Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


Rabu, 06 Februari 2019

Nasehat Empat Kata

Kemuliaan Nasehat Abadi Empat Kata dari Lereng Merapi #Srumbung

Oleh KHOLILUL ROHMAN (Pondok Pesantren Payaman, Magelang)

Aliran sungai dari puncak Gunung Merapi setiap hari dikeruk material batu, kerikil, dan pasirnya. Setiap hari ribuan kubik material dari perut bumi itu diangkut oleh ribuan truk ke berbagai daerah di pulau Jawa. Bahkan informasi valid menyebut dikirim ke luar pulau Jawa.

Merapi adalah anugerah alam untuk mahluk-mahluk-Nya. Merapi adalah harapan dan teladan. Bukan hanya material dan daun-daun hijaunya. Justru penduduk setia berdiam di sekitarnya adalah teladan dan harapan yang sesungguhnya.

Pondok Pesantren Raudhotul Falaah, Sumbung, Magelang. Lembaga pendidikan salafiyah dan modern. Mengajarkan kitab-kitab klasik dan ilmu-ilmu modern. Berdiri di kompleks pondok tersebut sekolah MTs dan SMK/SMA Maarif. Sebuah bangunan masjid yang megah menyatukan dan merawat nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan di Lereng Merapi.

Kiai Baha’uddin Syah, akrab di panggil Gus Din, adalah kiai pengasuhnya. Muda, cerdas, familiar, dan terbuka. Siapapun orang `sowan` (bersilaturrahim) diterima dengan cara sama: duduk lesehan, minuman teh manis, dan makanan kecil (klethik’an) di toples.

Ba’da ashar kami silaturrahim ke Gus Din. Beliau duduk bersila saat menerima kami di ruang tamu kediaman beliau. Ngobrol `ngalor-ngidul` tentang peristiwa terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Hal menarik yang saya rasakan adalah bukan bercerita tentang marak hoax di sosmed, yang biasanya sering disinggung kebanyakan orang.

Gus Din berkisah tentang dua kewirausahaan “kecil-kecilan” yang sedang ditekuninya. Keteladanan berbisnis “remeh-temeh” dari seorang kiai adalah pendidikan kemandirian yang sesungguhnya, keunikan sosok kiai muda Lereng Merapi.

Pertama, bisnis jual beli motor seken via online. Gus Din bercerita tentang aktivitas keseharian bisnis motor seken online sekaligus melayani jasa perpanjangan pajak dan mutasi motor dan mobil antar kota, khususnya wilayah Jawa Tengah.

Di halaman kediaman terlihat beberapa motor ditutupi terpal. Semula saya mengira motor-motor itu milik para santri yang sedang diparkir, ternyata motor-motor dagangan beliau.  Melihat secara langsung seorang kiai berbahagia dengan berdagang kecil-kecilan adalah teladan bagi santri-santrinya, bagi masyarakatnya.

“Itu motor dagangan, Mas. Saya juga melayani pajak motor dan mobil antar kota,” tuturnya.

`Gerakan Koin Ijo Lereng Merapi`

Kedua, Gus Din bersama MWC NU Srumbung sedang merintis donasi `Koin Ijo Lereng Merapi`. Dilatarbelakangi oleh keinginan sosial para aktivis Nahdlatul Ulama (NU) Srumbung akan hadirnya mobil ambulance. Gus Din bersama enam aktivis lainnya berinisiatif mengadakan kotak kayu bercat hijau ukuran 9x9x9 CM disebar ke seluruh penduduk yang berminat berpartisipasi.

Satu kotak untuk satu kepala keluarga (KK) yang akan ditarik setiap bulan sekali. Gerakan ini dimulai pada Januari 2019 ini dan pada Februari bulan ini pertama melakukan penarikan terkumpul dana sosial lebih dari 25 juta rupiah (saat kami wawancara penarikan belum selesai).

Menurut Gus Din, gerakan ini membutuhkan energi istiqamah yang besar dari beberapa orang untuk mengawalnya. Sebab cita-cita yang diinginkan dari Gerakan Koin Ijo bukan semata untuk pengadaan mobil ambulance. Lebih dari itu, menurut Gus Din, adalah demi terciptanya kemandirian organisasi NU, bea siswa pendidikan santri, santunan anak yatim, dan bedah rumah bagi warga tidak mampu.

“Kami patungan untuk bikin kotak. Beaya pengadaan kotak ijo saja lebih 40 juta rupiah. Sampai detik ini sudah tersebar 5.463 kotak,” tuturnya. Kata Gus Din, ada lebih dari 2.000 KK di Srumbung yang ingin berpartispasi namun belum kebagian kotak ijo. Masih banyak warga nahdliyin ingin berinfaq koin secara istiqamah Rp500,- (lima ratus rupiah) per hari. 

Gus Din menghitung secara kasaran bahwa gerakan ini setidaknya akan mampu mengumpulkan dana sosial sebesar 50 juta rupiah per bulan. Estimasinya, dari semua kotak tersebar hanya 5.000 kotak yang terisi koin donasi per kotak minimal terisi Rp10.000,-.

Faktanya tidak semua kotak terisi. Yang berisi ya ada yang 50rb, 5rb, 25rb, 10rb, dan 100rb. Sehingga dengan gerakan koin ijo ini mengadakan dana 50 juta rupiah perbulan untuk organisasi NU adalah hal yang kongkrit dan masuk akal.

Gus Din adalah nasehat abadi tak lekang zaman dari 4 kata yg tertera di dinding madrasah: santun, cerdas, tampil, berkarakter. Dari Lereng Merapi kita belajar mandiri. Berkah dan bahagia selalu, Gus Din. Terima kasih, semoga berkah. #Silaturrahim #Bismillah #AllahummaDadi

0 komentar:

Posting Komentar