Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Selasa, 05 Oktober 2021

Jalan Sufi

HAKIKAT JALAN SUFI DARI SYEKH ABU HASAN ASY-SYADZILI

Menurut Imam Asy-Syadzili, jalan tasawuf itu bukanlah jalan kerahiban, menyendiri di goa, meninggalkan tanggung jawab sosial, tampak miskin menderita, memakan makanan sisa, pakaian compang-camping dan sebagainya. Tetapi, jalan sufi adalah jalan kesabaran dan keyakinan dalam petunjuk Ilahi. 




Imam Asy-Syadzili mengatakan, "Pelabuhan (tasawuf) ini sungguh mulia, padanya lima perkara, yakni: sabar, takwa, wara, yakin dan makrifat. Sabar jika ia disakiti, takwa dengan tidak menyakiti, bersikap wara terhadap yang keluar masuk dari sini beliau menunjuk ke mulutnyadan pada hatinya, bahwa tidak menerbos masuk ke dalamnya selain apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, serta keyakinan terhadap rezeki (yang diberikan Allah) dan bermakrifat terhadap Al-Haqq, yang tidak akan hina seseorang bersamanya, kepada siapa pun dari makhluk.


Orang yang berakal adalah orang yang mengenal Allah, apa-apa yang Dia kehendaki atasnya dan apa yang berasal darinya secara syariat. Dan, hal yang Allah inginkan dari seorang hamba adalah empat perkara: adakalanya berupa nikmat atau cobaan, ketaatan atau kemaksiatan.


Jika kau berada dalam kenikmatan, maka Allah menuntutmu untuk bersyukur secara syariat. Jika Allah menghendaki cobaan bagimu, maka Dia menuntutmu untuk bersabar secara syariat. "


Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, Durrat Al-Asrar wa Tuhfat Al-Abrar, Muhammad Ibnu Abi Qasim Al-Humairi



Tulisan diambil dari laman FB Tasawuf underground☺ Semoga bermanfaat bagi kita yang membaca__

Rabu Wekasan

Rabu yang berada di akhir bulan shafar
Sholat sunnah mutlak
Aturannya ada di gambar bawah
Keterangan selanjutnya silahkan klik link biru berikut

 

Selasa, 28 September 2021

Yang Aku Takuti


Yang aku takut, hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasehat, namun sangat pandai menasehati. 


Yang aku takut, aku merasa paling benar, sehingga merendahkan yang lain. 


Yang aku takut, egoku terlalu tinggi, hingga merasa paling baik di antara yang lain. 


Yang aku takut, aku lupa bercermin, namun sibuk berprasangka buruk kepada yang lain. 


Yang aku takut, ilmuku akan membuatku menjadi sombong, memandang yang lain berbeda denganku.


 Yang aku takut, lidahku makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aibku yang menggunung dan tak sanggup kubenahi. 


Yang aku takut, aku hanya hebat dalam berkata namun buruk dalam berbuat. 


Yang aku takut, aku hanya cerdas dalam mengkritik, namun lemah dalam mengkoreksi diri sendiri. 


Yang aku takut, aku membenci dosa orang lain, namun saat aku sendiri buat dosa aku enggan membencinya. 


Selalulah melihat kedalam hati, pandanglah selalu aib diri, lihat serta ingat selalu kelebihan orang lain. Kiranya Allah Subhana Wa Ta'alla senantiasa menyadarkanku sehingga lebih rajin instrospeksi diri dari pada mengurusi orang lain yang belum tentu perilaku dan tutur katanya lebih baik dari diriku.





Selasa, 07 September 2021

KONSEP PENSIUN ALA RASULULLAH SAW


Kebanyakan dari kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, duduk-duduk tanpa beban, hanya bermain dengan cucu, reunian jalan-jalan ke sana ke mari.

Kita ingin hidup di zona nyaman... Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tua 

hanya dengan shalat dan membaca Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain.

Itulah mindset kita.

Setidaknya itulah fenomena yang terjadi di sekitar kita.

Ketika kita belum memasuki usia pensiun pun, kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif.

Kita kehilangan gairah.

Bahkan mungkin kehilangan arah,

mau apa... 

mau ke mana... 

untuk apa...

ngapain aja... 



Hanya ingin hidup tenang di zona nyaman.

Hanya ingin bersenang-senang, tak ingin bergerak.

Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri. Makin tak peduli dengan sesama.

Kita merasa sudah saatnya istirahat...

Bukankah begitu???? 

Seperti itu pula dulu saya berfikir. Hahaha



Sebenarnya, adakah Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua..?

"Maka apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain."

"Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".

Riwayat perjalanan hidup nabi Muhammad SAW:

Rasulullah memulai hidup baru di usia 40 tahun.

Demikian pula sahabat-sahabat beliau, seperti :

Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibanding Rasulullah



Di usia itu,

Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan...

Harta, mereka infaqkan.

Martabat manusia mereka perjuangkan.

Bukannya bersantai dan stagnan, tapi mereka makin aktif dan dinamis.

Di usia tua Rasulullah tidak sibuk dengan shalat dan membaca al Quran saja.

Mulai usia 53 tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia. 

Membangun masyarakat madani (civil society) di Madinah. 

Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia.

Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial.



Artinya,

memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri.

Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat.

Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya, 

tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya. Pensiun beliau saw adalah kematian...



Begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Mereka pensiunnya setelah wafat. 

Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya. 

Bahkan Abu Ayyub al-Anshari berangkat  berperang menghadapi Byzantium pada usia 93 tahun.

Konsep pensiun yang umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa *bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang*.

Manusia sukses versi Islam itu menurut hadist adalah: “Manusia terbaik di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” Bertambah usia, justru kita harus makin merambah dunia. *Berbagi dan menjadi sosok bermanfaat*.



Bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal tak jelas. Lagipula, makin pasif seseorang, makin cepat pikunlah ia.

Alhasil, jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata.



Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru dalam kebaikan. Tua bukan alasan untuk putus asa dan diam. Merasa tua dan berpikir _"bukan saatnya lagi untuk hidup aktif dan dinamis adalah bukan pilihan yang tepat"_

Justru,  kita harus lebih hidup dan bersemangat. Pantang pensiun dalam kehidupan ini Tangames Ulales 💪💪




Kamis, 19 Agustus 2021

SYARAH SULUK LINGLUNG


Secara etimologi “suluk” berarti mistis, atau jalan menuju kesempurnaan batin. Di samping pengertian tersebut dalam perspektif lain suluk diartikan sebagai “khalwat,” pengasingan diri dan ilmu-ilmu tentang tasawuf atau mistis. Dalam sastra Jawa suluk berarti ajaran, falsafah untuk mencari hubungan dan persatuan manusia dengan Tuhan, sedangkan dalam seni pendalangan suluk dapat diartikan sebagai nyanyian dalang untuk menimbulkan suasana tertentu.


Dalam komunitas tarekat suluk diartikan sebagai perjalanan untuk membawa seseorang agar dekat dengan Tuhan sedangkan orang yang melakukan perjalanan tarekat dinamakan salik. Dalam tarekat pengertian suluk cenderung bersifat mistis dan aplikasi ritual tasawuf untuk mencapai kehidupan rohani.


Linglung merupakan struktur bahasa Jawa yang artinya “bingung Buku kuno ini menggunakan simbol-simbol prasastri penulisan ngrasa sirna sarira aji yang berarti bermakna 1806 caka bertepatan dengan tahun 1884 Masehi. Buku kuno ini ditulis di atas kertas yang dibuat dari serat kulit hewan yang merupakan transliterasi dari kitab Duryat yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga Sunan Kalijaga.Kondisi Teks dan Kandungan Ajaran Suluk Linglung Sunan Kalijaga Tentang Makrifat.


Dalam kehidupan tasawuf, seorang yang ingin menyempurnakan dirinya harus melalui beberapa tahap-tahap dalam perjalanan spiritualnya. Dimana tahap paling dasar adalah syari’at, yaitu tahap pelatihan badan agar dicapai kedisiplinan dan kesegaran jasmani. Dalam syari’at hubungan antar manusia dijalin menjadi umat, syariat dimaksudkan untuk membawa seseorang ke dalam sebuah bangunan kolektif, yang disebut umat, bangunan persaudaraan berdasarkan kepercayaan atau agama yang sama.


Begitu juga yang diajarkan dan dilaksanakan oleh Sunan Kalijaga di dalam kitab Suluk Linglung, ia sangat menekankan pentingnya menjalankan syari’at Islam seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw, termasuk sholat lima waktu, puasa ramadhan, membayar zakat dan menjalankan ibadah haji. Agar dapat menjalankan ajaran Islam yang sempurna dan sungguh-sungguh (kaffah), baginya harus melalui berbagai tirakat dan perenungan diri yang sungguh-sungguh pula. Dengan begitu manusia akan dapat mengerti makna hidup sejati dan mencapai makrifat yang diajarkan Sunan Kalijaga dalam suluk tersebut, adalah sebagai berikut;


Pertama, Brahmara Ngisep Sari Pupuh Dhandanggula Kumbang Menghisap Madu). Dalam teks aslinya, pawartane padhita linuwih, ingkang sampun saget sami pejah, pejah sajroning uripe, sanget kepenginipun, pawartane kang sampun urip, marma ngelampahi kesah, tan uningeng luput, anderpati tan katedah, warta ingkang kagem para nabi wali, mila wangsul kewala.

Artinya: menceritakan tentang seorang alim ulama’ yang cerdik dan pandai yang sudah bisa merasakan mati, mati dalam hidup yang mempunyai keinginan besar untuk memperoleh petunjuk dari seorang yang sudah menemukan hakekat kehidupan dan perjalanan untuk tidak memperdulikan dampak yang terjadi. Beliau bernafsu untuk mendapatkan petunjuk, petunjuk yang dipegang oleh para nabi dan wali, itulah tujuan yang diharapkan semata-mata ada bagian ini mengupas tentang Sunan Kalijaga berhasrat besar untuk mencari ilmu yang menjadi pegangan para Nabi dan wali. Dengan kondisi bimbang dan tidak menentu Sunan Kalijaga selalu berusaha untuk mengabdi dan mencari petunjuk, salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan mengendalikan segala hawa nafsunya yang selanjutnya berserah diri kepada Allah, yang diibaratkan sebagai kumbang ingin mengisap madu atau sari kembang.


Dalam hal ini Sunan Kalijaga berusaha untuk mengendalikan segala hawa nafsunya. Rendah hati dalam bersikap, prihatin, tidak bermewah-mewah memikirkan kehidupan dunia, membunuh segala nafsu jiwa raga dan berserah diri pada Allah. Maksud mengalirnya madu adalah orang yang diberi kemuliaan oleh suksma. Dia tetap kokoh dalam budi. Arti menjalankan tapa adalah menyakiti badan dari waktu muda sampai tua, masuk hutan yang sunyi, masuk gua bersemadi di tempat yang sepi, membunuh jiwa raga. Dengan begitu bila mendapat hidayah Ilahi, maka pengetahuan tentang Allah akan sampai kepadanya, begitulah yang dilakukan Sunan Kalijaga. Manfaat orang yang suka prihatin, seluruh cita-citanya akan dikabulkan Allah, apabila belajar ilmu akan mudah paham, apabila mencari rizki akan mudah didapatkan dan apabila melakukan sesuatu pekerjaan akan cepat selesai.


Demikian tapanya para ulama dan wali Allah yang telah sempurna tekadnya. Bila orang ingin seperti itu hendaklah jiwa raga disiksa, raga selalu disakiti lupakan tidur. Bila ingin tahu tentang asal mulanya, jasadnya disiksa dengan maksud agar menyatu pada suksma.


Dalam teksnya dijelaskan:

“……Dennya amrih wekasing urip, dadya napsu ingobat kabanjur kalantur, eca dhahar lawan nendra, saking tyas awon poerang lan napsu neki,…….

Artinya: ………berbagai usaha ditempuh agar akhir hidupnya nanti, mampu mengatasi atau mengobati nafsunya, jangan sampai terlanjur nafsunya, puas makan dan tidur sebab hatinya kalah perang dengan nafsunyaKedua, Kasmaran Branta Pupuh Asmara Dana (rindu kasih sayang pupuh asmara dana) pada bagian ini mengupas tentang Sunan Kalijaga berguru kepada Sunan Bonang, serta wejangan-wejangan (petunjuk-petunjuk) yang diterimanya.


Untuk memperkuat ketajaman batin, maka Sunan Kalijaga mengajarkan berbagai jenis tapa agar diikuti para murid-muridnya. Sunan Kalijaga sendiri pernah menjadi petapa ketika berguru kepada Sunan Bonang.


Pertama ia bertapa menunggui tongkat Sunan Bonang dan kedua bertapa ngidang menyamar menjadi kijang, makan daun-daunan dan tinggal di hutan belantara.


Pada bait ketiga ” wonten setengah wanadri, gennya ingkang gurdagurda. Pan sawarsa ing lamine, anulya kinene ngaluwat, pinendhen madyeng wana, setahun nulya dinudhuk, dateng jeng suhunan benang berada ditengah hutan belantara, tempat tumbuhnya pohon gurda yang banyak sekali, dengan tenggang waktu setahun lamanya, kemudian disuruh “ngaluwat” ditanam ditengah hutan. Setahun kemudian dibongkar oleh kanjeng Sunan Bonang.pan angidang lampah neki, awor lan kidang manjangan, atenapi yen asare pan aturu tumut, lir kadya sutaning kidang.

Artinya:untuk menjalankan laku kijang, berbaur dengan kijang menjangan, bilamana ingin tidur, ia mengikuti cara tidur terbalik, seperti tidurnya kijang, kalau pergi mencari makan seperti caranya anak kijang”.


Tapa-tapa yang dianjurkan Sunan Kalijaga diantaranya:

  1. Badan: tapanya berlaku sopan santun, zakatnya gemar berbuat kebajikan.
  2. Hati atau budi: tapanya rela dan sabar, zakatnya bersih dari prasangka buruk.
  3. Nafsu: tapanya berhati ikhlas, zakatnya tabah menjalani cobaan dalam sengsara dan mudah mengampuni kesalahan orang.Nyawa atau roh: tapanya belaku jujur, zakatnya tidak mengganggu orang lain dan tidak mencela.
  4. Rahsa: tapanya berlaku utama, zakatnya duka diam dan menyesali kesalahan atau bertaubat.
  5. Cahaya ata Nur: tapanya berlaku suci dan zakatnya berhati ikhlas.Atma atau hayu: tapanya berlaku awas dan zakatnya selalu ingat. Di samping itu diajarkan pula tapa dan perbuatan yang berhubungan dengan tujuh anggota badan;
  • Mata: tapanya mengurangi tidur, zakatnya tidak menginginkan kepunyaan orang lain.
  • Telinga: tapanya mencegah hawa nafsu, zakatnya tidak mendengarkan perkataan-perkataan yang buruk
  • Hidung: tapanya mengurangi minum, zakatnya tidak suka mencela keburukan orang lain
  • Lisan: tapanya mengurangi makan, zakatnya dengan menghindari perkataan-perkataan buruk
  • Aurat: tapanya menahan syahwat dan zakatnya menghindari perbuatan zina
  • Tangan: tapanya mencegah perbuatan mencuri, zakatnya tidak suka memkul orang lain
  • Kaki: tapanya tidak untuk berjalan berbuat kejahatan dan zakatnya menyukai berjalan untuk istirahat dan intropeksi.


Ketiga, Pupuh Durna, yang berisikan tentang Sunan Kalijaga yang diperintahkan ibadah haji ke Makkah dan bertemu dengan nabi Khidir di tengah samudera. Dalam teks tersebut disebutkan:

“Sang pendeta wus lajeng hing lampahira, mring benang dhepok sepi, nyata kawuwusa, Lampahe Syeh Melaya, kang arsa amunggah kaji, dhateng hing makkah, lampahnya murang margi”.

Artinya, ” Sunan Bonang sudah lebih dulu melangkahkan kaki, menuju desa Benang yang sepi. Dan selanjutnya kita ikuti, perjalanan Syeikh Malaya, yang berkehendak naik haji menuju Makkah dia menempuh jalan pintas


Setelah melalui proses tafakkur Sunan Bonang kemudian menyuruh Sunan Kalijaga untuk pergi ke makkah menunaikan ibadah haji yang kemudian diperintahkan untuk bertemu nabi Khidzir dan berguru kepadanya.


 


Rabu, 04 Agustus 2021

Makna Persatuan dan Kesatuan


Semoga bermanfaat parah pemirsah semuahhhh 😋

Menganalisis Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraa...

KUIS TERKAIT MATERI INI SEBAGAI BERIKUT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
DST

Semoga bermanfaat pemirsahhhhhh semuahhhhh😋

JURKA (JURANG GUNUNG KAWI)

Kegiatan Awal Tahun 2K21 muncak Kawah Kawi Purba, Wilayah Barat Daya 

Back to Nature Tahun Baru 2K21 😋 Masih dalam Suasana Covid 19

Peta perjalanan dengan Aplikasi STRAVA cek this link Youtube


























PRAMUKA MASA PANDEMI COVID 19 SMAN 1 NGANTANG

Kegiatan Ekstra Pramuka pada Semester Genap ini adalah penjelajahan dengan berjalan kaki jarak minimal (lima) KM dilakukan secara mandiri (boleh berkelompok maksimal 4 orangtidak lebih). Kegiatan mandiri ini dikarenakan masih masa Pandemi. Sehingga ketika melaksanakan kegiatan ini tetap selalu patuhi aturan PKKM yang berlaku.  

Pelaksanaan penjelajahan ini pada bulan Maret-April 2021.  

Pelaporan kegiatan berupa:  

(1) Peta Perjalanan, 

(2) Foto di trak terakhir, 

(3) Foto Selfi dengan Tenda buatan sendiri, 

(4) Foto Selfi dengan Alat tandu buatan sendiri,  

 

Ketentuan umum:  

1. Pakaian bebas (Sopan)  

2. Bersepatu bersandal menyesuaikan  

3. Membawa Tongkat (untuk  tenda dan tandu)  

4. Tali Pramuka atau yang lainnya (untuk  tenda dan tandu) 

5. Mantel Kelelawar (untuk tenda darurat)  

6. Lain-lain menyesuaikan  

Penjelajahan dan tugas boleh dilakukan secara terpisah. Tugas boleh dikerjakan di rumah. 

 

Sehingga Tugasnya dalam penjelajahan itu dapat disimpulkan 

KELAS X  

  1. Laporan Peta Perjalanan dengan menginstal Aplikasi STRAVA atau aplikasi yang lainnya pada HP mu untuk merekam jarak perjalanan (di Simpan atau Screenshoot). 

  1. Foto pada trak terakhir dan fot selfi dengan Tenda darurat.  

KELAS XI  

  1. Laporan Peta Perjalanan dengan menginstal Aplikasi STRAVA atau aplikasi yang lainnya pada HP mu untuk merekam jarak perjalanan (di Simpan atau Screenshoot). 

  1. Foto pada trak terakhir, foto selfi dengan Tenda darurat, dan foto selfi dengan tandu (tambahan untuk kelas XI). 

 

Selamat melakukan rute penjelajahan dengan sebaik-baiknya beserta tugasnya! 

Kirim Laporanmu ke link  https://s.id/yumTK 


Laporan  Sebagai berikut:

  1. Peta Perjalanan   

  1. Track Terakhir  



Dokumentasi Kegiatan