Sabtu, 05 Desember 2020
Rabu, 25 November 2020
Selasa, 24 November 2020
Ibadallah Rijalallah
Jumat, 13 November 2020
MUSTEGAK 2020
Senin, 02 November 2020
JOGJA ISTIMEWA
Senin, 26 Oktober 2020
Tiga Nasihat Utama Sunan Kalijaga Lewat Lidah Semar
Pada masa Sunan Kalijaga, masyarakat Jawa pada umumnya sudah tak asing dengan beragam piwulang berisi nasihat tentang bagaimana seharusnya manusia Jawa sejati sekaligus Muslim melakoni kehidupan. Di antara nasihat itu, setidaknya ada tiga nasihat yang utama, yaitu:
- Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dhewe (Jangan mengaku pintar kalau belum bisa mencari kesalahan diri sendiri).
- Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo (Jangan mengaku unggul kalau masih senang merendahkan orang lain).
- Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti (Jangan mengaku suci kalau belum bisa menyatu di dalam Gusti).
Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. Nama Semar sendiri bisa ditemukan misalnya dalam kakawin Siwa-Sogata Sanghyang Nawaruci dan relief Sudamala di Candi Sukuh.
Sosok Semar dipahami sebagai prototipe manusia Jawa sejati, pribadi paripurna yang telah menemukan jati dirinya.
Manusia Jawa sejati adalah ia yang senantiasa sadar diri, tahu diri, “sumeleh ing pamikir” (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan “sumarah ing karep” (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti).
Kata “Jawa” sendiri oleh para leluhur dimaknai sebagai keadaan sadar, mengerti, eling, dan waspada. Meskipun seseorang merupakan keturunan Jawa, tetapi jika belum sadar diri dan tahu diri, oleh leluhur ia disebut “ora njawa”.
Sebaliknya, meskipun seseorang bukan keturunan Jawa, tetapi jika senantiasa sadar diri dan tahu diri, ia disebut “njawa”. Itu sebabnya, kendati keturunan Arab, Syekh Siti Jenar sangat dimuliakan di tanah Jawa sebab beliau adalah sosok yang telah menemukan jati dirinya.
Melalui lakon Semar inilah dalam kesenian wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga, Sang Guru Agung Tanah Jawa, membabar ajaran manusia Jawa sejati.
EH / Islam Indonesia
lir ilir
Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatane kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suroko surok hiyo
Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu…
Diri kita digambarkan dengan tanaman yang hijau dan mulai bersemi pada awalnya, tergantung kita mau bermalas-malasan dan membiarkan iman kita mati atau bangun dan berusaha untuk menumbuhkan tanaman (iman) hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan di musim panen seperti kebahagiaan sepasang pengantin baru.
Kemudian disebutkan juga Cah Angon (anak gembala), anak gembala maksudnya adalah seseorang yang mampu menjadi imam, seseorang yang bisa "mengembalakan" makmumnya ke jalan yang telah ditetapkan Allah, yang digembalakan di sini adalah hati, bagaiaman kita bisa menjaga hati kita agar tidak terbawa hafa nafsu.
Kemudian si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing, buah belimbing memiliki 5 sisi berbentuk bintang, 5 sisi ini merupakan gambaran dari rukum Islam yang terdiri dari 5 perkara.
Si anak gembala tetap harus memanjat pohon belimbing, meski sulit dan licin, jadi sekuat hati kita harus melaksanakan rukun Islam tadi, meski sulit dan berat.
Si anak gembala memanjat pohon belimbing untuk mencuci pakaiannya, pakaian di sini dimaksudkan adalah Iman, untuk itu iman kita harus terus bersih dan diperbaiki.
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.
Rabu, 14 Oktober 2020
Cublak-cublak suweng
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
Minggu, 04 Oktober 2020
SANG WERKUDORO - WAHYU KASAMPURNAN
Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni:
- Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.
- Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.
- Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).
- Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).
2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.
Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.
Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)
- Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.
- Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.
- Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
- Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.
- Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.
- Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
- Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.
- Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.
- Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.
- Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
- Samadi.
- Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.
Jumat, 25 September 2020
Selasa, 22 September 2020
NOAH - Kala Cinta Menggoda
PERJALANAN KE BARAT
Kamu generasi 90’an? Masih ingatkah kamu dengan serial yang satu ini? Yup! Serial Kera Sakti yang terdiri dari Sun Go Kong, Biksu Tong dan rekan seperjalanan mereka yang menuju Barat
Yah tentu kita semua sudah tahu kisah Kera
sakit yang mana Sun Go Kong mencari kesejatian diri di mana di pertemukan dgn
Tom Sam Cong sang pengembara yang mencari kitab suci.
Seekor kera terpuruk terpenjara dalam gua
Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para
dewa
Bertindak sesuka hati loncat ke sana kesini
Hiraukan semua masalah di muka bumi ini
Dengan sehelai bulu dan rambut dari tubuhnya
Dia brubah, menerpa, menerjang segala apa yang
ada
Walau halangan rintangan semakin panjang
membentang
Tak jadi masalah dan tak kan jadi beban
pikiran
Dalam cerita di atas ada 4 karakter yang mana
1. Sun Go Kong adalah si kebenaran yang mampu melihat sebuah kebenaran nyata
yang tdk di pungkiri menurut dia salah maka di musnahkan dgn emosi
2. Cu Pat Kai adalah seorang yang penggoda ulung yang membuai kata dgn cinta
ohhhhh "Cinta deritanya tiada akhir" memang hidup tanpa cinta seperti
zombi tanpa hati
3. Wu jing adalah si sabar yang mana selalu mengalah mengedepankan kesabaran
yang melihat sudut dari kesabaran
4. Tom Sam Cong adalah si dia yang lebur termakrifati melihat dunia dan isinya
sama yang mana tidak hitam tidak pula putih yaitu bening semua sama Ora Ono Opo
Opo dgn kasihNya tak melihat rupa..
Secara garis besar di atas melambangkan setiap elemen dalam diri yang mana Sun
Go Kong "Api" Cut Pat Kai " Angin" wu jing "Air"
Tom Sam cong "Tanah"..
Karena
"Api" adalah si dia yg selalu membakar setiap emosi dlm diri
"Angin" si dia yang memberikan hembusan lembut merasa tanpa tersentuh
seumpama Cinta
"Air" si dia yang mampu menyejukan memberi dahaga di dlm penantian
"Tanah" si dia yg menerima segalanya tanpa syarat tanpa pilih kasih
semua terkasihi.
Dari 4 unsur ini pancer / pencerahanya adalah tujuan ke arah Barat
"Mencari kitab suci ke barat"
Barat itu simbol terbenamnya Matahari yang mana barat adalah kembali apakah
kita sudah mencari jalan kembali Pulang?...
"Matilah sebelum engkau mati! Matilah dari dirimu dan dari mereka, niscaya
engkau akan dihidupkan dengan-Nya"
Jadi di simpulkan kalo tujuan hidup adalah kembali ke asal muasalnya adapun semua sifat dari elemen 4 di atas adalah simbol dari kehidupan manusia kepada siapa saja yang mau belajar.