Diam
Ada beberapa tingkatan di dalam diam...
Yg pertama adalah diam untuk introspeksi diri, diam dengan merenungi apa" yg telah kita perbuat pada Allah dan pada makhluk nya, bermuraqabah kepada diri sendiri. Yakni mengintai segala perbuatan dhahir dan bathin kita. Yg baik di syukuri sehingga tdk jumawa, yg kurang baik di mohonkan ampun kepada Allah. Tdk melihat dan menilai orang lain, tapi lebih melihat dan menilai diri sendiri.
Diam yg kedua, adalah diam dan memperhatikan bathin kita, agar selalu ada keindahan di dalamnya, keindahan yg tidak terpengaruh dari sesuatu di luar kita. Belajar menerima segala keadaan dengan kadar yg sama, baik buruk, suka duka adalah Tamu yg wajib di hormati dengan kadar yg sama. Segala keadaan ini adalah wajah" Allah, yg tanpa rupa, jadi harus kita terima dengan senyum yg terbaik, krn setiap keadaan dn masa itulah wajah Dia sesungguhNya. Bg sebagian orang, mengingatNya adalah dgn menumpuk huruf dn kata", namun bg seseorang yg khawas, ia sdh mampu melihat Dia dlm setiap rupa keadaan dn masa, sehingga ia sll menerima setiap keadaan dgn penerimaan yg terbaik, sebagaimana ia menerima RabbNya dlm hidupnya. Inilah shalat daim, dzikir yg hidup yg tdk berkesudahan, bukan lg huruf dan suara, namun ia menyaksikan dengan rasanya.
Yg ketiga adalah diam menyelam dalam diri, menyelam ke dalam asal kejadiab diri. Sehingga ia menemukan jatidirinya, sebagai Muhammad, sang pembawa
Rahmat. Yg mana kesadaran Muhammad, adalah kesadaran yg tidak lagi menerima, namun iya adalah kesadaran yg membangunkan diri kita untuk memberi.
Baik dan buruk, suka dan duka, longgar dan sempit, bagi sang Muhammad tdk lagi dianggap ada, sehingga tdk lagi terasa, sehingga tdk lagi ada penilai dan sejenisnya. Yg ia lakukan hanya memberi pelayanan dalam setiap keadaan, pelayanan yang sebaik mungkin, semulya mungkin kepada siapapun dan apapun. Kerna sang Muhammad adalah kesadaran memberi, kesadaran menjaga, kesadaran membimbing, kesadaran menuntun dan kesadaran melayani.
Dengan hati yg seindah mungkin....krn ialah sang rahmad, ia lah sang ahad. Bila di hati kita masih berpikir, apa yg bisa "aku" peroleh dan dapatnya, dan apa yg bisa "aku" terima, ketahuilah kau sebenarnya belum mencapai apa" dlm peningkatan rohanimu, kau belum mengenal apa", walau kau ahli dzikir atau ahli sedekah.
rohanimu belum beranjak dari anak" menuju dewasa .
Kerna kedewasaan rohani, adalah terbangunya sifat memberi dan mengabdi, itupun memberi dan mengabdi yang terbaik bagi sesamanya. Karena kedewasaan rohani adalah terbangunya sifat Muhammad, yg merupakan sifat Rabbani dalam diri insan.
0 komentar:
Posting Komentar