Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Senin, 26 Oktober 2020

Tiga Nasihat Utama Sunan Kalijaga Lewat Lidah Semar

 

Pada masa Sunan Kalijaga, masyarakat Jawa pada umumnya sudah tak asing dengan beragam piwulang berisi nasihat tentang bagaimana seharusnya manusia Jawa sejati sekaligus Muslim melakoni kehidupan. Di antara nasihat itu, setidaknya ada tiga nasihat yang utama, yaitu:

  1. Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dhewe (Jangan mengaku pintar kalau belum bisa mencari kesalahan diri sendiri).
  1. Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo (Jangan mengaku unggul kalau masih senang merendahkan orang lain).
  1. Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti (Jangan mengaku suci kalau belum bisa menyatu di dalam Gusti).

Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. Nama Semar sendiri bisa ditemukan misalnya dalam kakawin Siwa-Sogata Sanghyang Nawaruci dan relief Sudamala di Candi Sukuh.

Sosok Semar dipahami sebagai prototipe manusia Jawa sejati, pribadi paripurna yang telah menemukan jati dirinya.

Manusia Jawa sejati adalah ia yang senantiasa sadar diri, tahu diri, “sumeleh ing pamikir” (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan “sumarah ing karep” (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti).

Kata “Jawa” sendiri oleh para leluhur dimaknai sebagai keadaan sadar, mengerti, eling, dan waspada. Meskipun seseorang merupakan keturunan Jawa, tetapi jika belum sadar diri dan tahu diri, oleh leluhur ia disebut “ora njawa”.

Sebaliknya, meskipun seseorang bukan keturunan Jawa, tetapi jika senantiasa sadar diri dan tahu diri, ia disebut “njawa”. Itu sebabnya, kendati keturunan Arab, Syekh Siti Jenar sangat dimuliakan di tanah Jawa sebab beliau adalah sosok yang telah menemukan jati dirinya.

Melalui lakon Semar inilah dalam kesenian wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga, Sang Guru Agung Tanah Jawa, membabar ajaran manusia Jawa sejati.

 

EH / Islam Indonesia

lir ilir


Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatane kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suroko surok hiyo

 

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo  
Tak sengguh panganten anyar  
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu

 

Makna yang terkandung dari lagu Lir-ilir adalah sebagai umat Islam, kita harus sadar, kemudian bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas dan lebih mempertebal keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Diri kita digambarkan dengan tanaman yang hijau dan mulai bersemi pada awalnya, tergantung kita mau bermalas-malasan dan membiarkan iman kita mati atau bangun dan berusaha untuk menumbuhkan tanaman (iman) hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan di musim panen seperti kebahagiaan sepasang pengantin baru.
Kemudian disebutkan juga Cah Angon (anak gembala), anak gembala maksudnya adalah seseorang yang mampu menjadi imam, seseorang yang bisa "mengembalakan" makmumnya ke jalan yang telah ditetapkan Allah, yang digembalakan di sini adalah hati, bagaiaman kita bisa menjaga hati kita agar tidak terbawa hafa nafsu.
Kemudian si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing, buah belimbing memiliki 5 sisi berbentuk bintang, 5 sisi ini merupakan gambaran dari rukum Islam yang terdiri dari 5 perkara.
Si anak gembala tetap harus memanjat pohon belimbing, meski sulit dan licin, jadi sekuat hati kita harus melaksanakan rukun Islam tadi, meski sulit dan berat.
Si anak gembala memanjat pohon belimbing untuk mencuci pakaiannya, pakaian di sini dimaksudkan adalah Iman, untuk itu iman kita harus terus bersih dan diperbaiki.
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.