Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Sabtu, 11 Mei 2019

Yaa.... Ayyuhannas

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Begitulah caranya.

Jika engkau hanya mampu merangkak, maka merangkaklah kepada-Nya.

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyu, maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik, dan tanpa keyakinan karena Tuhan dengan rahmat-Nya akan tetap menerima mata uang palsumu.

Wahai pejalan..
biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji ayolah datang, dan datang lagi.
.
- Jalaluddin Rumi

Berguru

Kopi malam

📎 Ada tiga cara menghadapi dahsyatnya fitnah akhir zaman :

1) At-talaqqi
🍃 yaitu belajar dengan seorang guru yang mempunyai sanad dan jelas sanad keilmuannya sampai tersambung kepada Baginda Rasulullah ﷺ.

2) At - taroqqi
🍃 yaitu peningkatan kualiti diri dihadapan Allah dengan berbagai bentuk ibadah, bahkan sholawat kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sebaiknya kita perbanyak jika belum mendapatkan guru yang dapat membimbing, kerana selawat adalah guru ketika seseorang tidak memiliki guru.

3) At -Tawaqqi
🍃 yaitu penjagaan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan.

4)🍃Mencari Ilmu Di Guru Itu Lebih Baik Dari Pada Mencari Ilmu Di Media Sosial

( Habib Abu Bakar Adni Al Masyhur )

Jumat, 10 Mei 2019

Wirid

Ijazah Cepat Punya Rumah dari Habib Sholeh Al-Hamid Tanggul

Di tengah melejitnya harga rumah sekarang ini. Memiliki rumah bagi kalangan milenial dibutuhkan effort yang cukup besar. Karena beda dengan masa lalu yang cukup terjangkau, kini harus punya kocek besar untuk memiliki rumah. Kali ini ULAMA & KIAI Nusantara akan membagikan sebuah doa khusus untuk memiliki rumah impian.

Al-Habib Sholeh Al-Hamid (Tanggul-Jember) memberikan ijazah doa agar cepat punya rumah, inilah doanya:

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺭﺏ ﺍﻟﺒﻴﺖ

ﺃﺳﺄﻟﻚ ﺑﺠﺎﻩ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ

ﺃﻥ ﺗﻴﺴﺮ ﻟﻲ ﺧﻴﺮ ﺑﻴﺖ

ﺣﺘﻰ ﻻ ﻧﻘﻮﻝ ﻳﺎ ﻟﻴﺖ

Allohhumma Robbal Bait

As Aluka Bijaahi Ahlil Bait

An Tuyassiro lii Khoiro Bait

Hattaa Laa Naquulu Yaa Laiit

Artinya :

Ya Allah Engkau pemilik Baitulloh

Hamba memohon dengan wasilah/perantara Ahlil Bait (Rasulallah Saw)

Agar Engkau mudahkan untukku sebaik-sebaiknya rumah.

Sehingga kami tidak mengucap "Seandainya aku punya rumah"

Baca terus tanpa batas, boleh dijadikan wirid sambil usaha/kerja dgn niat yg kuat maka Insyaalloh akan terwujud dalam waktu dekat asal istiqomah.

Sdh banyak yg membuktikan dan hasilnya beda2. Ada yg kurang dari setahun ada yg lebih. Intinya ikhtiar doa ini dan masalah hasil yang kita terima adalah Hak ALLAH SWT.

Wallahu a'lam insyaallah bermanfaat

Temukan kisah menarik lainnya di ULAMA & KIAI Nusantara

Selasa, 07 Mei 2019

Anjing

*KETIKA NABI SAW DIHINA, SEEKOR ANJING PUN MARAH*

Al Haafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqolany didalam kitab "AdDurarurl Kaaminah Fi A'ayaanil Miati Tsaaminah" Jilid 4 Halaman 153."

قصة الكلاب الذى انقض على النصراني الذى شتم النبي

ابن حجر العسقلاني

أَن بعض أُمَرَاء الْمغل تنصر فَحَضَرَ عِنْده جمَاعَة من كبار النَّصَارَى والمغل فَجعل وَاحِد مِنْهُم ينتقص النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَهُنَاكَ كلب صيد مربوط فَلَمَّا أَكثر من ذَلِك وثب عَلَيْهِ الْكَلْب فخمشه فخلصوه مِنْهُ وَقَالَ بعض من حضر هَذَا بكلامك فِي مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَقَالَ كلا بل هَذَا الْكَلْب عَزِيز النَّفس وَآل أُشير بيَدي فَظن أَنِّي أُرِيد أَن أضربه ثمَّ عَاد إِلَى مَا كَانَ فِيهِ فَأطَال فَوَثَبَ الْكَلْب مرّة أُخْرَى فَقبض على زردمته فقلعها فَمَاتَ من حِينه فَأسلم بِسَبَب ذَلِك نَحْو أَرْبَعِينَ ألفا من الْمغل

ابن حجر العسقلاني، الدرر الكامنة في أعيان المائة الثامنة، ت محمد عبد المعيد ضان، مجلس دائرة المعارف العثمانية، صيدر اباد - الهند، الطبعة الثانية 1392هـ/ 1972م ج 4 ص 153.

"

Al Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah bercerita Dalam Kitabnya :

Pernah suatu hari ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nashrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang telah murtad (menjadi Nashrani).

Dan pada perayaan itu ada seorang pendeta yang menghina Nabi SAW, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.

Maka saat si penyembah salib yang dengki ini mulai mencela Nabi SAW anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian menerkam si Nashrani itu dan mencakar wajahnya.

Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya. Lantas sebagian orang yang hadir berkata:

Itu diakibatkan hinaanmu kepada Muhammad SAW.

Lantas si Nashrani berkata:

Tidak, Anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya.

Namun kemudian Si Nashrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Nabi SAW dengan perkataannya yang sangat keji. Maka si anjing pun berhasil lepas dari ikatannya dan langsung saja menyambar leher si Nashrani itu dan merobek hingga bagian dadanya yang paling atas.
Orang itu pun mati seketika.

Karena kejadian ini, ada sekitar 40.000 orang Mongol masuk Islam.

*Di zaman kita, apakah anjing lebih mulia dan lebih pemberani daripada manusia?*

*Jangan Sampai Seekor Anjing Masih Lebih Mulia Karena Membela Kehormatan Nabi SAW,Dibanding Yg Mengaku Muslim Tapi Membela Penghina Al Qur'an*

Imam Ibnu Al-Mundzir berkata, “Para ulama telah berijma’ (bersepakat) bahwa orang yang mencaci maki Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam harus dibunuh. Di antara yang berpendapat demikian adalah imam Malik (bin Anas), Laits (bin Sa’ad), Ahmad (bin Hambal) dan Ishaq (bin Rahawaih). Hal itu juga menjadi pendapat imam Syafi’i.”

(Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an, 8/82)

Semut

KISAH SEMUT YANG DIBERI TUGAS MEMBAWAKAN RIZKI SI ULAT

Tatkala Rasulullah SAW menikah dan membawa istrinya ke rumah, beliau mengadakan suatu walimah yang di hadiri oleh beberapa sahabat. Dalam walimah itu sambil menikmati hidangan yang terbatas, para sahabat berbincang-bincang, sementara Rasulullah SAW sedang sholat.

Setelah selesai dari sholatnya, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, "Tentang apa yang kalian bicarakan?" Para sahabat pun menjawab, "Soal rizki Ya Rasulullah." Lalu, Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabatnya, suatu cerita yang di ceritakan Malaikat Jibril AS kepadnya, yaitu :

Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman AS sedang melaksanakan sholat di tepi laut, setelah selesai sholat, beliau melihat seekor semut melata yang menggigit di mulutnya selembar daun hijau. Di lihatnya semut itu berteriak, sewaktu sudah sampai di tepi air keluarlah seekor katak, kemudian membawanya menyelam ke dasar laut.

Setelah satu jam lewat, keluarlah si semut terapung di atas air, kemudian, dengan rasa penasaran, Nabi Sulaiman AS pun bertanya kepada semut kecil itu, "Apa yang kamu lakukan di dasar laut?"

"Di bawah dasar laut terdapat sebuah batu besar yang di tengah-tengahnya hidup seekor ulat yang aku di perintahkan untuk memberikannya makan. Pada tiap hari aku membawa makanannya dua kali, di antar oleh Malaikat yang menjelma sebagai katak yang membawa aku ke dasar laut, kemudian setelah aku memberi makan ulat tersebut, di bawanya aku kembali ke permukaan laut. Dan tiap kali sehabis makan rizki yang kubawakan, si ulat bersyukur kepada Allah SWT dan berkata, "Maha Besar Allah yang telah menciptakan aku serta mentakdirkan aku hidup di dasar laut ini, tetapi tidaklah melupakan rizkiku." jawab si semut.

Adakah Allah SWT akan melupakan umat Nabi Muhammad SAW dari pemberian rizki dan Rahmat Nya ??
Semoga bermanfaat.

وَ الـلَّــــهُ اَعْــلَـــمْ بِالصَّــــوَابِ

Beragama

Tuhan (Bukan) Orgasme


Andai agama tak sebatas dipeluk, melainkan dicumbu dan disetubuhi, mungkin beragama tak setegang hari-hari ini. Seperti kata Dalang Sujiwo Tejo, "Mestiya agama itu disetubuhi. Jadi nyawijiManunggal!" Sebab, memeluk itu hanya pada permukaan, maka kita hanya berkutat pada "kulit luar", tidak sampai kalbu.


Sebelumnya saya berdoa kepada Tuhan agar menjadikan kita bukan sebagai pemeluk agama, tetapi sebagai penyetubuh agama, agar keberagamaan kita lebih intim, khusyuk, kudus, sekaligus romantis.

Tuhan bukanlah orgasme, tetapi melalui orgasme manusia bisa mencapai penghikmatan batin tentang-Nya. Pada orgasme, kata-kata, bahkan satu huruf pun meniada. Mungkin manusia hanya bisa berseru, "Oh, my God," atau, "Oh," "Ah," "Gusti," dan lain-lain, tapi sesungguhnya orgasme lebih "dalam" dari sekadar kata-kata. Kata-kata hanya salah satu media perjuangan manusia dalam menerjemahkan rasa. Tapi kata-kata bukan (pe)rasa(an) itu sendiri.

Rasa itu mutlak; kata-kata (alat penerjemahannya) yang membuatnya relatif.

Contoh: sambal Bu Rudi hukumnya pedas, tetapi tingkat kepedasan pada diri si a dan si b belum tentu sama. Mungkin bagi si a rasanya sangat pedas, sedang bagi si b rasanya lumayan pedas. Ini menunjukkan bahwa pe-rasa-an setiap manusia itu hukumnya pasti dan berbeda-beda, hanya saja kata-kata yang digunakan untuk mewakili perasaan itu sangat terbatas, sehingga meskipun rasa sambal Bu Rudi pada mulut si a dan si b berbeda.

Keduanya "terpaksa" sepakat pada kata (penilaian) yang sama: pedas. Karena, ya kembali lagi, bahasa kata-kata sangatlah terbatas.

Begitu juga Tuhan, Ia disebut Mahabesar, Mahaperkasa, Mahapenyayang, Mahapengasih, dan lain-lain tetapi ia sesungguhnya bukan itu semua. Ia dipredikati dengan sifat-sifat manusia hanya untuk membantu penalaran manusia terhadap-Nya. Ia melabeli diri dengan perangkat-perangkat kemanusiaan agar memudahkan pembayangan manusia tentang-Nya. Tetapi sejatinya Ia bukan kata, bukan nama. Karena Ia bukan manusia!

Dalam lakon Rahvayana, Sinta pernah berganti-ganti nama menjadi Waidehi, Janaki, dan lain-lain. Tapi itu tak melunturkan cinta Rahvana. Rahvana tetap mencintai-Nya, karena yang dia cintai bukan nama atau terduga nama, tapi zat.

Maka jika hari-hari ini bentuk beragama umat manusia dipenuhi dengan tindakan negatif-destruktif, boleh jadi itu disebabkan oleh kompetisi nama yang kita perlombakan selama ini. Boleh jadi bukan Tuhan yang kita ributkan, tetapi penafsiran-penafsiran kita tentang Tuhan.

Si a menafsirkan Tuhan begini, si b menafsirkan Tuhan begitu, kemudian kita berdebat tentang Tuhan mana yang benar. Karena kita hanya memperdebatkan tafsiran-tafsiran maka perdebatan tak menemukan titik temunya. Maka berkelahilah kita.

Maka sebaiknya, persanggamaan yang dilakukan umat manusia tak sekadar dijadikan sebagai media penikmatan diri (rekreatif), tetapi lebih dari itu, sebagai media penghikmatan diri (reflektif). Sebagai sesuatu yang bisa difilsafati--yang membawa kita pada kesadaran ilahi. Kesadaran yang, kata Jalaluddin Rumi, membawa kita pada "Suatu Ruang Murni" tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah.

Ah, saya sering senyum-senyum sendiri kalau mengingat kicauan dari akun Twitter @Nugarislucu: "Beragamalah seperti perokok aktif. Meski beda merek tak pernah saling hina. Sambil bercengkerama mereka, menikmati rokok sesuai selera."

Andai bisa terwujud cara beragama yang demikian di seantero negeri ini. Hmmm....

Sedekah

*MERUBAH TAKDIR*

SUATU HARI, MALAIKAT MAUT MENDATANGI NABI IBRAHIM A.S, LALU BERTANYA :

*MALAIKAT :*
“SIAPA ANAK MUDA YANG TADI MENDATANGIMU WAHAI IBRAHIM ?

*NABI IBRAHIM :*

ITU TADI SAHABATKU & SEKALIGUS MURIDKU.

*MALAIKAT :*

ADA APA DIA DATANG MENEMUIMU..?

*NABI IBRAHIM :*

DIA INGIN MENYAMPAIKAN AKAN MENIKAH BESOK PAGI.

*MALAIKAT:*

WAHAI IBRAHIM, SAYANG SEKALI, UMUR ANAK ITU TIDAK AKAN SAMPAI BESOK PAGI.

HABIS BERKATA SEPERTI ITU, MALAIKAT MAUT PUN PERGI MENINGGALKAN NABI IBRAHIM.

HAMPIR SAJA NABI IBRAHIM A.S TERGERAK UNTUK MEMBERITAHU ANAK MUDA TERSEBUT, GUNA MENYEGERAKAN PERNIKAHANNYA MALAM ITU JUGA, DAN MEMBERITAHU TENTANG KEMATIANNYA.

TETAPI LANGKAHNYA TERHENTI.

NABI IBRAHIM A.S MEMILIH KEMATIAN TETAP MENJADI RAHSIA ALLAH..

ESOK PAGINYA, NABI IBRAHIM A.S TERNYATA MELIHAT & MENYAKSIKAN ANAK MUDA TERSEBUT MELANGSUNGKAN PERNIKAHANNYA.

HARIPUN BERGANTI, MINGGU BERGANTI, BULAN BERGANTI, & TAHUN PUN BERGANTI TAHUN,

NABI IBRAHIM A.S MALAH MELIHAT ANAK MUDA INI PANJANG UMURNYA SEHINGGA USIANYA 70 TAHUN..

NABI IBRAHIM A.S PUN BERTANYA KEPADA MALAIKAT MAUT,

KENAPA MALAIKAT BERBOHONG TEMPOH HARI,

MENYAMPAIKAN JIKA ANAK MUDA ITU AKAN MATI BESOK PAGI,

TERNYATA TIDAK MATI, BAHKAN UMURNYA PANJANG..

*MALAIKAT MAUT :*

DIRINYA MEMANG AKAN MENCABUT NYAWA ANAK MUDA TERSEBUT, KERANA ALLAH MENAHANNYA,

DAN KENAPA ALLAH SWT MENAHAN TANGANKU UNTUK TIDAK MENCABUT NYAWA ANAK MUDA ITU (DAHULU)...?

KETAHUILAH WAHAI IBRAHIM,

BAHAWA DI MALAM MENJELANG PERNIKAHANNYA,

ANAK MUDA TERSEBUT MENYEDEKAHKAN 7 DIRHAM UNTUK ANAK2 YATIM, LALU ANAK2 YATIM MENDOAKAN NYA.

ALLAH MENGGANTI SETIAP DIRHAM  10 TH
DAN AKU DI PERINTAH KAN OLEH ALLAH. UNTUK TDK MENCABUT NYAWA ANAK MUDA TERSEBUT SBLM USIA NYA 70 TH.

DAN INILAH YANG MEMBUAT ALLAH MEMUTUSKAN UNTUK MEMANJANGKAN UMUR ANAK MUDA TERSEBUT,

HINGGA ENGKAU MASIH MELIHATNYA HIDUP..

KEMATIAN MEMANG DI TANGAN ALLAH SWT,

JUSTRU ITU, MEMAJUKAN DAN MEMUNDURKAN KEMATIAN ADALAH HAK ALLAH.

DAN ALLAH MEMBERITAHU LEWAT KALAM RASULNYA, MUHAMMAD SAW BAHWA SEDEKAH ITU BISA MEMANJANGKAN UMUR

*SAUDARAKU, MARILAH KITA PERBANYAK BERSEDEKAH*

MARI KITA AWALI SEDEKAH KITA INI, DENGAN MENGIRIMKAN KISAH YG BERMANFAAT INI, BAIK KEPADA KELUARGA, SAUDARA & HANDAI TAULAN KITA...SEMOGA YG BILANG AAMIIN DIBERI REZEKI YG MELIMPAH BESOK PAGI AAMIIN.

SELAMAT BERSEDEKAH DENGAN TULISAN INI,

SEMOGA DICATAT SEBAGAI IBADAH...

AAMIIN...

Syekh Ahmad Khatib

Syekh Ahmad Khatib, Guru Para Guru & Ulama yang Tak Gentar Berdebat

Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi pernah mengajar ulama-ulama besar Indonesia. Beberapa kali terlibat polemik keagamaan.

tirto.id - Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (selanjutnya ditulis Ahmad Khatib) dilahirkan di Sumatra Barat pada 1860. Sebelum belajar di Makkah, ia sempat mengenyam pendidikan di Kweekschool atau Sekolah Guru di Fort de Kock, Bukittinggi. Pada usia 11, barulah ia pergi ke tanah suci.

Di negeri seberang, karena baik budinya dan keluasan ilmunya, ia disayangi banyak orang termasuk seorang hartawan bernama Syekh Shaleh Kurdi, dan dinikahkan dengan putrinya yang bernama Khadijah.

Ia menjadi guru bagi para penuntut ilmu dari Nusantara, di antaranya K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka), Syekh Ibrahim Musa Parabek, Syekh Jamil Jaho, dan lain-lain. Selain itu ia juga diangkat sebagai mufti mazhab Syafi’i di Masjidil Haram

Menurut Hamka berdasarkan catatan ayahnya, Ahmad Khatib hanya sekali pulang ke Indonesia selama beberapa bulan, setelah itu ia kembali ke Makkah sampai akhir hayatnya.

Meski ia menetap di Makkah hampir seumur hidupnya, tapi kecintaannya kepada tanah kelahiran, Minangkabau, tak pernah luntur. Dari catatan ayahnya, Hamka mengetahui jika guru ayahnya itu sangat suka jika ada yang mengiriminya rendang dan belut kering.

Namun ia selalu menolak jika diajak pulang ke Minangkabau. Sambil menggelangkan kepala dan mukanya muram, ia berkata, “biarlah saya meninggal di tanah suci ini.”

“Beliau cinta ke Minangkabau, tetapi beliau tidak suka akan adatnya yang berpusaka kepada kemenanakan,” tulis Hamka dalam Ayahku (2016).

Tantangan di Makkah

Keluasan ilmu Ahmad Khatib sempat membuatnya di tak disukai sebagian ulama di Makkah yang menganggap orang Melayu tak cakap dalam urusan agama. Ketidaksukaan ulama-ulama ini juga menimpa Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul (ayah Hamka) hanya karena ia salah satu murid Ahmad Khatib.
“Engkau tidak usah mengaji dengan aku lagi, ilmumu sudah cukup untuk mengajar. Pada waktu yang musykil sahaja engkau datang bertanya kepadaku,” ucap Ahmad Khatib kepada Haji Rasul.

Atas perintah gurunya, Haji Rasul pun mulai mengajar di rumahnya. Dari hari ke hari jumlah murid yang mengaji kepadanya semakin banyak sehingga rumahnya tak sanggup menampung lagi. Persoalan ini ia sampaikan kepada Ahmad Khatib.

Gurunya menyuruh ia agar pindah ke Masjidil Haram. Haji Rasul pun menurut dan mulai mengajar di suatu tempat di Masjidil Haram yang bernama Bab Ibrahim, di bawah menara putih.

Saat Haji Rasul mengajar, tiba-tiba datang Muhammad Sa’id Babsil, ulama Masjidil Haram. Ia melarang Haji Rasul mengajar di masjid tersebut. Haji Rasul tentu saja kaget sebab ia melihat banyak pengajar lain yang tak dilarang.

“Guruku Syekh Ahmad Khatib, imam dan khatib dalam masjid ini yang menyuruh saya mengajar di sini. Kalau bukan beliau, mana saya berani,” kata Haji Rasul.

Mendengar perkataan itu, sang pelarang semakin marah dan mengancamnya akan dilaporkan ke polisi. Dan kemarahannya semakin menajdi-jadi saat Haji Rasul “menantangnya”.

“Kalau paduka merasa ragu membiarkan daku mengajar di masjid ini, paduka boleh menguji ilmuku dalam segala bab pelajaran agama, supaya paduka tahu kesanggupan saya,” kata Haji Rasul.

Ketegangan itu berakhir saat wakil Sa’id Babsil yang bernama Syekh Umar Junaid menengahi keduanya. Ia meredakan kemarahan sang pelarang dan menyuruh Haji Rasul pulang.

Kejadian itu ia laporkan kepada Ahmad Khatib. Tapi gurunya itu malah tertawa terbahak-bahak. Sang guru lalu bercerita bahwa ia juga saat mula-mula mengajar di Masjidil Haram mengalami hal yang sama. Pelbagai fitnah menyerangnya, bahkan orang-orang sempat melemparinya dengan batu hingga lampunya pecah.

“Engkau dilarang mengajar sebab engkau muridku. Coba engkau suka tempo hari belajar dengan dia, tentu engkau mudah sahaja mengajar,” imbuhnya.

Kedengkian itu, menurut Ahmad Khatib, karena mereka memandang rendah bangsa Melayu, dan merasa lebih tinggi dan paling berhak untuk mengajar di Masjidil Haram. Bangsa Melayu dianggap tak mengetahui apapun soal ilmu agama, apalagi mengajarkannya dalam bahasa Arab.

Mendengar penjelasan gurunya, Haji Rasul pun pamit hendak meneruskan mengajar di Masjidil Haram. Namun hal itu dilarang sang guru yang menyuruhnya untuk mengajar kembali di rumahnya. Haji Rasul menyampaikan kembali bahwa rumahnya tak mampu lagi menampung murid-murid yang terus berdatangan. Akhirnya ia disuruh mengajar di rumah kemenakan gurunya.

“Mengajarlah di dewan yang lapang di rumah kemenakanku Siti Hafsah di Berhatil Awaji, dan tak usah menyewa di sana, gratis sahaja!” ucap Ahmad Khatib.

Perdebatan demi Perdebatan

Keluasan ilmu Ahmad Khatib membuatnya tak gentar terlibat dalam pelbagai polemik keagamaan. Ia sempat berdebat dengan Sayyid Usman Betawi ihwal masjid yang akan dipergunakan untuk salat Jumat.
Ahmad Fauzi Ilyas dalam “Polemik Sayyid Usman Betawi dan Syekh Ahmad Minangkabau tentang Salat Jumat” yang dimuat di Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies (Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018) mengisahkan polemik bermula saat seorang tokoh Palembang bernama Masagus Abdul Hamid mendirikan masjid jami pada 1890-an. Ia mendirikan masjid itu untuk salat Jumat selain di masjid lama, yaitu Masjid Agung Kesultanan.

Ulama-ulama Palembang berselisih pendapat soal boleh tidaknya melaksanakan salat Jumat di masjid baru tersebut, sehingga penghulu Muhammad Aqil melayangkan surat kepada Sayyid Usman sebagai Mufti Batavia untuk meminta keterangan darinya.

Sayyid Usman menjawabnya dengan menulis sejumlah buku, yakni Jam’al-Fawa’id mimma Yata’allaq bi Shalat al-Jum’ah wa al-Masajid dan Menyenangkan Hati yang Bimbang di dalam Perihal Jumat di Palembang. Kedua buku tersebut menolak keabsahan salat Jumat di masjid baru.

Tak hanya penghulu, Masagus Abdul Hamid juga berkirim surat kepada Ahmad Khatib ihwal permasalahan tersebut. Dan jawabannya adalah membolehkan melaksanakan salat Jumat di masjid baru itu.

Selanjutnya Masagus Abdul Hamid meminta fatwa juga kepada Sayyid Usman. Dan lagi-lagi Mufti Batavia itu menjawabnya dengan menulis buku yang menyatakan jawaban Mufti Syafi’i di Makkah itu keliru karena berdasarkan informasi pertanyaan yang salah.

Oleh Masagus Abdul Hamid, buku tersebut dikirimkan kepada Ahmad Khatib, yang kemudian dibalas olehnya dengan menulis buku. Perdebatan berlangsung lama karena kedua tokoh agama ini saling mempertahankan argumentasinya dengan saling bantah lewat buku yang mereka tulis.

Polemik lainnya yang melibatkan Ahmad Khatib adalah soal tarekat Naqsabandiyah. Masih dalam jurnal yang sama, Ahmad Fauzi Ilyas menerangkan permulaan perdebatan tersebut. Sekali waktu, muridnya yang bernama Syekh Abdullah Ahmad menulis surat kepadanya yang berisi permintaan fatwa terkait tradisi tarekat Naqsabandiyah yang berkembang di Minangkabau.

Kepada muridnya Ahmad Khatib menjelaskan tarekat yang diajarkan Nabi Muhammad adalah tarekat yang berkesesuaian antara syariat dan tarekat. Menurutnya, seperti dikutip Ahmad Fauzi Ilyas, ada sembilan wasiat yang diajarkan para sufi jika hendak menempuh tarekat yang benar, yakni tobat, qana’ah, zuhud, belajar ilmu syariat, menjaga sunah dan adab Nabi, tawakal, ikhlas, uzlah, dan menjaga waktu dalam ketaatan secara total.

“Kesimpulan yang ingin ditekankan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau adalah bahwa tarekat yang benar yaitu tarekat Nabi, sahabat, dan ulama-ulama terdahulu yang mengedepakan syariat dalam tarekat,” tulis Fauzi Ilyas.

Ia menambahkan, hal ini berbeda dengan tarekat Naqsabandiyah yang berkembang di Minangkabau, yakni dengan cara mereduksi makna dan pengalaman dalam bentuk baiat dan wirid yang diajarkan guru tarekat kepada murid dengan mengesampingkan syariat.

Sunnah

SUNNAH NABI ITU MEMANG SUPER

1⃣ B.A.B duduk, beresiko tinggi terkena wasir/ambeien. BAB jongkok lebih bersih dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

2⃣ Kencing berdiri beresiko prostat dan batu ginjal. Kencing jongkok lebih bersih dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

3⃣ Enzim di tangan membantu makanan lebih mudah dicerna. Dibanding dengan besi, kayu, atau plastik, makan dengan tangan lebih bersih, fitrah dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

4⃣ Makan dan minum berdiri dpt mengganggu perncernaan. Dengan duduk lebih santun dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

5⃣ Makan di kursi, masih kurang menyehatkan. Dengan duduk di lantai, tubuh akan membagi perut menjadi 3 ruang: udara, makanan dan air, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

6⃣ Makan buah setelah makan (cuci mulut) kurang bagus bagi lambung, karena ada reaksi asam. Yang sehat adalah makan buah sebelum makan, membantu melicinkan saluran pencernaan dan membuatnya lebih siap, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

7⃣ Tidur tengkurep tidak bagus untuk kesehatan, bahkan itu tidurnya syetan. Tidur menghadap kanan lebih menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

8⃣ Banyak Rahasia Sunnah yg telah diteliti para pakar, dari segi hikmah, manfaat, dan kesehatan. Benarlah yg dikatakan: di balik sunnah ada kejayaan. Bagi kita, jika misalnya belum tahu manfaatnya, terus saja semangat mengikuti adab dan tuntunan Rasul. Manfaat itu efek samping, motivasi utamanya adalah mengikuti adab dan tuntunan Rasul.

9⃣ Seorang dokter Eropa berkata: jika semua manusia mengamalkan 3 sunnah saja (sunnah makan, sunnah di Kamar Mandi, dan sunnah tidur), maka harusnya saya berhenti jadi dokter karena tidak ada pasien..

Masya Allah....

Cintailah sunnah Nabi, tidak hanya adab2 sehari tapi seluruh apa yang telah Rasullah tetapkan dalam Dien Islam .. "Mau yg disukai atau tidak".

بَارَكَ اللهُ فِيْك

BALI 2019