Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Sabtu, 05 Desember 2020

Top Music Alan Walker




Alan Walker full album 2020

Rabu, 25 November 2020

Sholawat Ibadallah Rijalallah Manaqib Syekh Abdul Qodir Al Jailani

Selasa, 24 November 2020

MERDU..!!!Qasidah/Sholawat BURDAH FULL teks dan terjemahan

Maulaya abah ali bikin nangis feat semut ireng mafia sholawat (FULL)

Ibadallah Rijalallah

‘Ibadallah Rijalallah

عِبــَادَ اللهِ رِجَــالَ اللهِ أَغِيْثُـنَـا لِأَجْـلِ الله.
لِأَجْـلِ اللهِ
‘Ibadallah Rijalallah Aghitsuna li ajlillah .…Li Ajlillah
Wahai Hamba hamba ALlah, Wahai wali wali Allah. Tolonglah kami karena Allah

وَكُـونُـواأَوْلَـنــــَا لِلّهِ عَـسـَى نَخْـــطَى بِـفَضْـــــلِ للهِ
Wakuunu Aulaana Lillaah Asaa Nakhtoo Bifadhlillah
Bantulah kami karena Allah, Semoga tercapai hajat kami karena anugerah Allah

عل الكافى صلاة اللة
على الشا فى سلام اللة
‘Alal kafi shalatullah…Ala safi salamullah…
SEmoga rohmat Allah atas nabinya yg penurut, semoga salam Allah atas Nabinya yang penurut, semoga salam Allah atas nabinya yang menyembuhkan penyakit.

بمحى الدىن خلصنا
من البلواء ىا اللة
Bimuhyidil lihaulishna…minal balwaa iya Allah…
Ya Allah dengan perantara syeh Abdul Qodir Al Jilani ra. selamatkanlah dari segala bala'

وَيَـاأَقْـــطَابُ وَيـَاأ نْجَـــاب وَيَـاسَادَ اتُ وَيَـاأَحْبَــابُ يـَاأَحْبَــابُ
Wa Yaa Aqthoob Wa Yaa Anjab Wa yaa Saadat Wayaa Ahbab … Waya Ahbaab
Wahai Para wali kutub, wahai para wali yang dermawan,wahai para sayyid dan habaib (keturunan Rosulullah saw.)

وَأَنْــتُمْ يـــَاأُلِى اْلأَ لْبَـــــاب تَـعَـالَـوْوَانـْصُـــرُوْا لِلّهِ
Wa Antum Yaa ulil Albab Ta’aa Lau Wan surru Lillah
wahai para wali yang memiliki akal sempurna, Engkau adalah penolong, penyantun, datanglah kemari, tolonglah karena Allah

سَـــأَ لْنَــــاكُــمْ سَـأَلْنَـــاُكْــم وَلِلـزُّلــْفَ رَجَوْنَكُـمْ ……….. رَجَوْنَكُـمْ
Sa-alnakum sa-alnakum Wali Zulfaa Rojaunakum…..Rojaunakum
DEngan perantaraan engkau kami memohon, dengan perantaraan engkau kami memohon dengan mengharapkan do'amu kami dekat dengan Allah
.
وَفِيْ أَمْـرٍقَـصَــدْ نَـاكُــمْ فَـشـُــدُّوْا عَـزْمـَــكُــمْ لِلّهِ
Wa Fii Amrin Qoshadnaakum Faa Syudduuu “azmakum Lillah
Dengan Maksudperantaraan Engkau, untuk tercapai urusan kami, karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah.

فَـيَـــارَبِّيْ بِسَــادَاتِ تَحَـقَّـــقْــلِيْ إِشَــــارَتِي……….. إِشَــــارَتِ
Faa Yaa Robbii Bi Saadaati Tahaqqoqliii Isyaarotii ……Isyarotii
Wahai tuhan kami, dengan perantaraan tuan tuan yang menjadi wali, kokohkanlah petunjukMu kepada kami.

عَـسىَ تَـأْ تِيْ بِشَـــــــارَةِ وَيَــصْـــفُ وَقْـــتُـــــنَا لِلّهِ
‘Asaa Ta’tii Bi Syaarooti Wa Yashfu Waqtuna Lillah
Semoga lekas datang kebahagiaan kami, semoga waktu kami bersih untuk beribadah karena Allah

بِكَشْفِ الْحَجْبِ عَنْ عَـيْـنِ وَرَفْــــعِ اْلبَــْيــنِ مِنْ بَـــيْنٍ ….. مِنْ بـَــيْنٍ
Bi Kasyfil Hajbi “an ‘aini Wa Rof’il Baini Mim Bainin ..….Mimbainin
Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangkan penghalang antara kami dan Allah.

وَطَـمْـسِى اْلكَيْــفِ وَاْلعَيـْنِ بِـنُـوْرِالْـوَجْــهِ يـَا اَللهُ 
Wa Thomsil Kaifa Wal Aini Binuuril Wajhi Yaa Allah
Dan terhapusnya keraguan, bagaimana Allah dan dimana Allah dengan cahaya Dzat Engkau Ya Allah.

صَــلَاةُ اللهِ مَـوْلَـنَـــــا عَلىَ مَنْ بـِالهُـدَى جَنَــا….بـِالهُـدَى جَنَــا
Sholatullahi Maulanaa “alaa Mambil Hudajaana …….Hudajanna
Wahai tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada kami. 

وَمَنْ بِاْلحَـــقِّ أَوْلَـنــَـــا شَـفِـيْـــــعِ اْلخـَـلْــقِ عِنْـــدَ الله
Wa Man Bil Haqqi Aulaana Syafii-‘il Kholqi ‘Indaullah
Yaitu nabi Muhammad, yang memberikan islam sebagai agma kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk disisi Allah.

Jumat, 13 November 2020

MUSTEGAK 2020



































 

Senin, 02 November 2020

JOGJA ISTIMEWA

Holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris
Holopis kuntul baris
Jogja, Jogja, tetap istimewa
Istimewa negerinya, istimewa orangnya
Jogja, Jogja, tetap istimewa
Jogja istimewa untuk Indonesia
Rungakna iki gatra saka Ngayogyakarta
Negeri paling penak rasane koyo swarga
Ora peduli ndunyo dadi neraka
Ning kene tansah edi peni lan mardika
Tanah lahirkan tahta, tahta untuk rakyat
Di mana rajanya bercermin di kalbu rakyat
Demikianlah singgasana bermartabat
Berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat
Memayu hayuning bawana
Saka jaman perjuangan nganti merdeka
Jogja istimewa bukan hanya daerahnya
Tapi juga karena orang-orangnya
Jogja, Jogja, tetap istimewa
Istimewa negerinya, istimewa orangnya
Jogja







Senin, 26 Oktober 2020

Tiga Nasihat Utama Sunan Kalijaga Lewat Lidah Semar

 

Pada masa Sunan Kalijaga, masyarakat Jawa pada umumnya sudah tak asing dengan beragam piwulang berisi nasihat tentang bagaimana seharusnya manusia Jawa sejati sekaligus Muslim melakoni kehidupan. Di antara nasihat itu, setidaknya ada tiga nasihat yang utama, yaitu:

  1. Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dhewe (Jangan mengaku pintar kalau belum bisa mencari kesalahan diri sendiri).
  1. Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo (Jangan mengaku unggul kalau masih senang merendahkan orang lain).
  1. Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti (Jangan mengaku suci kalau belum bisa menyatu di dalam Gusti).

Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. Nama Semar sendiri bisa ditemukan misalnya dalam kakawin Siwa-Sogata Sanghyang Nawaruci dan relief Sudamala di Candi Sukuh.

Sosok Semar dipahami sebagai prototipe manusia Jawa sejati, pribadi paripurna yang telah menemukan jati dirinya.

Manusia Jawa sejati adalah ia yang senantiasa sadar diri, tahu diri, “sumeleh ing pamikir” (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan “sumarah ing karep” (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti).

Kata “Jawa” sendiri oleh para leluhur dimaknai sebagai keadaan sadar, mengerti, eling, dan waspada. Meskipun seseorang merupakan keturunan Jawa, tetapi jika belum sadar diri dan tahu diri, oleh leluhur ia disebut “ora njawa”.

Sebaliknya, meskipun seseorang bukan keturunan Jawa, tetapi jika senantiasa sadar diri dan tahu diri, ia disebut “njawa”. Itu sebabnya, kendati keturunan Arab, Syekh Siti Jenar sangat dimuliakan di tanah Jawa sebab beliau adalah sosok yang telah menemukan jati dirinya.

Melalui lakon Semar inilah dalam kesenian wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga, Sang Guru Agung Tanah Jawa, membabar ajaran manusia Jawa sejati.

 

EH / Islam Indonesia

lir ilir


Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatane kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suroko surok hiyo

 

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo  
Tak sengguh panganten anyar  
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu

 

Makna yang terkandung dari lagu Lir-ilir adalah sebagai umat Islam, kita harus sadar, kemudian bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas dan lebih mempertebal keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Diri kita digambarkan dengan tanaman yang hijau dan mulai bersemi pada awalnya, tergantung kita mau bermalas-malasan dan membiarkan iman kita mati atau bangun dan berusaha untuk menumbuhkan tanaman (iman) hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan di musim panen seperti kebahagiaan sepasang pengantin baru.
Kemudian disebutkan juga Cah Angon (anak gembala), anak gembala maksudnya adalah seseorang yang mampu menjadi imam, seseorang yang bisa "mengembalakan" makmumnya ke jalan yang telah ditetapkan Allah, yang digembalakan di sini adalah hati, bagaiaman kita bisa menjaga hati kita agar tidak terbawa hafa nafsu.
Kemudian si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing, buah belimbing memiliki 5 sisi berbentuk bintang, 5 sisi ini merupakan gambaran dari rukum Islam yang terdiri dari 5 perkara.
Si anak gembala tetap harus memanjat pohon belimbing, meski sulit dan licin, jadi sekuat hati kita harus melaksanakan rukun Islam tadi, meski sulit dan berat.
Si anak gembala memanjat pohon belimbing untuk mencuci pakaiannya, pakaian di sini dimaksudkan adalah Iman, untuk itu iman kita harus terus bersih dan diperbaiki.
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.



Rabu, 14 Oktober 2020

Cublak-cublak suweng

Tari Gambyong, Dari Jalanan Menuju Istana

Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong



Minggu, 04 Oktober 2020

SANG WERKUDORO - WAHYU KASAMPURNAN





Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni: 





  1. Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.
  2. Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.
  3. Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).
  4. Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).


Orang hanya dapat memahami Dewa Ruci bila ia memiliki latar belakang ilmu tasawuf, dengan merujuk paling tidak pada karya-karya Al-Ghazali dan Ibn Arabi. Walaupun Prof. Dr. Ng. Purbotjaroko mengatakan bahwa nilai sastra dewa Ruci itu tidak besar dan nilainya sebagai buku tasawuf juga tidak begitu penting, bagi kebanyakan orang Jawa, terutama “angkatan tua”,  ia dianggap sebagai sumber pokok ajaran Kejawen, sebagai rujukan untuk “ilmu kasampurnan” .


Dalam Cerita Dewa Ruci, sebenarnya tasawuf disampaikan dengan menggunakan “bahasa” orang Jawa. Secara hermeneutik, jika kita membaca Cerita Dewa Ruci dengan Vorverstandnis (preunderstanding) sastra modern, kita akan mengatakannya seperti Prof. Dr. Ng. Purbotjaroko.Tetapi bila preunderstanding kita itu dilandasi pada literatur sufi, kita akan melihatnya sangat sufistik.Sudah lazim dalam literatur sufi, para sufi mengajar lewat ceritra. Cerita itu diambil dari khazanah budaya bangsa yang dihadapi para sufi itu. Lihatlah, bagaimana Sa’di, Rumi, dan Hafez mengambil banyak cerita dari khazanah Persia untuk mengajarkan tasawuf.
R. Ng. Ronggowarsito, yang sempat mengakses Dewa Ruci itu di perpustakaannya, sering merujuk kepadanya dan sangat terpengaruh olehnya pada karya-karya sufistiknya.Sebagai misal, dalam Suluk Suksma Lelana, dikisahkan seorang santri yang bernama Suksma Lelana.Ia melakukan perjalanan panjang untuk mencari ilmu sangkan paran kepada seorang guru kebatinan yang bernama Syekh Iman Suci di arga (bukit) Sinai.Ia mengalami berbagai cobaan. Ia berhadapan dengan putri Raja Kajiman bernama Dewi Sufiyah, dengan dua orang pembantunya: Ardaruntik dan Drembabhukti.
Menurut Dr Simuh, ketiga makhluk ini melambangkan tiga macam nafsu:
Sufiyah, Amarah, dan Lawwamah. Para penafsir Dewa Ruci juga menyebut gua di Candramuka dengan dua raksasa di sana sebagai tiga macam nafsu. Ada juga yang menyebut Bhima dengan empat saudaranya (saderek gangsal manunggil bayu), sebagai perjuangan diri kita melawan empat nafsu – Lawwamah, Amarah, Sufiyah, dan Mutmainnah.
Kisah pencarian air kehidupan bukan hanya ada di Jawa
Kisah ini bahkan bisa dilacak sampai setua kebudayaan Mesopotamia, pada bangsa Sumeria.Di kota kuno Uruk bertahta Raja yang sangat perkasa, Gilgamesh.
Ia tidak pernah mengalami kekecewaan kecuali ketika sahabatnya yang sangat dicintainya, Enkidu, meninggal dunia.”Seperti singa betina yang ditinggal mati anak-anak bayinya, sang raja mondar-mandir di dekat ranjang kawannya, meremas-remas rambutnya sendiri, minta anak buahnya membuat patung kawannya dan meraung-meraung dengan keras,” begitu tertulis dalam 12 bilah papan yang dikumpulkan dari fragmen Akkadia, kira-kira 1750 SM.
“Aduhai, biarlah aku tidak mati seperti sahabatku Enkidu. Derita telah merasuki tubuhku. Mati aku takut. Aku akan terus berjalan. Aku tidak akan mundur,” kata Gilgamesh sambil meneruskan perjalanannya mencari tanaman yang akan melepaskannya dari kematian dan mengantarkannya kepada keabadian. Hampir seperti Dewa Ruci, ia menempuh perjalanan yang berat dan berbahaya. Ia berhadapan dengan singa-singa yang buas, yang dapat ia hindari berkat bantuan Dewa Bulan. Ia pergi ke gunung di tempat mentari tenggelam. Kepadanya diperlihatkan kematian. Ia berjumpa dengan manusia kalajengking yang menjaga gua. Seorang di antaranya membukakan pintu gua. Gilgamesh dilemparkan ke dalam kegelapan. Habis gelap terbitlah terang. Ia sampai ke taman yang indah dan di tepi pantai ia berjumpa dengan putri yang misterius, Siduri. Sang putri melarangnya meneruskan perjalanan.
Tetapi Gilgamesh tidak ingin berkutat pada “the portion of man”.Ia ingin mencari jauh di luar itu. Ia ingin abadi.Putri itu mengantarkannya kepada tukang perahu kematian, yang pada gilirannya mengantarkannya ke lautan kosmis.Di situ ia berjumpa dengan Untuk-napishtim, yang hidup abadi bersama isterinya.Ia diberitahu bahwa tanaman keabadian itu terletak di dasar samudra kosmis.Ia harus memetiknya. Pohonnya berduri yang sangat tajam.Tak pernah orang datang untuk memetik tanaman itu, kembali ke pantai dalam keadaan selamat.Jika durinya mengenai tangan, tangan akan segera terpotong; tetapi bila tangan itu berhasil mencabutnya, ia akan hidup abadi.Singkatnya cerita, Gilgamesh berhasil memetiknya, membawanya ke pantai, dan -ketika ia beristirahat mandi sejenak- ular mencuri tanaman itu. Gilgamesh tidak bisa berusia panjang, tetapi ular bisa .
Lalu, lebih kemudian dari kebudayaan Sumeria, adalah kisah kepahlawanan Aleksander yang Agung dari Masedonia.Setelah berbagai penaklukannya yang menakjubkan, ia juga ingin mencari air kehidupan, yang akan memberikannya keabadian.Aleksander menempuh perjalanan panjang bersama tukang masaknya yang bernama Andreas.Setelah berkelana bertahun-tahun, akhirnya keduanya memutuskan untuk mengambil jalan terpisah.Pada suatu tempat, di tepi sungai, Andreas berhenti untuk makan.Ia membuka bakul makanan, yang di dalamnya sudah disimpan ikan yang sudah dimasak.Tiba-tiba sepercik air mengenai ikan itu. Ikan melompat ke sungai.Andreas mengejar ikan itu dan akhirnya kecebur dalam air keabadian.
Makna Ajaran Dewa Ruci– Pencarian air suci Prawitasari
Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.
– Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka
Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui samadi.
1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.
2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.
Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.
– Raksasa Rukmuka dan Rukmakala
Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.
Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).
Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)
Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan tersebut.
– Samudra dan Ular
Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.
Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
  1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.
  2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.
  3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
  4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.
  5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.
  6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
  7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.
  8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.
  9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.
  10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
  11. Samadi.
  12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.
Demikian yang menyatukan antara akidah dan akal-budi manusia dalam mengantarkan manusia kepada keutamaan mengenal Tuhannya, menyadari tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi dan tujuan untuk memperbanyak pahala dan bukan memperbanyak harta.
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2013/05/16/rahasia-serat-dewa-ruci/

Jumat, 25 September 2020

PRAHARA KAYU JATI KENCONO

Selasa, 22 September 2020

NOAH - Kala Cinta Menggoda


Sejak jumpa kita pertama, ku langsung jatuh cinta
Walau ku tahu kau ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini
Maka izinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah ku sekadar sayang padamu
Izinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah ku sekadar sayang padamu
Memang serba salah rasanya tertusuk panah cinta
Apalagi ku juga ada pemiliknya
Tapi ku tak mampu membohongi hati nurani
Ku tak mampu menghindari gejolak cinta ini
Ow, hancur dan lara
Yang dibumbung asmara
Hilanglah selera
Hilanglah segala rasa
Oh, izinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah ku sekadar sayang padamu
Maafkan jika ku mencintamu
Lalu biarkanku mengharap kau sayang padaku
Izinkanlah aku mencintaimu
Bolehkanlah ku sekadar sayang padamu
Mencintamu, hu-u-u

Penulis lagu: Guruh Sukarno Putra

PERJALANAN KE BARAT

 


Kamu generasi 90’an? Masih ingatkah kamu dengan serial yang satu ini? Yup! Serial Kera Sakti yang terdiri dari Sun Go Kong, Biksu Tong dan rekan seperjalanan mereka yang menuju Barat



Yah tentu kita semua sudah tahu kisah Kera sakit yang mana Sun Go Kong mencari kesejatian diri di mana di pertemukan dgn Tom Sam Cong sang pengembara yang mencari kitab suci.

Seekor kera terpuruk terpenjara dalam gua

Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa

Bertindak sesuka hati loncat ke sana kesini

Hiraukan semua masalah di muka bumi ini

Dengan sehelai bulu dan rambut dari tubuhnya

Dia brubah, menerpa, menerjang segala apa yang ada

Walau halangan rintangan semakin panjang membentang

Tak jadi masalah dan tak kan jadi beban pikiran


Dalam cerita di atas ada 4 karakter yang mana
1. Sun Go Kong adalah si kebenaran yang mampu melihat sebuah kebenaran nyata yang tdk di pungkiri menurut dia salah maka di musnahkan dgn emosi


2. Cu Pat Kai adalah seorang yang penggoda ulung yang membuai kata dgn cinta ohhhhh "Cinta deritanya tiada akhir" memang hidup tanpa cinta seperti zombi tanpa hati


3. Wu jing adalah si sabar yang mana selalu mengalah mengedepankan kesabaran yang melihat sudut dari kesabaran


4. Tom Sam Cong adalah si dia yang lebur termakrifati melihat dunia dan isinya sama yang mana tidak hitam tidak pula putih yaitu bening semua sama Ora Ono Opo Opo dgn kasihNya tak melihat rupa..


Secara garis besar di atas melambangkan setiap elemen dalam diri yang mana Sun Go Kong "Api" Cut Pat Kai " Angin" wu jing "Air" Tom Sam cong "Tanah"..

Karena
"Api" adalah si dia yg selalu membakar setiap emosi dlm diri
"Angin" si dia yang memberikan hembusan lembut merasa tanpa tersentuh seumpama Cinta
"Air" si dia yang mampu menyejukan memberi dahaga di dlm penantian
"Tanah" si dia yg menerima segalanya tanpa syarat tanpa pilih kasih semua terkasihi.

Dari 4 unsur ini pancer / pencerahanya adalah tujuan ke arah Barat "Mencari kitab suci ke barat"
Barat itu simbol terbenamnya Matahari yang mana barat adalah kembali apakah kita sudah mencari jalan kembali Pulang?...
"Matilah sebelum engkau mati! Matilah dari dirimu dan dari mereka, niscaya engkau akan dihidupkan dengan-Nya"

 


Jadi di simpulkan kalo tujuan hidup adalah kembali ke asal muasalnya adapun semua sifat dari elemen 4 di atas adalah simbol dari kehidupan manusia kepada siapa saja yang mau belajar.