Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Sabtu, 06 Juli 2019

Jodoh

NASIHAT HABIB LUTHFI BIN YAHYA TENTANG JODOH DAN PERNIKAHAN

Rahmat turun karena sebab ikhtiar. Contoh: sakinah, mawaddah dan rahmah akan muncul jika seseorang sudah ikhtiar untuk menikah. Yang Allah Swt. perintahkan kepada kita adalah memilih suami yang shaleh atau istri yang shalehah. Sebisa mungkin, taatilah perintah tersebut tanpa berpikir sampai kapan jodoh kita itu bertahan.

Banyak sekali kriteria yang dipilih seseorang (misalkan kecantikan, kegantengan, pangkat harta, dll.) tapi pilihlah pasangan yang memiliki kualitas bagus dalam hal ibadah dan akhlak. Sedangkan masalah harta itu nomor tiga. Rasulullah Saw. menjamin kalau seseorang mendahulukan hal demikian, kelak kehidupan suami akan mudah, ringan, lapang dan tanpa beban (fadzfar bidzatiddin taribat yadaka).

Perlu diketahui, rahmat Allah Swt. itu tidak akan datang tanpa usaha dari anggota keluarga dan keshalehan anggotalah yang diperlukan dalam mangarungi gelombang kehidupan rumah tangga. Sedangkan aktifitas lainnya (semisal seks) itu hanyalah sarana pelengkap saja. Jadi keshalehan para anggota keluargalah yang dibutuhkan dalam mengarungi gelombang kehidupan.

Syarat utama dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah itu adalah seorang suami sudah siap menjadi bapak sebelum menjadi bapak, sedangkan istri sudah siap menjadi ibu sebelum menjadi ibu. Oleh karena itu, bagi seorang lelaki carilah wanita yang sudah tampak jiwa keibuannya, begitu juga dengan wanita carilah lelaki yang berjiwa kebapakan.

Masalah jodoh itu saya ibaratkan dengan buah. Buah itu akan masak kalau sudah tiba waktunya. Kalau buah belum masak, rasanya akan masam. Dan kalau masam, mungkin buahnya tidak akan termakan. Sebab selain bergetah, buah yang belum masak dapat membuat sakit perut. Jadi menunggu jodoh tiba itu ibarat kita menunggu buah yang akan masak, nanti akan tiba sendiri. Kita tidak boleh berperasangka buruk, misalnya “kok jodohku lambat” tapi kembalikan semuanya pada Allah Swt. Sebab Allah lah yang menentukan jodoh kita. Jodoh yang ditentukan oleh Allah Swt. itu kelak akan datang kepada kita. Allah lah yang mengatur jodoh kita. Kita juga tidak boleh berperasangka buruk dan menyalahkan orang lain. Yang penting, jangan berputus asa memohon kepada Allah (berdoa).

Saya sarankan bagi yang belum menikah, sebaiknya pelajari dulu apa itu pengertian sakinah, mawaddah dan rahmah. Persiapkan mulai sekarang bagaimana cara menjadi orangtua yang baik. Sebab kelak perilaku anak itu kurang lebihnya akan meniru perilaku orangtuanya. Jangan pontang-panting minta anak shaleh-shalehah setelah jabang bayi lahir. Tapi mintalah mulai sekarang, mintalah secara istiqamah kepada Allah Swt. agar kelak dikasih pasangan yang shaleh-shalehah serta diberikan anak yang shaleh-shalehah pula yang mampu menjawab tantangan bangsa dan negara.

Untuk pemudi, paling penting kriteria calon suami itu; semangat bekerja, bertanggungjawab, tidak meninggalkan shalat 5 waktu, dan mau mendekati ulama dan orang-orang shaleh. Insyaallah akan membawa kebaikan baik duniawi maupun ukhrawi. Yang masih single semoga segera mendapat jodoh, yang membawa maslahat dunia dan akhirat. (Oleh: Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya via Muslimedia News - MMN)
FB ala_nu

Bu Susi

SUSI PUDJIASTUTI

Banyak orang sering mendengar namanya, tapi tidak banyak yg orang2 ketahui tentang beliau. Namun beberapa saat yg lalu saya baru membaca buku "Untold Story Susi Pudjiastuti" terbitan Kompas tahun 2015. Dari sini saya baru tahu beberapa fakta tentang bu Susi, yg membuat saya makin kagum pada beliau.

1. Susi adalah anak sulung dari keluarga Haji Karlan yg kaya raya dan jadi tuan tanah di Pangandaran. Meskipun orangtuanya kaya raya, Susi dan saudara2nya tidak pernah dimanjakan oleh orangtuanya. Susi sudah jualan dadar gulung keliling kampung sejak SMP. Adiknya jualan bensin eceran.

2. Susi dikenal cemerlang di bidang akademik sejak kecil. Ia berhasil masuk ke SMA favorit di Jogja. Saat SMA saja buku bacaannya sudah berat2, misal buku filsafat dan politik berbahasa Inggris. Sayangnya Susi sakit2an dan sering pingsan di sekolah. Selain karena kondisi kesehatan, Susi juga merasa bahwa bersekolah itu tidak cocok untuknya, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk drop out di kelas 2 SMA.

3. Setelah berhenti sekolah, berbekal uang 750 ribu hasil menjual perhiasan, Susi mulai menjadi bakul ikan. Kemampuannya makin terasah setelah berjualan ikan bersama suami pertamanya, Yoyok. Meski mereka akhirnya bercerai.

4. Sebagai bakul, Susi dikenang oleh para nelayan karena ia tidak menekan harga dan menawar serendah2nya agar mendapat keuntungan besar. Sebaliknya, Susi justru selalu membeli ikan dg harga tinggi. Bahkan pelelangan ikan tidak akan dimulai sebelum Susi atau pegawainya datang. Susi memang ingin agar kehidupan nelayan bisa menjadi lebih baik.

5. Tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan yg hasilnya diekspor hingga ke luar negeri. Sejak 1999 Susi mengajukan proposal pendanaan untuk membeli pesawat terbang, karena ia ingin agar ikan2nya bisa diangkut dg cepat. Baru di tahun 2004 ide gila itu terwujud dan Susi bisa membeli sebuah Cessna Caravan seharga 20 milyar dg pinjaman bank.

6. Tanggal 26 Desember 2004 terjadi tsunami di Aceh. Di saat orang lain masih rapat tentang pemberian bantuan, Susi sudah bergerak ke Aceh. Pesawat Susi Air tercatat sebagai pesawat pertama dari luar Aceh yg menembus lokasi tsunami, dua hari setelah kejadian. Pesawatnya mendarat di pulau Simeulue yg terdekat dg pusat gempa. Pesawat Susi Air juga menjadi yg pertama berani mendarat di Lhokseumawe 5 hari setelah kejadian, padahal saat itu tidak ada pesawat yg berani ke sana karena runway retak. Pesawat Susi pula yg pertama mendarat di Meulaboh. Sebelum mendarat mereka terbang rendah sambil melihat situasi runway. Kedatangannya sangat penting karena berdasarkan laporannya lah diketahui bahwa landasan Meulaboh hanya mengalami kerusakan ringan, sehingga pesawat2 lain yg membawa bantuan berani masuk. Pesawat yg dipakai Susi ke Aceh adalah pesawat miliknya satu2nya (ketika itu). Plus itu adalah pesawat baru yg belum diasuransikan. Kalau sampai terjadi kecelakaan, ia akan totally lost. Tapi resiko tinggi berani ia ambil demi membantu orang lain.

7. Tidak hanya memberi bantuan logistik pasca tsunami. Susi benar2 berperan besar dalam memulihkan kehidupan masyarakat Simeulue. Susi membangun tenda di pasir pantai agar nelayan berani kembali ke kampungnya lagi. Awalnya warga masih takut dan mereka dituduh gila. Susi terus berupaya mendampingi nelayan setempat agar kembali berani melaut. Saat itu nelayan di sana masih trauma, alat2 penangkap ikan pun hancur semua. Susi kemudian mengirim nelayan2 asal pangandaran ke Simeulue untuk berbagi pengetahuan, lengkap dg pemberian 20 perahu dan alat penangkap ikan. Juga bensin gratis. Nelayan setempat diajari cara menangkap lobster. Lalu lobsternya dibeli oleh Susi. Awalnya harga pasaran lobster di sana sekitar 30-45 ribu/kg. Bukannya senang, Susi malah keberatan dan menganggap harga itu terlalu rendah. Susi minta agar semua dibeli dg harga 80 ribu/kg. Karena harga yg tinggi, warga berbondong2 kembali melaut. Prinsip Susi, cari untung tetap perlu, tapi jangan terlalu banyak agar nelayan bisa hidup dg baik. Tidak heran masyarakat setempat menganggap Susi sebagai penyelamat mereka. 😃

8. Saat mengangkut hasil laut, biasanya ada beberapa bangku yg kosong di pesawat. Bangku2 ini diperebutkan karena gratis. Dari situlah, Susi Air berkembang menjadi maskapai reguler pengangkut orang juga (dan bukan hanya ikan). Tahun 2005, Susi sudah memiliki 3 pesawat sehingga bisa memulai penerbangan berjadwal dari Medan ke beberapa tempat.

9. Pada tahun 2014, armada Susi Air sudah berjumlah 49 unit. Sayangnya sulit mendapatkan pilot Indonesia yg mau bergabung. Pilot2 Indonesia tidak berminat masuk Susi Air karena mereka merasa lebih bergengsi menerbangkan Boeing atau Airbus. Mereka juga gak berminat terbang ke pelosok2 Indonesia. Pilot asing justru sangat antusias bekerja di Susi Air. Mereka suka alam Indonesia yg eksotis. Dari 179 pilot di Susi Air di tahun 2014, 175 orang adalah pilot asing. Bayangkan, bos yg seorang wanita Indonesia mempekerjakan begitu banyak 'bule' 😄.

10. Susi sangat memperhatikan masalah lingkungan sejak puluhan tahun lalu. Ia meminta nelayan agar lubang jaring dibuat besar sehingga anak2 ikan tidak tertangkap. Ia minta agar nelayan tidak menangkap lobster yg sedang bertelur. Ketika nelayan tak juga 'menurut', akhirnya Susi membeli semua lobster yg ditangkap nelayan, lalu melepas lagi lobster2 yg bertelur itu ke laut! Ikan langka juga ia beli dg harga mahal untuk dilepas kembali ke laut. Susi juga sangat peduli dan punya kegelisahan besar terhadap kerusakan lingkungan. Ia sering mengambil foto2 illegal logging, illegal mining dan illegal fishing dari atas pesawatnya.

Pencapaian2 Susi memang tak lepas dari sifatnya yg seorang pekerja keras. Di kamus Susi, kata orang2 dekatnya, tidak ada kata "tidak bisa". Sebelum menyuruh orang lain melakukan sesuatu, ia harus melakukan dan menguasainya lebih dahulu.

Beliau ternyata hebat banget ya ? 😀

(Copas)

Jumat, 05 Juli 2019

Cek iso apalan penak ijazah saking ponpes Tebuireng

"IJAZAH AGAR CERDAS, KUAT INGATAN, MUDAH MENGHAFAL"

Kadang suatu ilmu susah nempel di benak kita, atau seorang anak atau pelajar susah menghafal, sebentar2 lupa. Maka selain dibarengi giat belajar, Sayyidina  Qutbil Wujud AlHabib Ali Al-Habsyi Shohibul Maulid (Simthudduror) mengajarkan:

Yaitu meletakkan tangan kanan di atas kepala setiap kali selesai sholat sambil membaca ayat Al A'la (Sabbihisma) dari awal dan ketika sampai pada ayat ke-6 "sanuqriuka fala tansaa"

سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰ

di ulang 7X dan lanjut kan hingga selesai surah.

Kemudian di tambah ayat dibawah ini:

*فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَع َ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ

"FA FAHHAMNAAHAA SULAIMAANA WA KULLAN ATAYNAA HUKMAN WA 'ILMAN WA SAKHKHORNAA MA'A DAAWUUDAL JIBAALA YUSABBIHNA WAT THOIIR" (1x).

Jika di terapkan utk anak yg blm bisa baca maka orang tuanya yg baca, sambil tangan kanan nya diletakkan pada kepala si anak, maka insyaallah akan memiliki kemampuan mudah menyerap ilmu, gampang menghafal dan kita atau anak kita menjadi cerdas.

Wallahu a'lam insyaallah bermanfaat...

Meneng

Diam

Ada beberapa tingkatan di dalam diam...
Yg pertama adalah diam untuk introspeksi diri, diam dengan merenungi apa" yg telah kita perbuat pada Allah dan pada makhluk nya, bermuraqabah kepada diri sendiri. Yakni mengintai segala perbuatan dhahir dan bathin kita. Yg baik di syukuri sehingga tdk jumawa, yg kurang baik di mohonkan ampun kepada Allah. Tdk melihat dan menilai orang lain, tapi lebih melihat dan menilai diri sendiri.
Diam yg kedua, adalah diam dan memperhatikan bathin kita, agar selalu ada keindahan di dalamnya, keindahan yg tidak terpengaruh dari sesuatu di luar kita. Belajar menerima segala keadaan dengan kadar yg sama, baik buruk, suka duka adalah Tamu yg wajib di hormati dengan kadar yg sama. Segala keadaan ini adalah wajah" Allah, yg tanpa rupa, jadi harus kita terima dengan senyum yg terbaik, krn setiap keadaan dn masa itulah wajah Dia sesungguhNya. Bg sebagian orang, mengingatNya adalah dgn menumpuk huruf dn kata", namun bg seseorang yg khawas, ia sdh mampu melihat Dia dlm setiap rupa keadaan dn masa, sehingga ia sll menerima setiap keadaan dgn penerimaan yg terbaik, sebagaimana ia menerima RabbNya dlm hidupnya. Inilah shalat daim, dzikir yg hidup yg tdk berkesudahan, bukan lg huruf dan suara, namun ia menyaksikan dengan rasanya.
Yg ketiga adalah diam menyelam dalam diri, menyelam ke dalam asal kejadiab diri. Sehingga ia menemukan jatidirinya, sebagai Muhammad, sang pembawa
Rahmat. Yg mana kesadaran Muhammad, adalah kesadaran yg tidak lagi menerima, namun iya adalah kesadaran yg membangunkan diri kita untuk memberi.
Baik dan buruk, suka dan duka, longgar dan sempit, bagi sang Muhammad tdk lagi dianggap ada, sehingga tdk lagi terasa, sehingga tdk lagi ada penilai dan sejenisnya. Yg ia lakukan hanya memberi pelayanan dalam setiap keadaan, pelayanan yang sebaik mungkin, semulya mungkin kepada siapapun dan apapun. Kerna sang Muhammad adalah kesadaran memberi, kesadaran menjaga, kesadaran membimbing, kesadaran menuntun dan kesadaran melayani.
Dengan hati yg seindah mungkin....krn ialah sang rahmad, ia lah sang ahad. Bila di hati kita masih berpikir, apa yg bisa "aku" peroleh dan dapatnya, dan apa yg bisa "aku" terima, ketahuilah kau sebenarnya belum mencapai apa" dlm peningkatan rohanimu, kau belum mengenal apa", walau kau ahli dzikir atau ahli sedekah.
rohanimu belum beranjak dari anak" menuju dewasa .
Kerna kedewasaan rohani, adalah terbangunya sifat memberi dan mengabdi, itupun memberi dan mengabdi yang terbaik bagi sesamanya. Karena kedewasaan rohani adalah terbangunya sifat Muhammad, yg merupakan sifat Rabbani dalam diri insan.

Rabu, 03 Juli 2019

Jodoh takkan tertukar

Kisah Ali dan Fatimah: Jodoh Tak Akan Tertukar
Ali dan Fatimah adalah sepasang kekasih yang telah dinikahkan oleh “langit”, karena jodoh tak akan tertukar.               Kisah para sahabat Rasulullah Saw banyak menyimpan ibrah dan teladan. Salah satu kisah cinta dalam sejarah Islam yang mungkin bisa menjadi ibrah dan pelipur lara bagi orang-orang galau yang sedang menanti jodoh adalah kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah SAW.

Fatimah Az-Zahra adalah putri Rasulullah Saw, yang dikenal sebagai sosok yang sangat taat kepada orang tuanya. Ketertarikan Ali bin Abi Thalib kepada putri Rasulullah SAW tersebut bermula saat Fatimah dengan sigap membasuh dan mengobati luka parah sang ayah karena selesai berperang. Sejak saat itulah, Ali bin Abi Thalib menaruh rasa kepada Fatimah dan bertekad untuk melamar putri Rasulullah SAW tersebut.

Walaupun Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat Nabi dan juga sosok pahlawan, namun beliau merupakan pemuda yang miskin. Hidupnya dihabiskan untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Oleh karena itu, beliau kemudian bertekad untuk menabung supaya bisa membeli mahar untuk melamar putri Rasulullah SAW yang ia cintai.

Belum genap Ali bin Abi Thalib mengumpulkan modal untuk melamar, beliau mendengar bahwa sahabat Nabi SAW yaitu Abu Bakar telah melamar Fatimah. Ali bin Abi Thalib pun merasakan kegalauan dan kesedihan di hatinya, karena wanita yang dicintainya akan dilamar oleh sahabat Nabi Saw yang lebih mulia. Ali bin Abi Thalib pun sadar, bahwa Abu Bakar mempunyai kualitas iman dan Islam yang lebih tinggi darinya. Akan tetapi kegalauan dan kesedihan itu berhenti sejenak, ketika beliau mendengar bahwa lamaran Abu Bakar ditolak.

Kegemberiaan tersebut ternyata tidak bertahan lama, karena setelah lamaran Abu Bakar ditolak. Sahabat Nabi SAW lainnya, yaitu Umar bin Khattab yang gagah dan perkasa juga ikut melamar Fatimah. Ali sadar bahwa Umar bin Khattab juga lebih baik darinya. Tapi takdir berkata lain, lamaran Umar bin Khattab juga ditolak.

Ali bin Abi Thalib pun merasa gembira karena wanita yang dicintainya yaitu Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah SAW belum jadi menikah. Namun, pada saat itu Ali bin Abi Thalib masih ragu untuk melamar Fatimah. Beliau sadar bahwa dia hanya seorang pemuda miskin. Bahkan harta yang dimilikinya pun hanya satu set baju besi beserta unta dan pedang yang biasa digunakan untuk perang, serta persediaan tepung kasar untuk makannya.

Setelah mengetahui lamaran Abu Bakar dan Umar bin Khattab ditolak oleh Rasulullah Saw. Ali bin Abi Thalib curhat dengan Abu Bakar, beliau mengatakan kepadanya, “Wahai Abu Bakar, Anda telah membuat hatiku goncang, padahal sebelumnya sangat tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi Allah SWT, aku memang menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku adalah karena aku tidak mempunyai apa-apa.”

Mendengar hal tersebut, Abu Bakar terharu dan berkata kepada Ali bin Abi Thalib; “Wahai Ali, janganlah engkau berkata seperti itu. Bagi Allah SWT dan Rasul-Nya, dunia dan seisinya hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka.”

Selain mendapatkan semangat dari Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib juga mendapatkan semangat  dari mantan budaknya yang memberinya kabar tentang lamaran Abu Bakar dan Umar bin Khattab kepada  Fatimah.

Sebagaimana dijelaskan dalam Sirah Nabawiyah Karya Ibnu Katsir, suatu ketika mantan budak tersebut memberi kabar kepada Ali bin Abi Thalib bahwa Fatimah telah dilamar, kemudian mantan budak tersebut berkata lagi kepada Ali, “Kenapa kamu tidak segera datang kepada Rasulullah Saw untuk dinikahkan dengannya?”

“Aku tidak punya apa-apa,” jawab Ali. Mantan budak tersebut pun menimpali, “Kalau kamu datang kepada Rasulullah SAW, beliau akan menikahkanmu.”

Mendengar jawaban dari Abu Bakar dan mantan budaknya tersebut, kepercayaan diri Ali bin Abi Thalib muncul kembali. Dengan ragu-ragu, Ali bin Abi Thalib menghadap Rasulullah SAW.  Ketika Ali bin Abi Thalib datang menemui Rasul, Ali pun ditanya maksud kedatanggannya. Namun Ali tak berani menjawab. Rasulullah Saw pun memperjelas pertanyaannya, “Apakah kedatanganmu untuk melamar Fatimah?” Ali kemudian menjawab, “Iya”.

Rasulullah SAW melanjutkan pertanyaannya. Ali ditanya perihal mahar untuk Fatimah. Ali tidak punya apa-apa kecuali baju besi, pedang dan unta yang pernah beliau berikan untuk peralatan perang. Karena pedang dan untanya masih dibutuhkan untuk berdakwah, maka Rasulullah Saw menyuruh Ali untuk menjadikan baju besinya sebagai mahar.

Rasulullah SAW mengatakan kepada Ali bahwa beliau puas menerima seserahan darinya. Rasulullah SAW juga mengatakan kepada Ali supaya wajib bergembira, sebab Allah lah yang sebenarnya sudah lebih dulu menikahkan keduanya dilangit, sebelum menikahkan keduanya di bumi. Ali adalah jodoh yang telah disiapkan untuk Fatimah.

Butuh bertahun-tahun Ali bin Abi Thalib untuk memantaskan diri menjadi suami putri Rasulullah Saw, bahkan sudah pernah pasrah jika Fatimah menikah dengan orang lain dan buka menjadi jodohnya. Namun itulah takdir Allah Swt, akhirnya Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah Az-Zahra yang dicintainya.

Kita tidak akan tahu dengan siapa akan menjalani hidup suatu saat nanti.  Karena jodoh, hanya Allah Swt yang tahu. Dan yang pasti jodoh adalah cerminan diri kita dan tidak akan pernah tertukar. Sebagaimana kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang sudah lama terjalin, namun harus melewati jalan yang begitu terjal.

Selain itu, pelajaran lain yang bisa dipetik adalah keberanian untuk berterus terang jika sedang mencintai seseorang untuk  menghalalkannya.

Wallahu a’lam.             

#BALAYUDHA_ISLAM_NUSANTARA

Goblok

Bodoh, tidak Apa-apa

Forrest Gump adalah karakter film yang digambarkan sebagai orang bodoh. Ia tidak mempermasalahkan bila disebut bodoh. “Stupid is as stupid does,” katanya kalau ada yang mengatainya bodoh. Ia sadar bahwa ia bodoh. Tapi sebenarnya ia tak bodoh dalam segala hal. Ada satu hal yang dia pandai, yaitu berlari. “Run, Forrest, run!” Cuma itu pesan Jenny yang sangat ia cintai. Larilah, jangan melihat ke belakang. Kelak Forrest Gump juga pintar bermain ping pong.

Sebenarnya pintar itu apa, dan bodoh itu apa? Dari kecil kita biasa mendefinisikan bahwa yang pintar itu adalah yang nilai rapornya tinggi. Lebih khusus lagi, yang nilai matematikanya tinggi. Yang nilainya rendah dianggap bodoh. Melly Goeslaw (kalau tidak salah) pernah dilecehkan orang karena pernah tinggal kelas. Saat dewasa ia menantang,”Dulu yang juara kelas dan melecehkan saya, sekarang jadi apa?”

Forrest Gump yang bodoh itu ternyata hidupnya lebih baik dari orang kebanyakan. Ia kaya, dan tentu saja kakinya utuh, tidak seperti Letnan Dan, atasannya saat wajib militer di Vietnam, yang kehilangan kedua kakinya, padahal dia jauh lebih pintar dari Forrest Gump. Persis seperti anak yang sering dihina di kelas karena bodoh, tapi kelak justru dialah yang sukses.

Saya pernah hampir jadi presiden direktur di sebuah perusahaan manufaktur. Dalam proses seleksi, saya diwawancarai oleh pemilik perusahaan. Dalam obrolan tak tampak orang ini pintar (dalam pengertian umum). Wawasannya tampak kurang, menyebut satu dua istilah saja salah. Dalam pikiran saya sempat terbersit sesuatu. “Masa saya harus bekerja di bawah orang ini,” pikir saya sombong. Tapi kesadaran saya mengingatkan bahwa orang ini punya sejumlah perusahaan, yang tentu saja tak saya miliki.

Usai wawancara atau obrolan itu, saya diajak makan oleh direktur perusahaan tadi. Dia paham pikiran saya. “Ya memang kayak gitu beliau itu, tapi kita harus akui bahwa beliau sangat pandai berbisnis,” katanya.

Ada berbagai jenis orang. Ada yang pandai dalam sejumlah hal. Lebih tepat lagi, pandai dalam hal-hal yang tampak oleh orang banyak. Misalnya saya ini. Bagi banyak orang di dunia maya, saya ini tampak pandai. Saya tak akan membantah itu. Nilai tes saya untuk urusan verbal memang tinggi. Saya bisa dengan cepat menemukan kata-kata yang pas untuk mengungkapkan sesuatu. Saya bisa bicara 3 jam tanpa kehabisan bahan.

Tapi sebenarnya saya tak pandai matematika, meski saya doktor fisika. Bukan tak pandai benar. Kalau diukur masih agak di atas rata-rata orang kebanyakan. Tapi kalau kumpul di tengah orang-orang yang menggeluti bidang fisika, saya masuk papan bawah.

Dalam hal apa saya bodoh? Seni. Kalau nyanyi saya pekak nada. Main musik apapun saya tak bisa. Saya masuk level idiot untuk musik.

Kenapa orang seperti saya tampak pintar? Karena masyarakat biasa membuat kategori bahwa yang pintar itu yang seperti ini. Dalam hal agama, misalnya, yang pintar itu adalah yang banyak hafal kitab, bahkan sampai ke nomor halamannya. Padahal ada orang dengan kelainan otak yang sanggup hafal isi buku telepon.

Orang yang pandai melukis hanya sering disebut pelukis, bukan orang pintar. Demikian pula yang pandai main musik, main bola, memasak, dan sebagainya. Kita terbiasa menghargai sedikit saja jenis kepintaran.

Pentingkah pintar itu? Sebenarnya tak penting benar. Bagi saya sebenarnya tak ada orang bodoh. Yang ada hanyalah orang yang hanya pintar di suatu bidang yang sangat khusus, yang orang lain bahkan tak paham. Yang disebut pintar, adalah orang yang mahir pada suatu hal yang terlihat oleh banyak orang.

Sebenarnya tak penting soal pintar itu. Yang penting adalah bagaimana ia memanfaatkan apa yang ia punya untuk hidup. Christian Ronaldo dan Lionel Messi mungkin tak pintar matematika. Mereka jadi orang hebat, karena memilih jalan hidup yang sesuai dengan kemahirannya. Pengusaha yang saya sebut tadi pun begitu. Ia memilih jalan hidup di mana ia memiliki kemampuan. Ia jadi pengusaha.

Lalu siapa orang bodoh yang sebenarnya? Yaitu orang yang tak menjalani hidup sesuai dengan kekuatan atau kemahiran yang ia miliki. Lebih menyedihkan lagi, ia bahkan tak tahu ia unggul dalam bidang apa. Ia menjalani hidup yang bukan hidup dia. Ia hidup seadanya.

Ada pula orang bodoh jenis lain, yaitu mencoba menampilkan diri yang bukan dirinya. Sudah sukses di dunia militer, masih pula ingin tampak cerdas di bidang akademik, memaksakan diri untuk punya gelar doktor. Memaksa untuk menjadi pengarang lagu pula, misalnya.

Kita hanya perlu tahu diri. Saya sadar bahwa saya tidak pintar bermusik. Bisa saja saya berlatih, saya akan bisa sampai level tertentu. Tapi saya tidak akan jadi musisi hebat.

Tahu diri saja, jangan memaksakan untuk tampil dalam hal-hal yang bukan kekuatan kita. Kalau tidak pandai, lebih baik mengaku. Tidak usah kecil hati. Setiap orang pasti punya wilayah di mana dia bodoh. Tidak ada orang yang pintar dalam segala hal. Lebih penting untuk mencari di bagian mana kita pintar ketimbang menutupi bagian bodoh kita.

Senin, 01 Juli 2019

WASPADA DENGAN FENOMENA ZAMAN NOW

WASPADA DENGAN FENOMENA ZAMAN NOW

1. Banyak rumah semakin besar, tapi keluarganya semakin kecil.
2. Gelar semakin tinggi, akal sehat semakin rendah.
3. Pengobatan semakin canggih, kesehatan semakin buruk.
4. Travelling keliling Dunia, tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri.
5. Penghasilan semakin meningkat, ketentraman jiwa semakin berkurang.
6. Kualitas ilmu semakin tinggi, kualitas emosi semakin rendah.
7. Jumlah manusia semakin banyak, rasa kemanusiaan semakin menipis.
8. Pengetahuan semakin bagus, kearifan semakin berkurang.
9. Perzinahan semakin marak, kesetiaan semakin punah.
10. Semakin banyak teman di dunia maya, tapi tidak punya sahabat yang sejati.
11. Minuman semakin banyak jenisnya, air bersih semakin berkurang jumlahnya.
12. Pakai jam tangan mahal, tapi tak pernah tepat waktu.
13. Ilmu semakin tersebar, adab dan akhlak semakin lenyap.
14. Belajar semakin mudah, Guru semakin tidak dihargai.
15. Teknologi informasi semakin canggih, fitnah dan aib semakin tersebar.
16. Orang yang rendah ilmu banyak bicara, orang yang tinggi ilmu banyak terdiam.
17. Tontonan semakin banyak, tuntunan semakin berkurang. Akhirnya tontonan yang kurang baik, kurang mendidik berkembang jadi tuntunan. Sehingga yang Rusak Makin tambah Rusak.

Semoga kita menyadarinya dan berbenah diri dengan Perkembangan Zaman Now yang begitu memprihatinkan.

Semoga kita tetap berada dalam lindunganNya.

(s. id/5tvzh)

Apa yang kau cari, sedang mencarimu

Apa yang kau cari, sedang mencarimu

- Jalaluddin Rumi

Setiap orang akan mencari sesuatu yang disukainya, tetapi tidak semua apa yang ia cari dapat ditemukannya. Karena segala keinginan kecuali kedamaian ruhani akan menekan fikiran jauh dari diri sendiri.

Disitulah awal manusia terombang ambing karena tersesat oleh fikirannya sendiri. Sehingga hatinya merasa was was dan tidak merasakan ketenangan.

Bagi seorang yang mencari jatidiri ia melihat kedalam dan cepat maupun lambat, apa yang ia cari pasti akan ditemukannya, sebab apa yang dia cari, juga mencarinya. Cobalah sesekali melihat kepada cermin lihatlah dirimu bukan tumbuhmu.

Orang yang mencari jatidirinya hidupnya akan merasa tenang dan dipenuhi kedamaian.

Ia juga tidak disibukkan memandang keluar dirinya sendiri. Seperti mencari cari aib orang lain, sibuk menilai orang lain dsb.

Allah SWT berfirman:

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 19)