila pengetahuan disertai kekuatan raga dan jiwanya digunakan secara salah untuk memuaskan hawa nafsu, akan menimbulkan dendam kesumat, kebencian, pembalasan dan perlawanan. Sebaliknya apabila pengetahuan dan kekuatan raga serta jiwamu digunakan untuk menolong sesama, akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan yang mendalam.

KEDELAPAN:
Cintailah sesama hidupmu tanpa memandang jenis dan rupa, sebab apabila hidup telah meninggalkan jasad, siapapun akan berada dalam keadaan sama tiada daya dan upaya. Justru karena itu selama kamu masih hidup berusahalah agar dapat memelihara kelangsungan hidup sesamamu sesuai dengan kodratnya menurut kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

KESEMBILAN:
Batu di tengah kali (sungai), jikalau olehmu digarap menurut kebutuhan, kamu bisa menjadi kaya raya karenanya. Dalam hal itu yang membuat kamu kaya raya bukanlah pemberian dari batu itu, akan tetapi adalah hasil kerjamu sendiri.

KESEPULUH:
Geraklah untuk kepentingan sesamamu, bantulah yang sakit untuk mengurangi penderitaannya. Kelak akan tercapailah masyarakat kemanusiaan yang menegakkan kemerdekaan dan kebenaran.

Rabu, 13 Maret 2019

Kamandanu

TUTUR TINULAR, DIBALIK KISAH ARYA KAMANDANU DAN ARYA DWI PANGGA MARI KITA BERNOSTALGIA

Di kisah berdirinya kerajaan Majapahit,maaf foto hanya pemanis saja dari pada pakai foto orang lain malah banyak yg protes,jadi ingat sama status sahabat kemarin yang bilang bapak s tijab telah berpulang....jadi sedih

seklumat kisah sandiwara radio tutur tinular yg bgt fenomenal di Th 90an,mana tokoh yang anda sukai

Arya Kamandanu adalah nama seorang tokoh utama dalam cerita sandiwara radio legendaris Tutur Tinular, sandiwara radio fenomenal yang berlatar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari hingga berdirinya Kerajaan Majapahit,

Dalam cerita sandiwara tersebut, Arya Kamandanu digambarkan sebagai sosok pemuda yang sangat mumpuni dalam olah kanuragan, pendekar pilih tanding berjiwa ksatria yang mampu menaklukkan musuh-musuhnya, pantang mundur demi membela kebenaran, namun dilain pihak ia adalah sosok pemuda yang sangat lugu, pemalu dan sulit menaklukkan hati dan perasaannya sendiri, selalu ragu-ragu dalam mengutarakan isi hatinya terhadap seorang perempuan.

Kamandanu dan Keluarganya

Arya Kamandanu lahir di desa kecil bernama Kurawan, putra kedua dari Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari.

Arya Kamandanu mempunyai kakak bernama Arya Dwipangga, berbeda dengan Kamandanu, Arya Dwipangga mempunyai karakter licik, ia lebih gemar terhadap olah sastra, dengan syair-syairnya inilah pada akhirnya nanti Arya Dwipangga berhasil merebut kekasih adiknya, dan karena syair-syair ini pula ia akan terkenal dan menjadi pendekar yang sakti mandraguna dengan julukan Pendekar Syair Berdarah.

Mereka berdua sejak kecil hanya dibesarkan oleh ayahnya, Mpu Hanggareksa, dibantu oleh pengasuh setianya bernama Nyi Rongkot.

Ilmu Kanuragan

Mpu gandring memiliki sahabat sekaligus murid bernama Mpu Bango (Bango Samparan ,ayah angkat Ken Arok), Mpu Bango mempunyai murid bernama Empu Sasi. Dan Empu Sasi sendiri memiliki tiga murid yaitu; Mpu Lunggah, Mpu Ranubhaya dan Mpu Hanggareksa yang merupakan ayah Arya Kamandanu.

Arya Kamandanu sendiri mampu menguasai olah kanuragan karena mendapat bimbingan dari saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Sebelum kedatangan Kamandanu, Mpu Ranubhaya hanya mempunyai seorang murid bernama Wirot.

Di dalam sebuah goa yang terletak di pinggiran bukit Desa Kurawan, Arya Kamandanu bersama Wirot digembleng olah ilmu kanuragan oleh Mpu Ranubhaya. Selama beberapa hari Arya Kamandanu akhirnya berhasil menguasai Aji Saepi Angin, sebuah ilmu kanuragan untuk meringankan tubuh, yang mampu membuatnya lari melesat bagaikan terbang. Kamandanu juga berhasil menguasai pukulan dua belas jurus sampai tahap ke tiga dimana pukulan ini lebih populer dengan nama Jurus Naga Puspa , yang pada akhirnya nanti mampu disempurnakan sampai tingkat Akhir oleh bantuan saudara seperguruan ayahnya yang lain bernama Mpu Lunggah.

Pedang Naga Puspa

Dalam setiap petualangannya, Arya Kamandanu selalu ditemani oleh pedang pusakanya bernama pedang Naga Puspa ciptaan gurunya, Mpu Ranubhaya.

Pada awalnya pedang pusaka ini diciptakan untuk Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Mongolia sebagai tebusan atas diri Ranubhaya sebagai tawanan kerajaan, Namun pedang ini malah menjadi rebutan pejabat kerajaan. Demi menyelamatkan pedang tersebut dari orang-orang yang berwatak jahat, pedang pusaka tersebut akhirnya diserahkan kepada pasangan pendekar suami-istri bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin.

Pasangan pendekar ini akhirnya menjadi buronan dan menjadi pelarian hingga terdampar ke Tanah Jawa. Sesampainya di Tanah Jawa, pedang ini pun menjadi rebutan oleh banyak pendekar jahat. Lo Shi Shan tewas, pedang pun beralih ke tangan Mei Shin. Mei Shin pun hidup terlunta-lunta, kemudian ditolong oleh Arya Kamandanu. Dalam kebersamaannya, merekapun saling jatuh cinta, kemudian Arya Kamandanu menikahi Mei Shin, dan akhirnya pedang pusaka tersebut diserahkan ke Arya Kamndanu, murid kesayangan dari pencipta pedang Naga Puspa itu sendiri.

Pedang Naga puspa ini begitu dahsyat kekuatannya, ketika pedang ini sudah keluar dari warangka nya, maka akan mengeluarkan pamor yang berwarna kemerah-merahan. Dalam penciptaannya, Mpu Ranubhaya memasukkan energi Naga Bumi kedalam pedang tersebut, sehingga bagi siapa saja yang berani mencabut pedang tersebut dari warangkanya tetapi tidak mempunyai tenaga dalam yang memadai, maka pemegang pedang tersebut tenaganya akan tersedot oleh energi ghaib yang ada dalam pedang Naga Puspa ini hingga bisa menyebabkan kematian. Sudah banyak korban-korban yang berjatuhan akibat kecerobohan menggunakan pedang ini.

Arya Kamandanu sendiri tak pernah berani berlama-lama ketika menggunakan pedang tersebut, karena meski ia sudah menguasai jurus -jurus dasar Naga Puspa, Namun ia masih belum mampu mengendalikan tenaga liar yang ada dalam pedang ini. Hingga suatu saat, pedang ini pun jatuh ketangan musuh besarnya, akibatnya banyak korban yang berjatuhan.

Ketika Arya Kamandanu digigit oleh ular siluman naga puspa, kemudian bertapa hingga 40 hari lamanya dan mampu menyempurnakan jurus naga puspanya sampai ke tahap akhir dan dengan bantuan Keris Mpu Gandring, barulah ia bisa merebut kembali Pedang Pusaka tersebut dari tangan musuh bebuyutannya, dan kemudian dengan kekuatan ghaib ular Naga Puspa yang sudah mengalir dalam tubuhnya, akhirnya Kamandanu bisa menaklukkan keganasan pedang ini, kemudian pamornya berubah menjadi kebiru-biruan.

Pada masa akhir petualangannya, agar Pedang Pusaka tersebut tidak jatuh lagi ke tangan pendekar yang berwatak jahat, Kamandanu memilih berpisah dengan Pedang Pusaka ini, kemudian dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia menancapkannya sangat dalam pedang tersebut pada sebongkah batu besar di sebuah gua yang tersembunyi, di lereng Gunung Arjuna. Di sini pula Arya Kamandanu bertemu dengan Gajah Mada.

Musuh Bebuyutan

Sebagai seorang pendekar, Arya Kamandanu banyak mempunyai musuh dalam petualangannya, namun hanya ada beberapa yang mempunyai ilmu kanuragan sepadan sehingga akhirnya menjadi musuh bebuyutan, antara lain adalah saudara kandungnya sendiri, Arya Dwipangga dan beberapa tokoh pendekar jahat lainnya.

▪ Arya Dwipangga

Pada awalnya, Arya Dwipangga, kakak kandung dari Arya Kamandanu ini bukanlah seorang yang gemar dengan olah kanuragan.
Ia lebih suka dan berbakat dalam olah sastra, ia pandai membuat syair-syair yang sangat mengagumkan. Namun ia mempunyai perangai yang buruk yaitu gemar juga memikat wanita cantik, meskipun itu adalah kekasih adiknya sendiri, yaitu Nari Ratih dan Mei Shin. Inilah awal permusuhan kakak beradik ini.

Karena kelakuannya yang buruk itu, Arya Dwipangga sering berselisih faham dengan ayahnya sendiri, Mpu Hanggareksa. Arya Dwipangga juga mempunyai sifat yang licik dan pendendam. Pada suatu ketika, karena ia merasa di anak tirikan oleh ayahnya atas kelakuan buruknya itu, dan karena ia juga selalu kalah beradu fisik dengan kamandanu yang menguasai ilmu kanuragan, ia pun berkhianat kepada keluarganya, Ia melaporkan kepada perwakilan prajurit kediri bahwa dirumah ayahnya bersembunyi seorang buronan, Mei Shin. Saat itu Kerajaan Singhasari sudah runtuh dan Kerajaan Kadiri sedang berkuasa. Mei Shin menjadi buronan karena Pedangnya, Pedang Naga Puspa menjadi incaran kelompok Pendekar yang bekerja kepada pemerintahan Kediri. Maka datanglah rombongan pasukan prajurit kediri dibawah pimpinan Mpu Tong Bajil, Dewi Sambi dan teman-temannya yang kemudian memporak-porandakan dan membakar rumah Mpu Hanggareksa. Mei Shin berhasil selamat, menyelinap dan melarikan diri. Tapi ayahnya, Mpu Hanggarekasa dan pengasuh setianya, Nyi Rongkot, tewas dibantai dengan kejam dan dibakar.

Ketika Kamandanu pulang dan mengetahui kejadian ini akibat perbuatan kakaknya, Ia pun mencari Arya Dwipangga dan menghajarnya hingga Arya Dwipangga terperosok masuk kedalam jurang. Tapi ternyata di goa dalam jurang inilah, justru akhirnya Arya Dwipangga menemukan seorang guru kanuragan yang sakti mandraguna yang gemar olah sastra juga, bernama Ki Watukura. Sosok tua misterius inilah yang mengajarinya olah kanuragan, dan disinilah Arya Dwipangga menjadi sakti mandraguna, dengan ajian mautnya bernama Kidung Pamungkas. Ia pun juga mendapatkan dua pedang sakti yg berbentuk aneh menyerupai bulan, bernama Pedang Bulan Sabit Kembar.

Setelah Ki Watukura Meninggal dan Arya Dwipangga sudah mewarisi kesaktiannnya, Ia pun keluar dari jurang dan mencari Arya Kamandanu serta bertekat membalas dendam. Dalam petualangan dan amarahnya mencari Arya Kamandanu, Ia tak mengenal kawan atau lawan, Ia pun membunuh siapa saja yang ditemuinya. Sebelum bertarung, ia selalu melantunkan syair-syair yang penuh dengan daya magis, Arya Dwipangga juga selalu meninggalkan tanda pada setiap korban yang dibunuhnya dengan tulisan Pendekar Syair berdarah.
Akhirnya, Arya Dwipangga menjadi seorang pendekar yang sangat kejam tanpa kenal ampun dan ditakuti semua orang, Ia terkenal dengan sebutan Pendekar Syair Berdarah.

Arya Dwipangga akhirnya bertemu lagi dengan Kamandanu di desa Kurawan, tempat tinggal mereka dulu. Dan kedua kakak beradik itu bertarung habis-habisan. Namun Arya Dwipangga tidak mampu mengalahkan Arya Kamandanu. Ia akhirnya melarikan diri.

Arya Dwipangga bertemu dengan Mpu Lunggah. Seperti biasa nafsu membunuhnya muncul. Namun dia tidak berdaya melawan Empu Lungga, karena Empu Lunggah menggunakan ilmu Rajut Busana, yaitu sebuah ilmu yang dapat menghilangkan kesaktian seseorang. Arya Dwipangga kehilangan kesaktiannya. Jurus Pedang Kembar dan Kidung Pamungkas tidak berarti lagi. Tak lama kemudian mata Arya Dwipangga buta. Hal itu disebabkan karena kutukan seorang pertapa yang bernama Resi Wisambudi yang telah dibunuhnya.

▪ Kelompok Pendekar Jahat

Kelompok pendekar ini dipimpin oleh Mpu Tong bajil, beranggotakan antara lain, Dewi Sambi, Mpu Renteng, Jaran Lejong, dan Jaran Bangkal, namun di antara mereka ilmu kanuragan yang paling mumpuni adalah Mpu Tong Bajil sendiri dan Dewi Sambi.

Mpu Tong Bajil

Mpu Tong Bajil digambarkan sebagai sosok Pendekar Cebol yang berwajah bengis, yang terkenal dengan kekejamannya.
Mpu Tong Bajil berasal dari Padepokan Gunung Tengger, murid dari Wong Agung ini mempunyai senjata ampuh bernama Tongkat Pencabut Roh, dengan ilmu pukulan andalannya bernama Aji Segara Geni. Mpu Bajil adalah pemimpin kelompok pendekar yang membantu Pemerintah Kediri. Dalam sebuah pertarungan melawan Arya Kamandanu, Tongkat Pencabut Roh miliknya patah menjadi dua. Mpu Bajil sangat marah. Dia lalu memperdalam Aji Segara Geni di Lereng Tengger. Setelah beberapa bulan lamanya Mpu Bajil berhasil memperdalam Aji Segara Geni. Dia kembali turun Gunung. Kembali Mpu Bajil bertarung melawan Arya Kamandanu. Mereka bertarung di Lembah Kardama. Dalam pertarungan itu Arya Kamandanu kalah dan Pedang Nagapuspa dapat direbut.

Dengan Pedang Nagapuspa di tangannya Mpu Bajil menjadi semakin kuat. Dia bersama Dewi Sambi dan kelompok perampoknya membuat kekacauan di mana-mana, bahkan kan dia berani membuat kekacauan di Majapahit. Saat itu Kamandanu sudah menjadi salah satu senopati perang di Majapahit, maka, Prabu Kertajasa Jaya Wardana mengutus Arya Kamandanu bersama Sakawuni untuk segera menumpas gerombolan penjahat itu. Setelah Kamandanu memperdalam jurus Naga Puspa sampai tingkat akhir dan kemudian tergigit oleh Ular Naga Puspa Kresna, dan dengan bantuan senjata ampuh Keris Mpu Gandring, Arya Kamandanu berhasil merebut kembali Pedang Nagapuspa. Dan Mpu Bajil pun tewas setelah dadanya terhunjam Keris maut tersebut, sedangkan Dewi Sambi diampuni karena sedang mengandung. Kepala Empu Bajil pun dibawa ke Majapahit.

Dewi Sambi

Dewi Sambi adalah murid dari Dewi Upas, sosok pendekar wanita yang tangguh dan cukup kejam yang menjadi kekasih daripada Mpu Tong Bajil.
Ia terkenal dengan pukulan beracunnya yang mematikan yaitu Ajian Tapak Wisa. Dia sangat mencintai Empu Bajil. Dia rela meninggalkan gurunya di Gunung Kawi hanya demi cintanya pada Mpu Bajil. Dari hubungannya dengan Mpu Bajil, Dewi Sambi mengandung dan memiliki seorang bayi laki-laki yang bernama Layang Samba. Namun Layang Samba dipelihara oleh Dewi Upas, guru Dewi Sambi yang memiliki kesaktian luar biasa. Diantaranya dia menguasai ilmu ular. Dewi Upas bisa memanggil ribuan ular dan memerintahkan mereka melakukan sesuatu.

Dewi Sambi sangat berduka atas kematian Mpu Bajil. Dia berusaha membalaskan dendam kematian Mpu Bajil kepada Arya Kamandanu. Dia mengirimkan jasad Mpu Bajil yang disertai surat palsu yang berisi tantangan Arya Kamandanu ke Padepokan Tengger agar Guru Mpu Bajil yang terkenal sakti Mandraguna yang bernama Wong Agung marah pada Arya Kamandanu. Awalnya Wong Agung tidak terpancing, tapi setelah perguruannya di obrak-abrik dan muridnya banyak yang tewas yang sebenarnya itu dilakukan oleh Dewi Sambi, Wong Agung pun murka, dia mencari Kamandanu dan membuat perhitungan. Kamandanu pun memenangkan pertarungan itu, tapi sayang Mpu Lunggah, Kakak seperguruan Ayahnya yang sekaligus turut membantu dalam menyempurnakan Jurus Naga Puspa kamandanu, tewas terkena pukulan aji Segara Geni milik wong agung saat bermaksud melindungi kamandanu dari pukulan maut tersebut. Setelah Wong Agung tidak berhasil mengalahkan Arya Kamandanu, Kemudian Dewi Sambi bersekutu dengan Arya Dwipangga alias Pendekar Syair Berdarah. Bersama-sama mereka melawan Arya Kamandanu. Namun lagi-lagi usahanya tidak berhasil, Kamandanu terlalu sakti untuk dikalahkan.

Dewi Sambi bertemu kembali dengan Mei Shin. Saat itu Mei Shin sedang dalam perjalanan ke Majapahit untuk mengobati Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana. Dewi Sambi tidak menyangka kalau Mei Shin masih hidup. Dewi Sambi kemudian bertarung melawan Mei Shin. Dia ingin membunuh Mei Shin karena Mei Shin dianggap mempunyai hubungan dengan Arya Kamandanu. Namun Dewi Sambi selalu gagal menyarangkan Pukulan Tapakwisanya ketubuh Mei Shin. Setiap kali Aji Tapakwisa akan mengenai dirinya Mei Shin selalu bisa menghindar. Akhirnya Dewi Sambi menggunakan tipu muslihat. Dia berpura-pura minta maaf pada Mei Shin. Ketika Mei Shin sedang lengah, Dewi Sambi membokongnya. Tapi lagi-lagi Dewi Sambi tidak berhasil. Aji Tapakwisa malah membalik pada dirinya, sehingga Dewi Sambi tewas dengan tubuh terpancang di tonggak kayu. Itu adalah akibat kutukan Resi Wisambudi, seorang pertapa yang dibunuhnya bersama Arya Dwipangga.

Kisah Percintaan

Kamandanu mengenal empat perempuan dalam kisah percintaannya. Yang pertama kepada Nari Ratih, gadis dari desa Menguntur, yang kemudian dinikahi oleh Arya Dwipangga, kakak kandung Arya Kamandanu. Yang kedua kepada Mei Shin, perempuan pelarian dari tanah Cina yang kemudian dinodai oleh Arya Dwipangga hingga hamil. Yang ketiga kepada Luh Jinggan, anak perempuan Mpu Lunggah (yang mengajarinya ajian Naga Puspa Kresna). Cinta ini juga tak kesampaian karena Kamandanu hanya menganggapnya adik. Yang keempat kepada Sakawuni, kolega sesama pendekar, putri Dewi Tunjung Biru, yang akhirnya dinikahinya. Dari pernikahannya ini Kamandanu memperoleh seorang putra. Kelak setelah Singosari runtuh, Kamandanu menjadi senopati Majapahit.

▪ Nari Ratih

Nari Ratih adalah cinta pertama Kamandanu, seorang kembang desa Manguntur anak dari Rakryan Wuru, bekas salah satu kepala prajurit Singhasari.
Parasnya yang cantik, membuatnya menjadi salah satu rebutan pemuda di desanya, salahsatunya bernama Dangdi, anak dari kepala desa Manguntur yang selalu mengejar-ngejar cinta Nari Ratih. Namun karena hati Nari Ratih sudah berlabuh kepada cinta kamandanu, maka ratihpun menolaknya. Sehingga sering terjadi percekcokan dan perkelahian antara Kamandanu dengan Dangdi.
Saat itu, Kamandanu masih sangat polos, meski ia sangat mencintai Nari Ratih, ia selalu ragu-ragu dalam mengungkapakan perasaan dan cintanya kepada Ratih. Nari Ratih kerap sekali kecewa akan sikap Kamandanu yang kurang tegas ini, sehingga sering terjadi kesalahfahaman di antara mereka.
Arya Dwipangga, kakak Kamandanu yang mengetahui ini mencoba membantu mendamaikan keduanya, Dwipangga sering mengirimkan bait-bait syair yang indah kepada Nari Ratih dengan mengatasnamakan kamandanu. Nari Ratih menjadi begitu bahagia dan segera menemui Kamandanu, tetapi begitu mengetahui bahwa bait-bait syair itu bukan kamandanu yang menulis, Ratih pun marah karena merasa dipermainkan, maka terjadilah perselisihan lagi di antara keduanya.
Arya Kamandanu menyampaikan ketidaksuakaannya kepada Arya dwipangga yang sudah turut campur urusan asmaranya. Arya Dwipangga segera menemui Ratih bermaksud menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tetapi begitu mengetahui kecantikan Nari Ratih, Arya Dwipangga malah terpesona dan menaruh hati kepada Nari Ratih.
Akhirnya Arya Dwipangga jadi makin sering menuliskan bait-bait syair yang indah kepada Nari Ratih. Lama kelamaan, Nari Ratihpun jadi terbuai oleh bait-bait syair cinta yang ditulis Dwipangga, mereka berdua sering melakukan pertemuan tanpa sepengetahuan Arya Kamandanu. Nari Ratih merasa Dwipangga lah sosok yang bisa memahami hatinya, laki-laki yang romantis dan mempunyai ketegasan hati. Sehingga pada suatu ketika, terjadilah peristiwa di Candi Walandit, mereka memadu kasih dan terlena dibuai oleh api asmara, hingga Nari Ratih hamil diluar nikah.
Arya Kamandanu yang memergoki kejadian ini begitu terpukul hatinya. Sehingga terjadi pertengkaran hebat dengan Dwipangga. ketika dirumahnya sedang berlangsung pernikahan Kakaknya, Arya Dwipangga dengan Nari Ratih, gadis yang dicintainya, Arya Kamandanu lebih memilih meninggalkan rumah, melupakan kegagalan asmaranya dengan mendalami ilmu kanuragan kepada Mpu Ranubhaya.
Setelah menikah, Nari Ratih melahirkan anak laki-laki bernama Panji Ketawang.

▪ Mei Shin

Kegagalan Hubungannya dg Nari Ratih akhirnya membuat Kamandanu lebih tekun dalam mempelajari ilmu kanuragan. setalah menguasai Jurus2 Nagapuspa dan ilmu Saipi Angin, akhirnya Kamandanu lebih suka berpetualang, hingga akhirnya betemu dg pasangan pendekar pelarian dari China. Mei Shin dan suaminya Lo Shi Shan. meraka menjadi buron pendekar jahat Pimpinan Mpu Tong Bajil karena memiliki pedang yg sangat sakti, Pedang Naga Puspa. Lo Shi Shan terkena Ajian Segoro Geni milik Mpu Tong Bajil, setelah kejadian pertarungan beberapa hari lamanya Pendekar Lo Shi Shan hidup dalam kesakitan hingga akhirnya meninggal di dunia disebuah hutan dalam Candi tua, sebelum meninggal dunia yang kala itu sempat di tolong oleh Arya Kamandanu, Lo Shi Shan menitipkan Mei Shin kepada Arya Kamanadu

Mei Shin yang sebatang kara kemudian ditolong Arya Kamandanu. Kebersamaan di antara mereka akhirnya menumbuhkan perasaan saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi Arya Dwipangga merusak hubungan mereka, dengan cara licik Arya Dwipangga dapat menodai perempuan asal daratan Mongolia itu sampai akhirnya mengandung bayi perempuan yang nantinya diberi nama Ayu Wandira. Namun demikian, meski hatinya hancur, Kamandanu tetap berjiwa besar dan bersedia mengambil perempuan dari Mongolia itu sebagai istrinya.

Akibat ulah dwipangga, kehidupan rumah tangganya sendiri menjadi tidak harmonis dengan Nari Ratih. sering terjadi pertengkaran yang berujung penyikasaan kepada Nari Ratih. Hingga Nari Ratih pun meninggal. Arya Dwipangga yang menaruh dendam akhirnya mengkhianati keluarganya sendiri dengan melaporkan ayahnya selaku pengikut Kertanagara kepada pihak Kadiri dengan tuduhan telah melindungi Mei Shin yang waktu itu menjadi buronan. Mpu Hanggareksa pun tewas oleh serangan para prajurit Kadiri di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Sebaliknya, Dwipangga si anak durhaka jatuh ke dalam jurang setelah dihajar Kamandanu. Kemudian Kamandanu kembali berpetualang untuk mencari Mei Shin yang lolos dari maut sambil mengasuh keponakannya, bernama Panji Ketawang, putra antara Arya Dwipangga dengan Nari Ratih

▪ Sakawuni

Dalam petualanggan mencari Mei Shin, Kamandanu bertemu dengan seorang pendekar wanita bernama Sakawuni. dan akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut Raden Wijaya (Nararya Sanggrama Wijaya), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernama Majapahit.

Kamandanu akhirnya bertemu dengan Mei Shin, ternyata saat penyerangan pasukan kediri yg menewaskan Hanggareksa saat itu, ia ditolong oleh pasangan pendekar yang sakti bernama Nini Raga Runting dan Kaki Tanpa Roang, dalam bebarapa lama, Kamandanu hidup bahagia bersama Mei Shin. Namun Tugasnya sebagai pengikut R. Wijaya, membuatnya ia haru kembali berjuang ke medan pertempuran bersama Sakawuni dan meninggalkan Mei Shin di lereng gunung Arjuno.

Nasib Mei Shin sendiri kurang bagus. Setelah melahirkan putri akibat perbuatan Arya Dwipangga yang diberi nama Ayu Wandira, ia kembali diserang kelompok Mpu Tong Bajil. Beruntung ia tidak kehilangan nyawa dan mendapatkan pertolongan seorang tabib Cina bernama Wong Yin.

Bersama Sakawuni, tak henti-hentinya kamandanu selalu mencari Mei Shin tapi tak pernah membawa hasil. Setelah Majapahit berdiri, R. Wijaya yang saat itu sudah menjadi Raja pertama Majapahit memberikan nasehat dan mengusulkan agar Kamandanu menikahi Sakawuni. Tetapi Kamandanu sekali lagi memutuskan utk mencari Mei Shin. Bersama Sakawuni, kamandanu sempat bertemu Mei Shin, Tetapi Mei Shin yang kala itu sudah menjadi tabib tidak mengakui jati dirinya karena melihat keakraban lelaki yang dicintainya ini bersama Sakawuni.

Kamandanu yang putus asa akhirnya memutuskan menikahi Sakawuni. Kemudian lahirlah anak yang bernama Jambu Nada, tapi sayang, saat melahirkan putranya yang bernama Jambu Nada, Sakawuni mengalami pendarahan hebat. Mei Shin yang kala itu juga gagal mengobati sakitnya Prabu Kertarajasa Jaya Wardana tak dapat menyelamatkan Sakawuni.

Sepeninggal Sakawuni dan mangkatnya Prabu kertarajasa Jaya Wardana, akhirnya Arya Kamandanu mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang bernama Jambu Nada Menyepi di lereng Gunung Arjuna.

▪ Luh Jinggan

Adalah putri dari Mpu Lunggah, Saudara tertua seperguruan dari ayah kamandanu Mpu Hanggarekasa ataupun Mpu Ranubhaya. Kamanandanu mengenal Luh Jinggan ketika ia sedang mendalami dan Menyempurnakan Jurus Nagapuspa atas bimbingan Mpu Lunggah. Luh Jinggan yang kesehariannya selalu menemaninya, lama semakin lama kemudian menaruh hati kepada kamandanu, Kedatangan Sakawuni yang saat itu melihat keadaan Kamandanu itupun sampai-sampai membuat Luh Jinggan cemburu, demikian juga sebaliknya, sakawuni yang kala itu diam-diam sudah menyimpan hati kepada Kamandanu juga sering cemburu melihat keakraban Kamandanu dengan luh Jinggan. Tetapi kamandanu hanya menganggap Luh Jinggan sebagai adik

Senin, 11 Maret 2019

Amalan menurut tingkatannya masing-masing

بِسْــــــــــــــــــم ِٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيم

Wejangan Guru Sufi 

Nasehat yang terbaik adalah Pemberi nasehat yang ikhlas, di saat yang tepat dan Penerima yang sadar .

Murid : Berilah kami nasehat tentang amalan yang terbaik.

Guru Sufi :  Amal yang terbaik adalah menurut tingkat dirimu.

Jika engkau seorang penakut, amal terbaikmu adalah berkata benar di hadapan penguasa yang zalim atau berjihad di jalan Allah.

Jika dirimu mempunyai dendam dan teraniaya, amal terbaikmu adalah memaafkan dan menjalin silaturami.

Jika engkau anak durhaka, sebaik-baik amal perbuatanmu adalah berbakti kepada kedua orang-tua dan selalu mendo’akan mereka.

Jika dirimu senang bertengkar dan berdebat, amalan yang terbaik bagimu adalah tawadlu dan mengurangi bicara.

Jika engkau tamak dan bakhil, amalan terbaikmu adalah menjadi seorang dermawan dan selalu bersedekah.

Jika kau pemalas, yang terbaik bagimu adalah shalat di awal waktu dan tidak meninggalkan shalat malam.

Jika kau suka bergunjing, amalan utamamu adalah sibuk berdzikir.

Jika dirimu riya dan sombong, perbuatan terbaikmu adalah berlatih zuhud dan berpuasa.

Jika kau menderita, yang terbaik bagimu adalah bersabar.

Jika kau kaya, amalan utama bagimu adalah bersyukur.

Jika kau miskin, perbuatan terbaikmu adalah rajin berusaha.

Jika kau pintar, amalan terbaikmu adalah mengajarkan.

Jika kau bodoh, yang terbaik untukmu adalah diam.

Belajarlah bersama orang orang yg ikhlas
Jadikanlah semua bulan yang ada 12 bulan ini adalah bulan Ramadhan
Karena itulah bulan paling mulia.

Note :
Kutipan singkat tanpa bermaksud menggurui atau apapun selain memohon keridha'an'Nya.

"Kadang tulisan ini bukan untuk menasihati orang lain, tetapi untuk menasihati diri sendiri. Kerana diri sendirilah yang lebih penting untuk dinasihati"

والله أعلم

🙏

Kutipan Tokoh

Pada waktu kau mulai menaruh muatan ke dalam kapal,
yakinlah bahwa mara bahaya sedang mengintai,
Karena kau tidak tahu apakah kapal akan tenggelam
Atau tiba di darat dengan selamat.

Andai kau berkata,
"Aku tak mau berangkat
sebelum tahu pasti nasibku"
Tentu kau tidak akan pergi berniaga:
Rahasia untung rugi tak akan pernah kau ketahui.

Peniaga berhati lemah tidak akan mendapat untung atau rugi.
Malah sesungguhnya ia rugi:
Seseorang mesti menghidupkan api untuk memperoleh cahaya.

Karena semua kejadian berlangsung di atas harapan,
pastilah tujuan terbaik dari harapan ialah iman.

Maka hanya iman yang membuatmu
meraih keselamatan

Jalaluddin Rumi
MUDAH DAN SUKAR TIDAK ADA

Minggu, 10 Maret 2019

Nyocote Uwong Iso Garai Ra Tenang

SEKILAS TERDENGAR BIASA TAPI BISA BERBAHAYA.

1. Seorang teman bertanya : 'Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu ?".
Ia menjawab : "1,5 juta rupiah".
"Cuma 1,5 juta rupiah? sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu ?".

Sejak saat itu temanmu jadi membenci pekerjaannya. lalu dia meminta kenaikan gaji pada pemilik toko, pemilik toko menolak dan mem PHK nya. Kini temanmu malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.

2. Saat arisan seorang ibu bertanya : "Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ? bukankah anak2 mu banyak ?".

Rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.

3. Saudara laki2nya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan : "Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ?"
"tidak ada" jawab adiknya pendek.
Saudara laki2 nya berkata lagi : "Masa sih, apa engkau tidak berharga disisinya ? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa".
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah, keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami istri ini terjadi perceraian.

Dari mana sumber masalahnya ?
Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki2 kepada adik perempuannya.

4. Seseorang bertanya pada kakek tua itu : "Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan ?" Si kakek menjawab : "Sebulan sekali".
Yang bertanya menimpali : "Wah keterlaluan sekali anak2mu itu. Diusia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering".

Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak2 nya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.

APA SEBENARNYA KEUNTUNGAN YANG DIDAPAT KETIKA BERTANYA SEPERTI PERTANYAAN2 DIATAS ITU ???

Jagalah diri dan jangan mencampuri kehidupan orang lain.
Jangan Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka dan lain2
Kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini. Bila ada bom yang meledak cobalah introspeksi diri, bisa jadi kitalah sebenarnya yang menyalakan sumbunya..

Semoga bermanfaat....

#Copasss

Wejangan Prof. Rhenald Kasali

JAUHKAN ANAKMU DARI KEMUDAHAN

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.

Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.

Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.

Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.

>> Hadiah orangtua

Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".

Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.

Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.

Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.

Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.

Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"

Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.

Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".

Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya.

Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.

Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.

>> Panggung Orang Dewasa

Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif.

Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU. Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui.

Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.

Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya.

Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.

Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.

Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.

Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan.

Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.

Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan.

Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.

Tulisan oleh: Prof. Rhenald Kasali

Kutipan Tokoh

Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh.
Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.
Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langlah kedua
(Buya Hamka)

REKSAWEDHA

SULUK PLENCUNG - REKSAWEDHA
Mantra Bagi Penguasa Gaib Tanah Jawa

Di Jawa, nuansa mitis begitu kuat pada berbagai ritual, seperti pada peringatan malam satu suro, Ruwatan, Sidikara dan Jamasan Pusaka, dll......
Salah satu Suluk yg sering diperdengarkan pada acara tsb adalah Suluk Plencung, yang merekam hubungan orang Jawa dengan kekuatan magis.
Pada bait pertama Suluk Plencung seperti dibawah ini :

“Apuranen sun angetang,
lelembut ing tanah Jawi,
kang rumeksa ing nagara,
para ratuning dhedhemit,
agung sawabe ugi,
yen apal sadayanipun,
kena ginawe tulak,
kinarya tunggu wong sakit,
kayu aeng lemah sangar dadi tawa”.

Bait di atas merupakan bait pembuka dari 23 bait Suluk Plencung menggunakan metrum Sinom pada aturan tembang Macapat.

Masing-masing metrum tembang Macapat, tulis Poedjasoebroto dalam Wayang Lambang Ajaran Islam, memiliki penciptanya sendiri-sendiri, seperti Mijil; Kinanthi; Sinom; Asmaradhana; Megatruh digubah Sunan Giri. Lalu Mijil dan Pocung digubah Sunan Gunung Jati; Pangkur digubah Sunan Muria; Durma digubah Sunan Bonang; dan Maskumambang digubah Sunan Maja Agung.

Suluk Plencung digubah sebagai mantra untuk seseorang ketika sedang melakukan perjalanan melintasi wilayah asing, meminta restu kepada dhanyang atau penguasa gaib wilayah tersebut.

Dhanyang, menurut James Dananjaya dalam Folklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng dan lain-lain, adalah roh sakti memiliki sifat mirip dengan dhemit. Dia juga dihubungkan dengan tempat angker tertentu seperti pundhen, tempat orang berkhaul, mempunyai sifat baik hati, dan melindungi.

Pada bait ke-8, misalnya, terdapat nama lelembut Genawati, berkuasa di Goa siluman. Goa tersebut merupakan tempat persinggahan Pangeran Diponegoro ketika melakukan pengembaraan atau disebut lelono, tahapan inisiasi masa remaja menuju dewasa.

Diponegoro mengembara pada tahun 1805 mengikuti jejak sang leluhur, Panembahan Senapati, ke berbagai tempat di Jawa, salah satu persinggahannya tak lain Goa Siluman, dekat Sungai Oyo, tempat bersemayam lelembut bernama Dewi Genowati.

Goa Siluman, menurut Peter Carey dalam Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855, pernah disebut dalam Kidung Lalembut (Nyanyian Kepada Para Roh) sebagai bagian dari istana para lelembut milik Ratu Kidul dengan wakil Dewi Genowati.

Selain Genowati penguasa Goa Siluman, tersua pula Kethek Putih penguasa Ardi Kendalisada atau Gunung Kendalisada pada bait 12. Kethek Putih pada cerita pewayangan disebut sebagai Hanoman.

Hanoman, catat Ki Kasidi Hadiprayitno dalam Bharata Yudha: Dimensi Religi dan Budaya dalam Serat Bratayuda, dianggap pernah bertapa di gunung Kendalisada di dekat Bawen, Kabupaten Semarang.

Hanoman diceritakan berjaga di puncak bukit Kendalisada untuk menjaga Rahwana, dipercaya terkubur di kawah belerang, di lokasi kini dikenal sebagai reruntuhan Candi Gedong Songo di lereng terjal Gunung Ungaran.

Suluk, meskipun ditembangkan, tidak semata-mata berfungsi sebagai hiburan melainkan, “memiliki makna tersembunyi seperti meneguhkan sesuatu bahkan sarana kritik. Itu bisa dipelajari jika suluk ini dikaji secara benar"

Berikut ini teks selengkapnya
SULUK PLENCUNG
(Kidung Reksawedha - Rajah Rumaya)

SINOM
01. Apuranen sun angetang, lelembut ing tanah Jawi, kang rumeksa ing nagara, para ratuning dhedhemit, agung sawahe ugi, yen apal sadayanipun, kena ginawe tulak, kinarya tunggu wong sakit, kayu aeng lemah sangar dadi tawa.

02. Kang rumiyin ing mbang wetan, Durganeluh Maospahit, lawan Raja Baureksa, iku ratuning dhedhemit, Blambangan winarni, awasta Sang Balabatu, kang rumeksa Blambangan, Buta Locaya Kediri, Prabu Yeksa kang rumeksa Giripura.

03. Sidakare ing Pacitan, Keduwang si Klentingmungil, Hendrjeksa, ing Magetan, Jenggal si Tunjungpuri, Prangmuka Surabanggi, ing Punggung si Abur-abur, Sapujagad ing Jipang, Madiyun sang Kalasekti, pan si Koreg lelembut ing Panaraga.

04. Singabarong Jagaraga, Majenang Trenggiling wesi, Macan guguh ing Grobogan, Kaljohar Singasari, Srengat si Barukuping, Balitar si Kalakatung, Buta Kroda ing Rawa, Kalangbret si Sekargambir, Carub awor kang rumeksa ing Lamongan.

05. Gurnita ing Puspalaya, Si Lengkur ing Tilamputih, si Lancuk aneng Balora, Gambiran sang sang Kaladurgi, Kedunggede Ni Jenggi, ing Batang si Klewr iku, Nglasem Kalaprahara, Sidayu si Dandangmurti, Widalangkah ing Candi kayanganira.

06. Semarang baratkatiga, Pekalongan Gunturgeni, Pemalang Ki Sembungyuda, Suwarda ing Sokawati, ing Tandes Nyai Ragil, Jayalelana ing Suruh, Buta Tringgiling Tanggal, ing Kendal si Gunting geni, Kaliwungu Gutuk-api kang rumeksa.

07. Magelang Ki Samaita, Dadung Awuk Brebes nenggih, ing Pajang Buta Salewah, Manda-manda ing Matawis, Paleret Rajeg-wesi, Kutagede Nyai Panggung, Pragota Kartasura, Carebon Setan Kaberi, Jurutaman ingkang aneng Tegallajang.

08. Genawati ing Siluman, Kemandang Waringin-putih, si Kareteg Pajajran, Sapuregol ing Batawi, waru Suli Waringin, ingkang aneng Gunung Agung, Kalekah Ngawang-awang, Parlapa ardi Merapi, Ni Taluki ingkang aneng ing Tunjungbang.

09. Setan Karetek ing Sendang, Pamasuhan Sapu Angin, Kres apada ing Rangkutan, Wandansari ing Tarisig, kang aneng Wanapeti, Malangkarsa namanipun, Sawahan Ki Sandungan, Pelabuhan Dudukwarih, Buta Tukang ingkang aneng Pelajangan.

10.Rara Amis aneng Tawang, ing Tidar si Kalasekti, Maduretna ing Sundara, Jelela ing ardi Sumbing, Ngungrungan Sidamurti, Terapa ardi Merbabu, Lirbangsan ardi Kombang, Prabu Jaka ardi Kelir, Aji Dipa ardi Kendeng kang den reksa.

11. Ing pasisir Buta Kala, Telacap Ki Kala Sekti, Kala Nadah ing Toyamas, Segaluh aran si Rendil, Banjaran Ki Wesasi, si Korok aneng Lowange, gunung Duk Geniyara, Bok Bereng Parangtaritis, Drembamoa ingkang aneng Purbalingga.

12. Si Kreta karangbolongan, Kedung Winong Andongsari, ing Jenu si Karungkala, ing Pengging Banjaransari, Pagelan kang winarni, aran Kyai Candralatu, ardi Kendali Sada, Ketek putih kang nenggani, Buta Glemboh ing Ngayah kajanganira.

13. Rara Denok aneng Demak, si Batitit aneng Tubin, Juwal-pajal ing Talsinga, ing Tremas Kuyang nenggani, Trenggalek Ni Daruni, si Kuncung Cemarasewu, Kala-dadung Bentongan, si Asmara aneng Taji, Bagus-anom ing Kudus kayanganira.

14. Magiri si Manglar Munga, ing Gading si Puspakati, Cucuk Dandang ing Kartika, Kulawarga Tasikwedi, kali Opak winarni, Sangga Buwana ranipun, Pak Kecek Pejarakan, Cing-cing Goling Kalibening, ing Dahrama Karawelang kang rumeksa.

15. Kang aneng Warulandeyan, Ki Daruna Ni Daruni, Bagus Karang aneng Roban, Pasujayan Udan riris, Widanangga Dalepih, si Gadung Kedung Garunggung, kang aneng Kabareyan, Citranaya kang neggani, Ganepura ingkang aneng Majaraga.

16. Logenjang aneng Juwana, ing Rembang si Bajulbali, si Londir ing Wirasaba, Madura Buta Garigis, kang aneng ing Matesih, Jaranpanolih ranipun, si Gober Pecangakan, Danapi ing Jatisari, Abar-abir ingkang aneng Jatimalang.

17. Arya Tiron ing Lodaya, Sarpabangsa aneng Pening, Parangtandang ing Kesanga, ing Kuwu si Ondar-andir, Setan Telaga pasir, ingkang aran si Jalilung, Kala Ngadang ing Tuntang, Bancuri Kala Bancuring, kang angreksa sukuning ardi Baita.

18. Rara Dungik Randu Lawang, ing Sendang Retna Pangasih, Buta Kepala Prambanan, Bok Sampur neng ardi Wilis, Raden Galanggang Jati, aneng ardi Gajah Mungkur, si Gendruk ing Talpegat, ing Ngembel Rahaden Panji, Pager Waja Rahaden Kusumayuda.

19. Si Pentul aneng Kacangan, Pecabakan Dodol Kawit, kalangkung kasektenira, titihane jaran panolih, kalacakra payung neki, larwaja kekemulipun, pan samya rinajegan, respati rajege wesi, cametine pat-upate ula lanang.

20. Sinabetaken mangetan, ana lara teka bali, tinulak bali mangetan, mangidul panyabet neki, ana lara teka bali, tinulak bali mangidul, ngulon panyabetira, ana lara teka bali, pan tinulak bali mangandap kang lara.

21. Mangalor panyabetira, ana lara teka bali, tinulak ngalor parannya, manginggil panyabet neki, ana lara teka bali, tinulak bali manduwur, mangisor panyabetnya, ana lara teka bali, pan tinulak bali mangandap kang lara.

22. Demit kang aneng Jepara, kalwan kang aneng Pati, kalangkung kasektenira, keringan samaning demit, ing Ngrema Tambaksuli, Yudapeksa ing Delanggu, si Kluntung ing Jepara, Gambir Anom aneng Pti, si Kecebung Kadilangu kang den reksa.

23. Rara Duleg ing Mancingan, Guwa Langse Raja Putri, kang rumeksa Parang Wedang, Raden Arya Jayengwesti, kabeh urut pasisir, kula warga Nyai Kidul, sampun pepak sadaya, para pramukaning demit, nungsa Jawa Pangeran kang rumeksa.

Filosofi Kembang Mayang

FILOSOFI KEMBAR MAYANG

KEMBAR itu artinya sama, dengan di buatkan Kembar Mayang, artinya mempelai berdua itu sama keinginannya, sama sudut pandang berfikirnya, sama cintanya dan sama dalam segala hal, walau yang pasti secara fisik dan qodratnya antara laki laki dan perempuan tetap tidak akan pernah bisa sama.
MAYANG itu artinya bunga/kembang, dengan di buatkan Kembar Mayang, artinya mempelei perempuan di ibaratkan dengan bunga, yang harum semerbak baunya, wangi, dan sedap ketika di pandang apalagi di sayang.
Semoga Pengantin berdua tetap ingat sejarahnya dulu sebelum naik kepelaminan, karna dengan mengingat sejarah akan membuatnya lebih bersyukur dan InsyaAlloh akan menjadikan keluarga Sakinah Mawaddah Warrohmah.

Di  Kembar Mayang pasti terdapat
JANUR KUNING :
Ketahuilah Janur kuning itu Artinya telah datang cahaya, ma'nanya Janur itu : Janur soko tembung Ja a Nurun  maknane Ja a teko opo Nurun cahoyo~ tekane cahoyo..ben padang jobo jerone dhohir bathine, barokah slamet dunyo akherote.... Janurnya di pilihkan yang berwarna kuning itu juga ada artinya....yaitu Qonaah~nrimo ing pandum.
Kedua penganten dirias didudukan di  kursi Pelaminan yang namanya KUADE, itu juga ada artinya, artinya yaitu KUAte seng geDE, maksute kuat nrimo ujian lan cobaan saking Alloh... Sehinggo iso meraih keni'matan seng ugo gede.

Di Kembar Mayang juga terdapat :
PAYUNG PAYUNGAN YANG TERBUAT DARI JANUR KUNING (Payung Tunggal Nogo) simbol ngayomi kedua mempelai.

Di Kembar Mayang juga terdapat :
(JANUR KUNING YANG DI ANYAM BENTUK MANUK MANUKAN) nyapo Kembar Mayang  iku kok dadak diwenehi manuk manukan?..
IKU NGONO KAREPE, MUGO MUGO MEMPELAI KEKALIH BEN KOYO MANUK DORO KAE... MESKIPUN ULENG ULENGAN SEPULOH PASANG DALAM SATU GUPON PARIBASANE, YEN DUDU GANDENGANE, ORA GELEM DORO IKU KOK YA'UUK KARO DORO LIYONE (Setia maksute).

Di Kembar Mayang juga terdapat :
(JANUR KUNING YANG DI ANYAM BENTUK ULER ULERAN) Uler iku termasuk kewan seng anduweni ciri 4 (papat), 1. YO NGGATELI, 2. YO NGGILANI, 3. YO RAKUS, 4. YO TUKANG NGRUSAK TANDURAN, kerono sifat papat kui mulane uler iku yen ketemu menungso bakalan di pateni, tapi ono uler iku seng pinter, supoyo gak di pateni menungso?... Uler mau ''topo'' nang jero godhong, trus godhonge di gulung kanggo topo sui-sui uler mau dadi ''ENTHUNG'' nek wes ngono malih ora nggilani to.....???? sebab uler mau wis ora nduweni sifat papat mau (ora gelem mangan opo-opo lan ora ngrusak tanduran), malah bucah cilik, cah nom, wong tuwo, podho dulanan enthung,
♫...Enthung endi elor endi kidul....♫
♫...Enthung endi elor endi kidul....♫

Yen wes dadi enthung bakale dadi kupu, yen wes dadi kupu mabur nang ngalam jagat iki, sing di pangan dudu godong godongan maneh, tapi sing di pangan yoiku sarine madu.

⇉ Menungso iku yo koyo uler, kadang-kadang yo nggilani ,RAKUS, YO NGGATELI, nek menungso nduweni sifat papat koyo uler kui cepet2 o "podo topo", Yen uler topo nang jero godhong TAPI yen menungso topo nang jero kamar, yen uler sui-sui dadi enthung yen wes dadi enthung dadi kupu, yen menugso yo ngono yen wis mlebu kamar (kubur) seng di takoni sopo pengeranmu ''LAILLAHA ILLALLOH'', yen uler wis dadi kupu mabur nang ngalam jagat iki lan sing di pangan sarine madu, TEGESE kulo panjenengan niku yen purun dzikir teng ngarsane Gusti Alloh besuk bakal ngombe bengawan susu kang roso manise ngungkuli madu neng Suwargone Gusti Alloh.

Di Kembar Mayang juga terdapat :
(JANUR KUNING YANG DI ANYAM BENTUK KERIS KERISAN) soko tembung arab Harisun artine ngeker/njogo, menjaga hubungan si mempelai dari segala mara bahaya atau bisa di istilahkan yang lain, menungso iku hendaknya mengikuti jalan hidup yang di ajarkan Nabi Muhammad ﷺ.

Di Kembar Mayang juga terdapat :
DAUN RINGIN/GODONG RINGIN, soko tembung bahasa arab ro'in artine pemimpin. Sageto kapinanganten kakung mimpin mlakune rumah tangga, sakiki lan mbesok siji lan sijine utomone keluargane.

Di Kembar Mayang juga terdapat :
DAUN PURING/GODONG PURIN, tegese nyuwuno separing paring dateng ngarsane Alloh. Nek enek opo opo, masalah keluargo ojo mikir nemen nemen, tapi kedahipun nyuwun lan masrahaken dateng ngarsane Alloh.

Di Kembar Mayang Juga terdapat :
DAUN ANDONG/GODONG ANDONG, tegese andongo o.. maksute ken ndungo, Kedahipun kapinanganten kekalih dalam berumah tangga kersoho kerep dungo, mugo mugo anak putunipun pikantuk barokah saking ndungo.

Di Kembar mayang juga terdapat :
DAUN LANCUR/GODONG LANCUR, artinya manusia hendaknya mempunyai fikiran yang luas dan jangkauan yang panjang untuk mncari nafkah dan memenuhi tanggung jawab Dunia dan Akhirat.

Di Kembar Mayang juga terdapat :
JANUR KUNING YANG DI ANYAM MEMBENTUK CANDI, yang biasa dinamakan (gunung gunungan) artinya pernikahan itu bisa seperti gunung yang kokoh tak tergoyahkan, walaupun ada rintangan dan badai menerjang.

Di Pernikahan Jawa biyasanya juga ada ini :
"KEMBANG PONCOWARNO, lha iki karan kembang telon, yoiku kembang MAWAR, KENONGO, KANTIL, Alloh S.W.T nyipto kembang Mawar, kembang Kenongo, lan kembang Kantil iku lambang…※…kembang mawar artine yen wong urip iku mawarno-warno…kembang kenongo artine keno ngene yo keno ngono…kembang kantil artine kabeh mau ba’da ihtiar iku wes takdir, mulo podo elingo kabeh, lan tansah syukuro…atine kudu ma kantil-kantil marang kangmoho kuoso Gusti Alloh.

(KELAPA GADING/KAMBIL GADING) mergo mantene wes ono sing nyanding ".

MENGUKUR ORANG ARIF

Jangan mengukur orang arif dan orang suci
Melalui ukuran yang berlaku atas  dirimu.

Cara menulis kata sher (singa) dan shir (susu) mirip, Namun  keduanya memiliki makna yang berbeda.

Apabila cara pandangmu seperti itu
Maka seluruh dunia tak akan ada artinya.

Memang tidak banyak  orang
Yang pantas disebut hamba Tuhan sejati

Mereka mengaku sama dengan nabi dan wali Mereka mengira wali seperti mereka juga. ”Lihat!”, kata mereka, ”Kami ini manusia, Mereka juga manusia; kami dan mereka Sama-sama terikat pada tidur dan makan.

Dalam kebutaannya mereka tak tahu
Bahwa antara keduanya terbentang jarak luas

Tawon dan lebah memang makan
Dari sumber yang sama; Namun yang satu Hanya memiliki sengatan menyakitkan

Sedang yang lain membuat madu yang lezat

Jalaludin Rumi/MENGUKUR ORANG ARIF.