ILMU TAUHID TENTANG SIFAT ALLAH
1. Definisinya, secara bahasa adalah Pengetahuan bahwa sesuatu itu satu. Secara syara’ adalah Pengetahuan untuk bisa menguasai penetapan aqidah-aqidah agama, yang didapat dari dalil-dalilnya yang bersifat keyakinan.
2. Obyek kajiannya adalah Dzat Alloh dan Dzat rosul-rosul-Nya (tentang hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz), hal-hal yang mungkin/mumkin sebagai perantara untuk menuju keyakinan adanya pencipta, dan hal-hal yang didengar / sam’iyyat / riwayat-riwayat (tentang keyakinan akan hal-hal itu).
3. Buah hasil ilmu tauhid adalah Ma’rifatulloh (mengetahui Alloh) dengan bukti-bukti pasti, dan beruntung dengan kebahagiaan abadi.
4. Keutamaannya adalah merupakan ilmu syara’ yang paling mulia, karena berhubungan dengan Dzat Alloh dan rosul-rosul-Nya, serta yang bersangkut paut dengan itu semua.
5. Pelopor pembuat ilmu tauhid : Abu Hasan Al-Asy’ariy (Bashroh, 874-935 M) dan Abu Mansur Al-Maturidiy (Samarkand, wafat 944 M).
6. Hukum mempelajarinya : wajib ‘ain bagi setiap orang mukallaf, lelaki maupun perempuan.
7. Masalah-masalahnya : Aturan-aturan atau hukum yang membahas hal-hal yang yang wajib, mustahil dan jaiz.
Hukum secara akal teringkas jadi tiga :
1. Wujub. Wajib adalah sesuatu yang ketiadaannya tidak tergambar (tak bisa diterima) oleh akal, misal manusia itu pasti akan mati, akal tidak menerima adanya manusia yang tidak akan mati alias abadi.
2. Istikhalah. Mustahil adalah sesuatu yang adanya itu tidak tergambar oleh akal, misal mustahil manusia akan hidup terus, akal tidak menerima adanya manusia yang hidup terus.
3. Jawaz. Jaiz adalah sesuatu yang ada dan tidak adanya, itu sah/benar menurut akal, misal manusia itu bisa berumur 82 tahun, adanya manusia yang umurnya mencapai 82 tahun, atau tidak berumur 82 tahun, itu bisa diterima oleh akal.
SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
Orang mukallaf secara syara’ wajib mengetahui hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz bagi Alloh dan rosul-rosul-Nya. Termasuk hal yang wajib (pasti) bagi Alloh adalah 20 sifat yang terbagi sebagai berikut :
a. Sifat Nafsiyyah
1. Wujud (ada)
b. Sifat Salbiyyah
2 Qidam (dahulu tanpa permulaan)
3 Baqo’ (kekal abadi)
4 Mukholafatul lil khawadits (berbeda denga makhluq)
5 Qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri), tidak membutuhkan tempat dan pembuat (yang mewujudkan)
6 Wahdaniyyah (satu Dzat, sifat dan tindakan-Nya)
c. Sifat Ma’aniy
7. Qudrot (kuasa)
8. Irodah (berkehendak)
Qudroh dan Irodah berta’aluq dengan segala sesuatu yang mungkin adanya (mumkinat)
9. ‘Ilmu (mengetahui)
Berta’aluq dengan segala yang wajib (pasti), jaiz dan mustahil.
10. Hayat (hidup)
Tidak berta’aluq dengan sesuatupun
11. Sama’ (mendengar)
12. Bashor (melihat)
Sama’ dan Bashor berta’aluq dengan segala sesuatu yang ada (maujud)
13. Kalam (berfirman)
Berbicara tanpa dengan huruf dan suara. Kalam berta’aluq dengan segala yang wajib (pasti), jaiz dan mustahil.
Ta’aluq adalah tuntutan sifat terhadap suatu tambahan pada dzat (yang mempunyai sifat itu), sesuai dengan sifat itu. Misal melihat, menuntut adanya barang yang dilihat, nah tuntutan/hubungan antara melihat (sebagai sifat) dengan barang yang dilihat (sebagai tambahan bagi dzat yang melihat), itulah ta’aluq. Berbeda dengan hidup, yang tidak menuntut tambahan lain selain pada dzat yang hidup itu sendiri, sehingga hidup itu tak mempunyai ta’aluq.
d. Sifat Ma’nawiyyah
Merupakan sifat-sifat yang sangat erat hubungannya (mulazimah) dengan tujuh sifat Ma’aniy sebelumnya. Alloh bersifat kuasa (Qudroh), maka keadaan Alloh itu pasti Dzat yang maha berkuasa (Qoodir) dan seterusnya.
14. Adanya Alloh itu Dzat yang berkuasa (Qoodir)
15. Adanya Alloh itu Dzat yang berkehendak (Muriid)
16. Adanya Alloh itu Dzat yang mengetahui (‘Aalim)
17. Adanya Alloh itu Dzat yang hidup (Hayyun)
18. Adanya Alloh itu Dzat yang mendengar (Samii’)
19. Adanya Alloh itu Dzat yang melihat (Bashiir)
20. Adanya Alloh itu Dzat yang berfirman (Mutakallim)
0 komentar:
Posting Komentar