Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *


  • Kesemestaan

    “Allah masih mencintai anda jika masih banyak cobaan dan tantangan hidup yang datang menghampiri anda. Allah percaya bahwa anda mampu melaluinya, maka jagalah kepercayaan itu”

  • Soul, Heart, Mind

    “Realitas kehidupan Anda adalah deskripsi dari jiwa dan pikiran anda”

  • Traveler

    “Pergilah sejauh mungkin dan ketika anda tiba di sana anda akan melihat lebih jauh lagi”

Jumat, 11 Oktober 2019

Kakean Ngenet

#FYI #sains #tekno #internet #candu

KECANDUAN INFORMASI

Apakah Anda sering mengecek ponsel atau sekadar menjelajah internet tanpa tujuan karena tidak tahu apa yang harus dilihat? Hal ini ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah dan hasil laporannya telah terbit di jurnal PNAS.

Para ilmuwan dari Hass School of Business UC Berkeley yang terlibat dalam riset menjelaskan, kebiasaan ini dilakukakan karena otak manusia membutuhkan pengetahuan, entah apakahinformasi itu penting atau tidak.

Menurut mereka, informasi dapat dapat merangsang sistem penghargaan dopamin manusia. Ini sama seperti yang terjadi bila kita mengonsumsi junk food, minuman beralkohol, atau mendapat uang.

Dopamin adalah salah satu zat kimia di otak (neurotransmiter) yang berperan mempengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan dan rasa sakit. Dopamin memegang peranan penting dalam banyak fungsi tubuh manusia.

"Bagi otak, informasi ibarat hadiah. Terlepas dari informasi itu bermanfaat atau tidak," kata penulis penelitian dan ahli neuroekonomi Ming Hsu, dilansir MNN, Sabtu (5/10/2019).

"Ini sama seperti otak kita yang menyukai kalori kosong dari junk food. Otak dapat menilai informasi yang membuat kita merasa lebih baik, meski informasi tersebut tak bermanfaat. Kalau orang bilang, rasa ingin tahu yang tidak berguna," imbuh Ming Hsu.

Memahami saraf rasa ingin tahu

Ming Hsu dan timnya meneliti hal ini karena mereka penasaran akan rasa ingin tahu itu sendiri.

"Penelitian kami mencoba menjawab dua pertanyaan. Pertama, dapatkah kita mencocokkan pandangan ekonomi dan psikologis tentang rasa ingin tahu, atau kenapa orang mencari informasi? Kedua, seperti apa rasa ingin tahu di dalam otak?" ujar Hsu.

Banyak ahli ekonomi menganggap keingintahuan berorientasi pada tujuan konkret. Dengan kata lain, keingintahuan membantu manusia untuk membuat keputusan yang menguntungkan.

Sementara dari pandangan psikolog, rasa ingin tahu berfungsi untuk memenuhi keinginan diri, yakni mengetahui suatu hal.

Terlepas dari kedua pandangan tentang rasa ingin tahu di atas, Hsu dan tim memilih melihat bagaimana saraf rasa ingin tahu bekerja.

Mereka mengumpulkan sejumlah peserta penelitian untuk bermain judi. Selagi responden bermain judi, para ahli memindai otak mereka.

Dalam permainan tersebut, para peserta diminta membuat keputusan untuk mengeluarkan uang seberapa banyak demi mendapat informasi peluang menang.

Dalam beberapa kasus, informasi itu sebenarnya berharga, dan dalam kasus lain, ada yang menganggap informasi itu tidak begitu berharga.

Namun studi menunjukkan, peserta mencari informasi berdasarkan manfaat dan antisipasi dari manfaatnya.

Maksudnya, meski sebagian besar pilihan didasarkan pada berapa banyak uang yang bisa dimenangkan oleh mereka jika mengetahu informasi yang ditawarkan, tetapi banyak peserta memilih untuk melihat informasi terlepas dari target uang yang dimenangkan tersebut.

"Mereka melakukan antisipasi yaitu memilih membayar untuk sebuah informasi untuk memperbesar peluang menangnya bagi mereka, dan antisipasi (informasi) tersebut sebagai hadiah yang lebih menyenangkan atau dianggap lebih berharga," kata Hsu.

Hubungan neuron antara informasi dan uang

Ketika pemindaian otak dianalisis, para peneliti menemukan bahwa informasi yang berkontribusi pada pengetahuan peluang menang judi berhasil mengaktifkan bagian otak yang sama yang bertanggungjawab untuk penilaian, disebut Striatum dan Ventromedical Prefrontal Cortex (VMPFC).

VMPFC merupakan area otak atau tempat sistem hadiah penghasil dopamin distimulasi. VMPFC juga merupakan tempat dopamin dilepaskan melalui pemikiran dan keinginantahuan tentang makanan, narkoba, dan uang.

Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran mesin yang dikenal sebagai Support Vector Regression, para peneliti menemukan kode saraf yang sesuai dengan respon otak terhadap uang dan kode saraf terhadap rela membayar demi sebuah informasi dalam penelitian di atas adalah sama.

Ini berarti sejauh menyangkut apa yang ada di otak manusia, alhasil sebuah informasi dapat ditransmisikan ke dalam uang.

"Kita dapat melihat ke dalam pemikiran di otak dan memberi tahu seberapa besar seseorang itu menginginkan sepotong informasi, dan kemudian kita terjemahkan aktivitas otak itu ke dalam jumlah uang," ujarnya.

Kecanduan informasi internet

Nah, penelitian di atas berpotensi mengungkap kenapa begitu banyak orang yang terhubung ke internet dan menjadi kecanduan internet. Di mana hal ini membuat manusia terus-menerus mencari informasi di internet, terlepas dari penting atau tidak terhadap kehidupannya.

"Sama seperti junk food, ini mungkin situasi di mana mekanisme adatif yang sebelumnya dieksploitasi sekarang, karena kita memiliki akses yang belum pernah terjadi sebelumnya ke keinginantahuan yang baru," ucapnya.

Kecanduan internet telah dilihat sebagai masalah dan kebiasaan yang sulit dibuang. Namun, penelitian ini secara tidak langsung mengungkap kenapa manusia tidak bisa berhenti dari kecanduan internet.

Bahkan hal itu bisa jadi karena hubungan kecanduan informasi dari internet sebagai sistem rangsangan terhadap kinerja dopamin di otak sangatlah kuat.

Sauce : https://sains.kompas.com/read/2019/10/08/091146423/alasan-kenapa-kita-kecanduan-menjelajah-internet-tanpa-tujuan?page=all&iorg_service_id_internal=533382163492388%3BAfqAezDLyj8VgQcE#page2

Minggu, 06 Oktober 2019

Gus Baha, Kiai Pembela Orang Biasa

Gus Baha, Kiai Pembela Orang Biasa
.
Selain dikenal sebagai ulama pembela orang awam, Gus Baha juga dikenal sebagai pembela orang biasa, bahkan orang terpinggirkan
.
Kata beliau, jangan terlalu membesar-besarkan hal yg berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam. “Hindarilah omongan seperti misalnya saat Ramadan: ‘Rugi, Ramadan hanya setahun sekali kok gak salat tarawih di masjid berjamaah.’ Itu namanya tak menghargai perasaan orang biasa
.
“Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi mereka sedang bekerja.”
.
“Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama. Dan dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai salat tarawih, tapi sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari salat, supaya tarawih tidak dianggap sbg ibadah wajib.”
.
Bahkan dalam hal salat wajib, Gus Baha mewanti-wanti betul agar imam salat jangan terlalu lama membaca bacaan salat. Kanjeng Nabi, menurut Gus Baha, sangat suka salat. Suatu saat ketika mengimami salat, beliau mendengar bayi menangis
.
Kanjeng Nabi memutuskan untuk mempercepat salatnya. Khawatir ibu dari bayi yang jadi makmumnya
.
Suatu saat, Gus Baha disowani oleh kiai yang menggerutu karena jamaahnya tak bertambah
.
Sambil tertawa Gus Baha menjawab, “Lho orang yang tidak datang, jangan-jangan sudah hebat.”
.
“Kok bisa, Gus?”
.
“Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yg tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia makan bakso dengan keluarganya
.
“Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah halal. Nah, orang yang tidak datang itu jangan-jangan sedang bekerja mencari nafkah yg halal untuk kehidupan keluarganya.”
.
Kiai itu terdiam. “Masak sih, Gus?”
.
"Lho kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak. Kiai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah."
.
Oleh Puthut EA

Subscribe YouTube Santri Gus Baha
https://www.youtube.com/channel/UCdXpecYQvrkX3DOdwdxqpzQ

Jumat, 04 Oktober 2019

Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
      وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ 🌹

" KISAH SEORANG HAMBA ALLAH YANG MEMFITNAH HABIB UMAR BIN HAFIDZ HAFIZAHULLAH "...

“ Habib ... Maafkanlah saya yang telah memfitnah Habib dan ajarkan saya sesuatu yang boleh menghapuskan kesalahan saya ini.”

Aku berusaha menjaga lisanku, tak ingin sedikitpun menyebarkan kebohongan dan menyinggung perasaan Habib.lagi, detik kata hatiku.

Habib Umar tersenyum ..,“Apa kau serius?” katanya.

Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh keyakinan “Saya serius, Habib, Saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya.”

Habib Umar terdiam beberapa saat. Ia tampak berfikir. Aku sudah membayangkan sebuah doa yang akan diajarkan oleh Habib Umar kepadaku, yang jika aku membacanya beberapa kali maka Allah akan mengampuni dosa-dosaku. Aku juga membayangkan satu perintah atau pekerjaan, atau apa saja yang boleh menebus kesalahan dan menghapuskan dosa-dosaku.

Beberapa detik kemudian, Habib Umar mengucapkan sesuatu yang benar-benar di luar sangkaanku....

“Apakah kamu mempunyai sebuah bulu ayam (pengibas habuk) di rumahmu?”
Aku benar-benar hairan kerana Habib Umar jestru menanyakan sesuatu yang tidak relevan untuk permintaanku tadi.
“Maaf, Habib?” Aku berusaha untuk memahami maksud Habib Umar.
Habib Umar tertawa, seperti Habib Umar yang biasanya. Di hujung tawanya, ia sedikit terbatuk sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menghampiriku,
“Ya, carikan satu bulu ayam yakni pengibas habuk di rumahmu,” katanya.
Nampaknya Habib Umar benar-benar serius dengan permintaannya.

“Ya, saya ada bulu ayam yakni pengibas habuk di rumah, Habib. Apa yang harus saya lakukan dengannya?” aku bertanya minta kepastian.

Habib Umar tersenyum....,“Besok pagi, berjalanlah dari rumahmu ke pondokku,” katanya, “Berjalanlah sambil mencabut sehelai demi sehelai bulu-bulu dari pengibas habuk itu. Setiap kali kamu mencabut sehelai bulu, ingatkan setiap perkataan burukmu tentang aku, lalu jatuhkan di jalanan yang kamu lalui.”
Aku hanya menganggukkan kepala dan aku tak akan membantahnya. Barangkali maksud Habib Umar adalah agar aku merenung semua kesalahan-kesalahanku. Dan dengan menjatuhkan bulu-bulunya satu per satu, maka kesalahan-kesalahan itu akan gugur diterbangkan oleh angin…
“Kau akan belajar sesuatu darinya,” kata Habib Umar Ada senyum yang sedikit memberi keyakinan di wajahku.
Keesokan harinya, aku menemui Habib Umar dengan sebuah pengibas habuk yang sudah tidak memiliki sehelai bulupun pada tangkainya. Aku segera menyerahkan batang pengibas habuk itu pada beliau.

“Ini, Habib..., bulu-bulu dari pengibas habuk ini sudah saya jatuhkan satu per satu sepanjang perjalanan. Saya berjalan lebih dari 5 km dari rumah saya ke pondok ini. Saya mengingati semua perkataan buruk saya tentang Habib.

Saya menghitung betapa luasnya fitnah-fitnah saya tentang Habib yang sudah saya sebarkan kepada begitu banyak orang....... Maafkan saya, Habib. Maafkan saya…”

Habib Umar mengangguk-angguk sambil tersenyum. Ada kehangatan yang aku rasakan dari raut mukanya, lalu dia bersuara......, “Seperti aku katakan kemarin, aku sudah memaafkanmu. Barangkali kamu hanya khilaf dan hanya mengetahui sedikit tentangku. Tetapi kau harus belajar sesuatu…,” katanya.
Aku hanya terdiam mendengar perkataan Habib Umar yang lembut, menyejukkan hatiku. “Kini pulanglah…” kata Habib Umar.
Ketika aku baru saja hendak melangkah pulang sambil mencium tangannya, tetapi Habib Umar melanjutkan kata-katanya.....
"Pulanglah dengan kembali berjalan kaki dan menempuh jalan yang sama dengan saat kamu menuju ke pondokku tadi…”
Aku terkejut mendengarkan permintaan Habib Umar kali ini, apalagi mendengarkan “syarat” berikutnya: “Di sepanjang jalan kepulanganmu, pungutlah kembali bulu-bulu dari pengibas habuk tadi kau cabut satu per satu. Esok hari, laporkan kepadaku berapa banyak bulu yang dapat kamu kumpulkan.”

Aku terdiam. Aku tak mungkin menolak permintaan Habib Umar. “Kamu akan mempelajari sesuatu dari semua ini,” Habib Umar mengakhiri kata-katanya.
Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menemukan bulu-bulu dari pengibas habuk yang tadi kulepaskan di sepanjang jalan. Hari yang terik. Perjalanan yang melelahkan. Betapa sulit untukku menemukan bulu-bulu itu. Ia tentu saja telah ditiup angin, atau menempel di beberapa kenderaan yang sedang menuju kota yang jauh, atau disapu ke mana saja tempat yang kini tak mungkin aku ketahui.
Tapi aku harus menemukan bulu-bulu tersebut..., Aku harus terus mencari di setiap sudut jalanan, lorong-lorong sempit, ke mana saja!

Aku terus berjalan... Setelah berjam-jam, aku berdiri di depan rumahku dengan pakaian yang dibasahi keringat. Nafasku tercunga-cungap..., kerongkongku kering.
Di tanganku, kugenggam lima helai bulu pengibas habuk yang berhasil kutemukan di sepanjang perjalanan.

Hari sudah menjelang petang. Dari ratusan bulu ayam yang ku cabut dan ku jatuhkan dalam perjalanan ketika pergi bertemu Habib, hanya lima helai yang berhasil kutemukan dan kupungut sepangjang perjalanan pulang. Ya, hanya lima helai. Lima helai...,.

Hari berikutnya aku menemui Habib Umar dengan wajah yang murung. Aku menyerahkan lima helai bulu ayam yang telah ku kutip itu pada Habib Umar : "Ini, Habib..., hanya ini saja yang berhasil saya temukan.” Aku membuka genggaman tanganku dan menyerahnnya pada Habib Umar. Habib Umar tersenyum.....,"Kini kamu telah belajar sesuatu,” katanya.
Aku mengerutkan dahiku, ingin tahu....“Apa yang telah aku pelajari, Habib?” Aku benar-benar tak mengerti.

“Tentang fitnah-fitnah itu,” jawab Habib Umar.

Tiba-tiba aku tersentak. Dadaku berdebar. Kepalaku mulai berkeringat.

“Bulu-bulu ayam yang kamu cabut dan kamu jatuhkan sepanjang perjalanan adalah fitnah-fitnah yang kamu sebarkan. Walaupun kamu benar-benar menyesali di atas perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya, fitnah-fitnah itu telah menjadi bulu-bulu yang beterbangan entah kemana. Bulu-bulu itu adalah kata-katamu.
Ia telah dibawa angin terbang ke mana saja, ke berbagai tempat yang tak mungkin dapat kamu duga...,, ke berbagai wilayah atau negara yang tak mungkin dapat kamu hitung!”

Tiba-tiba aku menggigil mendengarkan kata-kata Habib Umar. Seolah-olah ada satu hentakan pesawat yang paling dahsyat di dalam kepalaku. Seolah-olah ada tikaman mata pisau yang menghujam jantungku.

Aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin mencabut lidahku sendiri.
“Bayangkan salah satu dari fitnah-fitnah itu suatu saat kembali pada dirimu sendiri… Barangkali kamu akan berusaha meluruskannya, karena kamu benar-benar merasa bersalah telah menyakiti orang lain dengan kata-katamu itu. Barangkali kamu tak ingin mendengarnya lagi. Tetapi kamu tak dapat menghentikan semua itu! Kata-katamu yang telah terlanjur tersebar dan terus disebarkan di luar kawalanmu, tak dapat kamu bungkus lagi dalam sebuah kotak besi untuk kamu kubur dalam-dalam sehingga tak ada orang lain lagi yang mendengarnya. Angin waktu telah mengabdikannya."

“Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus beranak-pinak tak ada penghujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah. Dosa yang terus berjalan di luar kawalan pelakunya....,
Maka tentang fitnah-fitnah itu, meskipun aku atau sesiapapun saja yang kamu fitnah telah memaafkanmu sepenuh hati, fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kau tak dapat membayangkan bila ianya akan berakhir.

Bahkan meskipun kau telah meninggal dunia, fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi.
Maka kamu tak dapat menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukanmu kelak.”

Tangisku benar-benar pecah. Aku tersungkur di lantai.

“Astagfirulloh hal-adzhim… Astagfirullohal-adzhim… Astagfirulloh hal-adzhim…”
Aku hanya mampu terus mengulangi istighfar. Dadaku gemuruh. Air mata menderas dari kedua hujung mataku.
“Ajarkanlah saya apa saja untuk membunuh fitnah-fitnah itu, Habib..... Ajaranlah saya! Ajarkanlah saya! Astagfirulloohal-adzhim…” Aku terus menangis menyesali apa yang telah aku perbuat.

Habib Umar tertunduk sambil menitiskan air matanya. “Aku telah memaafkanmu setulus hatiku...., wahai anakku,” katanya,
“Kini, aku hanya mampu berdoa agar Allah mengampunimu, mengampuni kita semua. Kita harus percaya bahawa Allah, dengan kasih sayangnya, adalah Zat yang Maha terus menerus menerima taubat manusia… Innallooha tawwaabur-rahiim...”

Aku seperti disambar halilintar jutaan megawatt yang menggoncangkan batinku!
Aku ingin mengucapkan sejuta atau sebanyak-banyaknya istighfar untuk semua yang sudah kulakukan!

Aku ingin membacakan doa apa saja untuk menghentikan fitnah-fitnah itu!
“Kini aku telah belajar sesuatu,”
Demikianlah sahabat dan saudaraku. Itulah sebab kenapa, fitnah itu "KEJAM". Lebih kejam dari pada pembunuhan.
Bayangkan berapa juta wall di media social yang kita penuhi kalau satu kali saja posting fitnah terhadap seseorang dan itu akan menetap abadi sepanjang masa apalagi kalau di share. Maka setiap yang ingin  kita posting hendaklah di telaah dan difikirkan dulu fitnah ataupun bukan?

- [ Kiriman Hamba Allah ]

Wallahu a'lam .

ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ  (٣X)  فَرِّجْ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ .

Muhasabah Diri dan Teruskan Istighfar & Berselawat.
#iloverasulullah

Shollallah 'Ala Muhammad... Astaghfirullah... Innahu Kaana Ghoffaro... Ya Latiif... Ya Latiif... Ya Latiif .

اللهم صلّ وسلم على سيدنا محمد نور ك الساري ومددك الجارى واجمعني به في كل اطواري وعلى آله وصحبه يانور .

اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم وبَارِك عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، الفاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، والخاتِم لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الحقِّ بَالحَقِّ، والهادي إلى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ، صلَّى اللهُ علَيهِ وآلِهِ وصحبِهِ، حَقَّ قَدْرِهِ ومِقْدَارِهِ العَظِيم.

LIMA CARA UNTUK BISA "TAHU DIRI"

LIMA CARA UNTUK BISA "TAHU DIRI"

Berikut 5 cara untuk 'Muhasabah Nafsiyyah (mengetahui / kenal diri) dan cara agar kita punyai sifat/sikap Tawadhu, yaitu dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam al-Ghazali berkata:

1. Apabila engkau melihat orang yang masih muda, maka katakan dalam hatimu, 'Orang ini belum banyak durhaka kepada Allah sedangkan aku sudah banyak durhaka pada Allah. Tidak diragukan lagi orang ini lebih baik dariku'.

2. Apabila engkau melihat orang yang lebih tua, katakan dalam hatimu, 'Orang ini sudah beribadah sebelum aku, dengan begitu tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku'.

3. Apabila engkau melihat orang alim (berilmu), katakan dalam hatimu, 'Orang ini sudah diberi kelebihan yang tidak diberikan kepadaku. Dia menyampaikan suatu kebaikan kepada orang lain sedangkan aku tidak menyampaikan apa-apa. Dia tahu hukum-hukum yang tidak aku tahu. Maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?'

4. Apabila engkau bertemu dengan orang bodoh, kurang ilmu dan wawasan, katakan dalam hatimu, 'Orang ini durhaka kepada Allah kerana ketidaktahuannya sedangkan aku durhaka kepada Allah dengan pengetahuanku. Maka hukuman Allah kepadaku lebih berat dibanding orang ini. Dan aku tidak tau bagaimana akhir hidupku dan akhir hidup orang ini'.

5. Apabila engkau melihat orang kafir, maka katakan dalam hatimu, 'Aku tidak tahu, boleh jadi dia akan masuk Islam dan mengisi akhir hidupnya dangan amal kebaikan, dan dengan keislamannya itu dosa dosanya keluar dari dirinya seperti keluarnya rambut dari timbunan tepung.

Sedangkan aku, boleh jadi tersesat dari Allah (karena ujub memuja diri dan memandang rendah orang lain) dan akhirnya menjadi kafir, dan hidupku berakhir dengan amal buruk. Orang seperti ini boleh jadi besok menjadi orang yang dekat dengan Allah dan aku menjadi orang yang jauh dari Allah'.

Firman Allah SWT dalam Al-Quran,
“Maka janganlah engkau menilai dirimu lebih suci (dibanding orang lain). Dia (Allah) lebih tahu siapa orang-orang yang bertakwa.”
(Surah an-Najm ayat 32)

Wallahu a'laam

Syaikh Subakir

Percakapan syech subakir vs sabdo palon

Syeh Subakir : Kisanak, siapakah kisanak ini, tolong jelaskan.

Sabdopalon : Aku ini Sabdopalon, pamomong (penggembala) Tanah Jawa sejak jaman dahulu kala.

Bahkan sejak jaman kadewatan (para dewa) akulah pamomong para kesatria leluhur.

Dulu aku dikenali sebagai Sang Hyang Ismoyo Jati, lalu dikenal sebagai Ki Lurah Semar Bodronoyo dan sekarang jaman Majapahit ini namaku dikenal sebagai Sabdopalon.

Syeh Subakir : Oh, berarti Kisanak ini adalah Danyang (Penguasa) Tanah Jawa ini. Perkenalkan Kisanak, namaku adalah Syeh Subakir berasal dari Tanah Syam Persia.

Sabdopalon : Ada hajad apa gerangan Jengandiko (Anda) rawuh (datang) di Tanah Jawa ini ?

Syeh Subakir : Saya diutus oleh Sultan Muhammad yang bertahta di Negeri Istambul untuk datang ke Tanah Jawa ini. Saya tiadalah datang sendiri. Kami datang dengan beberapa kawan yang sama-sama diutus oleh Baginda Sultan.

Sabdopalon : Ceritakanlah selengkapnya Kisanak. Supaya aku tahu duduk permasalahannya.

Syeh Subakir : Baiklah. Pada suatu malam Baginda Sultan Muhammad bermimpi menerima wisik (ilham). Wisik dari Hyang Akaryo Jagad, Gusti Allah Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Luhur. Diperintahkan untuk mengutus beberapa orang ‘alim ke Tanah Jawa ini. Yang dimaksud orang ‘alim ini adalah sebangsa pendita, brahmana dan resi di Tanah Hindu. Pada bahasa kami disebut ‘Ulama.

Sabdopalon : Jadi Jengandiko ini termasuk ngulama itu tadi ?

Syeh Subakir : Ya, saya salah satu dari utusan yang dikirim Baginda Sultan. Adapun tujuan kami dikirim kemari adalah untuk menyebarkan wewarah suci (ajaran suci), amedar agama suci. Yaitu Islam.

Sabdopalon : Bukankah Kisanak tahu bahwa di Tanah Jawa ini sudah ada agama yang berkembang yaitu Hindu dan BudHa yang berasal dari Tanah Hindu ? Buat apa lagi Kisanak menambah dengan agama yang baru lagi ?

Syeh Subakir : Biarkan kawulo dasih (rakyat) yang memilih keyakinannya sendiri. Bukankah Kisanak sendiri sebagai Danyangnya Tanah Jawa lebih paham bahwa sebelum agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa ini, disinipun sudah ada kapitayan (kepercayaan) ? Kapitayan atau ‘ajaran’ asli Tanah Jawa yang berupa ajaran Budhi ?

Sabdopalon : Ya, rupanya Kisanak sudah menyelidiki kawulo Jowo disini. Memang disini sejak jaman sebelum ada agama Hindu dan Budha, sudah ada ‘kapitayan’ asli. Kapitayan adalah kepercayaan yang hidup dan berkembang pada anak cucu di Nusantara ini.

Syeh Subakir : Jika berkenan, tolong ceritakan bagaimana kapitayan yang ada di Tanah Jawa ini.

Sabdopalon : Secara ringkas Kepercayaan Jawa begini. Manusia Jawa sejak dari jaman para leluhur dahulu kala meyakini ada Sang Maha Kuasa yang bersifat ‘tan keno kinoyo ngopo’, tidak bisa digambarkan bagaimana keadaannya. Dialah pencipta segala-galanya. Bawono Agung dan Bawono Alit. Jagad besar dan jagad kecil. Alam semesta dan ‘alam manusia’.

Wong Jowo meyakini bahwa Dia Yang Maha Kuasa ini dekat. Juga dekat dengan manusia. Dia juga diyakini berperilaku sangat welas asih.
Dia juga diyakini meliputi segala sesuatu yang ada. Karena itu masyarakat Jawa sangat menghormati alam sekelilingnya. Karena bagi mereka semuanya mempunyai sukma. Sukma ini adalah sebagai ‘wakil’ dari Dia Yang Maha Kuasa itu.

Jika masyarakat Jawa melakukan pemujaan kepada Sang Pencipta, mereka lambangkan dengan tempat yang suwung.

Suwung itu kosong namun sejatinya bukan kosong namun berisi SANG MAHA ADA. Karena itu tempat pemujaan orang Jawa disebut Sanggar Pamujan. Di salah satu bagiannya dibuatlah sentong kosong (tempat atau kamar kosong) untuk arah pemujaan. Karena diyakini bahwa dimana ada tempat suwung disitu ada Yang Maha Berkuasa.

Syeh Subakir : Nah itulah juga yang menjadi ajaran agama yang kami bawa.

Untuk memberi ageman (pegangan atau pakaian) yang menegaskan itu semua. Bahwa sejatinya dibalik semua yang maujud ini ada Sang Wujud Tunggal yang menjadi Pencipta, Pengatur dan Pengayom alam semesta. Wujud tunggal ini dalam bahasa Arab disebut Al Ahad. Dia maha dekat kepada manusia, bahkan lebih dekat Dia daripada urat leher manusianya sendiri.
Ajaran agama kami menekankan budi pekerti yang agung yaitu menebarkan welas asih kepada alam gumebyar, kepada sesama sesama titah atau makhluk.

Lihatlah Sang Danyang, betapa sudah rusaknya tatanan masyarakat Majapahit sekarang. Bekas-bekas perang saudara masih membara. Rakyat kelaparan. Perampokan dan penindasan ada dimana-mana. Ini harus diperbaharui budi pekertinya.

Sabdopalon : Aku juga sedih sebenarnya memikirkan rakyatku. Tatanan sudah bubrah. Para pejabat negara sudah lupa akan dharmanya. Mereka salin sikut untuk merebutkan jabatan dan kemewahan duniawi. Para pandito juga sudah tak mampu berbuat banyak. Orang kecil salang tunjang (bersusah payah) mencari pegangan. Jaman benar-benar jaman edan.

Syeh Subakir : Karena itulah mungkin Sang Maha Jawata Agung menyuruh Sultan Muhammad Turki untuk mengutus kami ke sini. Jadi, wahai Sang Danyang Tanah Jawa, ijinkanlah kami menebarkan wewarah suci ini di wewengkon (wilayah) kekuasaanmu ini.

Sabdopalon : Baiklah jika begitu. Tapi dengan syarat -syarat yang harus kalian patuhi.

Syeh Subakir : Apa syaratnya itu wahai Sang Danyang Tanah Jawa ?

Sabdopalon : Pertama, Jangan ada pemaksaan agama, dharma atau kepercayaan.

Kedua, Jika hendak membuat bangunan tempat pemujaan atau ngibadah, buatlah yang wangun (bangunan) luarnya nampak cakrak (gaya) Hindu Jawa walau isi dalamannya Islam.

Ketiga, jika mendirikan kerajaan Islam maka Ratu yang pertama harus dari anak campuran. Maksud campuran adalah jika bapaknya Hindu maka ibunya Islam. Jika bapaknya Islam maka ibunya harus Hindu.

Keempat, jangan jadikan Wong Jowo berubah menjadi orang Arab atau Parsi. Biarkan mereka tetap menjadi orang Jawa dengan kebudayaan Jawa walau agamanya Islam.

Karena agama setahu saya adalah dharma, yaitu lelaku hidup atau budi pekerti. Hati-hati jika sampai Orang Jawa hilang Jawanya, hilang kepribadiannya, hilang budi pekertinya yang adiluhung maka aku akan datang lagi. Ingat itu. Lima ratus tahun lagi jika syarat – syarat ini kau abaikan aku akan muncul membuat goro-goro.

Syeh Subakir : Baiklah. Syarat pertama sampai keempat aku setujui. Namun khusus syarat keempat, betapapun aku dengan kawan-kawan akan tetap menghormati dan melestarikan budaya Jawa yang adiluhung ini.

Namun jika suatu saat kelak karena perkembangan jaman dan ada perubahan maka tentu itu bukan dalam kuasaku lagi. Biarlah Gusti Kang Akaryo Jagad yang menentukannya.
Duh Gustiii monggo sambil ngopi

Hukum Rokok

*#*ULAMA Dan ROKOK#****                        Syeikh Ahmad Khatib al-minangkabawi, ulama asal Minangkabau yang hampir selama hidupnya tinggal di Makkah dan meninggal di sana, menjelaskan bahwa merokok hukumnya haram, karena dampak negatifnya yaitu merusak kesehatan pemakainya. Dalam fatwanya, beliau juga memaparkan pendapat ulama lain tentang rokok, yaitu:
1. Haram, bagi orang yang baginya merokok dapat merusakkannya.
2. Perlu (wajib), bagi orang yang jika tidak merokok justru membuat mudhorot.
3. Makruh, bagi orang yang belum terbiasa.
4. Sunnah, bagi orang yang bila merokok mendatangkan manfaat.
5. Halal, bagi orang yang sudah terbiasa merokok tidak mendatangkan kerusakan dan tidak hendak menghentikan nikmatnya.

Abdul Ghani An-Nabilisiy berpendapat sama dengan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Ia malah menghalalkan tembakau dan membantah dalil yang mengharamkan tembakau.

Dr. Ahmad Asy-Syurbasyi, ulama masa kini, menjawab pertanyaan tentang halal haramnya tembakau menurut agama Islam. Ia menjelaskan dalam bukunya: Yas’alũnaka fid Dĩn wal Hayăt, bahwa ulama berbeda pendapatnya mengenai hukum mengisap tembakau. Sebagian Ahli Fikih mendasarkan, bahwa mengisap tembakau dibolehkan, karena tidak ada nash yang melarangnya, kecuali bila ada unsur lain yang membahayakan: semisal mendatangkan bahaya kesehatan bagi si perokok itu sendiri. Kemudian bila merokok menyebabkan kesehatan peminumnya terganggu dan membahayakan terhadap pelaksanaan kewajiban, bahaya lebih banyak daripada manfaatnya, maka mengisap tembakau menjadi haram. Sedangkan jika bahaya lebih sedikit, maka hukumnya makruh. Begitu juga jika peminumnya terpaksa mengeluarkan ongkos yang cukup banyak, atau memerlukan biaya yang semestinya untuk keperluan hidup keluarganya, orang ini hendaklah berhenti merokok agar dapat melaksanakan kewajiban menafkahi keluarganya.

Mahmoud Syaltut, dalam bukunya Al-Fatawa menerangkan hukum mengisap tembakau, bahwa mengisap rokok adalah sesuatu yang dibenci Syari’at. Dalam mengharamkan atau memakruhkan sesuatu, syari’at Islam tidak tergantung dengan adanya nash khusus mengenainya. Tetapi alasan-alasan hukum serta dasar-dasar tasyri’ (pembentukan hukum Islam) yang bersifat umum, dapat menentukan hukum sesuatu. Para ulama dapat menentukan hukum yang timbul oleh budaya manusia dengan mengenal sifat-sifat dan pengaruhnya. Jika terdapat penyakit dan madorot, perlu adanya larangan; bila manfaat lebih kuat harus diperbolehkan dan bila bahaya dan manfaat sama besar, maka menghindari bahaya lebih diutamakan daripada pengobatan. Tapi, pendapat yang terkuat, kata Syaltut, adalah yang mengharamkan dan memakruhkan karena dampak negatifnya.
Dalam bukunya: Soal Jawab, A. Hasan, pemimpin Persatuan Islam (PERSIS) menjelaskan hukum merokok atau menyusur dengan tembakau, terbagi atas tiga pendapat:
1. Harus (boleh) kalau tidak membahayakan.
2. Makruh, kalau belum diketahui.
3. Haram, kalau sudah tentu bahayanya.

-------

Ust. Nuruddin al-Banjari anti terhadap rokok namun Ust. Nuruddin al-Banjari pernah berguru pada beberapa Syekh yang terkenal perokok diantaranya Syekh Yasin Al Fadani al-Hasani, Syekh Yasin al-Fadani al-Hasani adalah seorang sufi yang ahli dalam ilmu hadits bahkan dijuluki sebagai "Musnid Addunia" oleh murid-murid beliau, seperti DR Ali Jum'ah yang menjabat sebagai mufti Mesir. DR. Ali Jum'ah pernah ditanya apakah ada Wali yang merokok? beliau mengatakan "Iya" karena ada ulama yang menghalalkan rokok, beda halnya dengan hukum zina, semua ulama sepakat akan keharamannya. DR. Ali Jum'ah memberi contoh wali yang merokok, yaitu Syekh Yasin al-Fadani al-Hasani. "Ketika beliau sedang mengajar, beliau menghisap Syisyah (Rokok Arab) sambil meriwayatkan hadits" ujarnya.

Dari Maulana syekh Mukhtar Ali M. Addusuqi ra. tidak semua yang memudharatkan itu haram, tidak semua yang diharamkan itu haram karena ada mudharatnya, dan tidak semua yang dihalalkan itu halal karena ada manfaatnya. Buktinya pada siang hari di bulan puasa, kita diharamkan untuk makan dan minum, padahal makanan dan minuman itu tidak ada mudharatnya. Syekh Mukhtar juga mengingatkan bahwa tidak semua yang menjijikkan itu haram, buktinya Rasulullah enggan memakan "Daging Dhob", ketika para sahabat bertanya, "apakah daging Dhob itu haram?" beliau menjawab, "tidak haram, tapi saya tidak selera (merasa jijik).

Nuruddin al-Banjari juga mengharamkan rokok dengan alasan banyaknya korban yang mati karena rokok. Menurut saya alasan beliau tidak diterima karena lebih banyak jumlah orang yang tidak mati karena rokok daripada jumlah orang yang mati karena rokok. Telah dibuktikan bahwa asap knalpot mobil itu lebih berbahaya daripada asap rokok. Dan telah dibuktikan juga betapa banyak orang yang mati karena tabrakan, apakah dengan demikian mobil itu haram?!

Hukum merokok....

1. Allah swt. dan Rasul-Nya saw. tidak pernah menegaskan bahwa tembakau atau rokok itu haram.

2. Hukum asal setiap sesuatu adalah halal kecuali ada nash yang dengan tegas mengharamkan.

3. Sesuatu yang haram bukanlah yang memudlaratkan, dan sesuatu yang halal bukanlah yang memiliki banyak manfaat, akan tetapi yang haram adalah yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya walau bermanfaat, dan yang halal adalah yang dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya walau memudlaratkan.

4. Tidak setiap yang memudlaratkan itu haram, yang haram adalah yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya baik itu memudlaratkan atau tidak. Cabe, daging kambing, gula, asap mobil, dll. juga memudlaratkan tapi tidak haram, mengapa justru rokok saja yang haram padahal masih banyak yang lain yang juga memudlaratkan?

5. Segala jenis ikan di dalam laut hukum memakannya halal sebagaimana yang diterangkan dalam hadits. Padahal banyak jenis ikan yang memudlaratkan di dalam laut tersebut, tetapi tetap halal walau memudlaratkan. Kalau kita mengharamkannya maka kita telah mentaqyid hadits yang berbunyi "Yang suci airnya dan yang halal bangkainya".

6. Kita boleh saja melarang atau meninggalkan tapi kata-kata haram tidak boleh terucapkan karena Allah berfirman : "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah". Kita boleh mengatakan: Jangan merokok karena ia memudlaratkan, tapi tidak boleh kita mengatakan : Merokok itu haram, sebagaimana kita mengatakan kepada anak-anak kita : Jangan makan coklat karena ia merusak gigi, dan kita tidak pernah mengatakan : Makan coklat itu haram. Kita mungkin mengatakan : Memakan permen yang diberi sambel dapat menyebabkan penyakit influenza, namun tidak boleh kita mengatakan : Makan permen yang dicampur sambel itu haram.

7. Kalau rokok dikatakan bagian dari khaba'its maka bawang juga termasuk khaba'its, mengapa rokok saja yang diharamkan sementara bawang hanya sekedar makruh (itupun kalau akan memasuki masjid)?

8. Rokok adalah termasuk Mimma ammat bihil-balwa pada zaman ini.

9. Hadits "La dlarara wala dlirara" masih umum, dan bahaya-bahaya rokok tidak mutlak dan tidak pasti, kemudian ia bergantung pada daya tahan dan kekuatan tubuh masing- masing.

10. Boros adalah: menggunakan sesuatu tanpa membutuhkannya, dari itu jika seseorang merokok dalam keadaan membutuhkannya maka ia tidaklah pemboros karena rokok ternyata kebutuhan sehari-harinya juga.

11. Rokok adalah bagian dari makanan atau minuman sebab ia dikonsumsi melalui mulut, maka ia halal selama tidak berlebihan, Allah berfirman : "Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan" dan Allah telah menyebutkan makanan-makanan dan minuman-minuman yang haram seperti arak, babi, dll. dan ternyata Allah tidak menyebut rokok di antaranya.

12. Realita menunjukkan bahwa rokok ternyata memberi banyak manfaat terutama dalam menghasilkan uang, di pulau Lombok misalnya, hanya tembakaulah yang membuat para penduduknya dapat makan, jika rokok diharamkan maka mayoritas penduduk Lombok tidak tahan hidup. Allah berfirman: "Katakanlah hai Muhammad: Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal. Katakanlah: Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu tentang ini atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah? "

13. Terdapat banyak cara untuk mengurangi dan mencegah bahaya-bahaya rokok.

14. Qiyas kepada khamr tidak benar karena rokok tidak memabukkan dan tidak menghilangkan akal, justru seringnya melancarkan daya berfikir. Dan yang paling penting adalah haramnya khamr karena ada nash, dan tidak haramnya rokok karena tidak ada nash. Kemudian qiyas tidak boleh digunakan dengan sembarangan.

15. Rokok tidak ada hubungannya sama sekali dengan ayat "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan" karena ayat tersebut membicarakan hal lain.

16. Adapun ayat "Dan janganlah kamu membunuh dirimu" maksudnya adalah bunuh diri, maka adakah orang yang sengaja membunuh dirinya dengan menghisap rokok? kalaupun ada jenis rokok yang sengaja dibuat untuk bunuh diri maka tetap yang haram bukan rokoknya akan tetapi yang haram adalah bunuh dirinya. Sebagaimana seseorang membunuh dirinya dengan pisau, maka yang haram bukan menggunakan pisaunya tetapi bunuh dirinya.

17. Mengharamkan yang bukan haram adalah termasuk dosa besar maka diharapkan untuk berhati-hati, Allah berfirman: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta : Ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidakah beruntung".

18. Banyak ulama' dan auliya' yang juga perokok bahkan perokok berat, apakah kita menyamakan mereka dengan para bajingan yang minum arak di pinggir jalan? Allah berfirman: "Apakah patut Kami jadikan orang-orang islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa? Mengapa kamu berbuat demikian? bagaimanakah kamu mengambil keputusan?", Allah juga berfirman: "Apakah orang yang beriman itu sama seperti orang yang fasik? Sesungguhnya mereka tidak sama", Allah juga berfirman: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? ".

19. Banyak ulama' yang tidak mengharamkan rokok seperti : Syekh Syehristani, Syekh Yasin al-Fadani, Syekh al-Sistani, Syekh Muhammad al-Salami, Syekh al-Dajawi, Syekh Alawi al-Saqqaf, Syekh Muhammad bin Isma'il, Syekh al-Ziadi, Syekh Mur'i al-Hanbali, Syekh Abbas al-Maliki, Syekh Izzuddin al-Qasysyar, Syekh Umar al-Mahresi, Syekh Muhammad Alawi al-Maliki, Syekh Hasan al-Syennawi, Syekh Ahmad bin Abdul-Aziz al- Maghribi, Syekh Abdul-Ghani al-Nabulsi ra., Syekh Muhammad Utsman Abduh al-Burhani ra., Maulana Syekh Mukhtar ra., dll.

20. Dalam kitab Muntakhabat al-Tawarikh Lidimasyq, Syekh Muhammad Adib al- Hishni mengutip ungkapan seorang wali besar dan ulama ternama serta tokoh sufi terkemuka asal Syiria, yaitu Sidi Abdul-Ghani al- Nabulsi ra. (wafat tahun 1143 H.) yang berbunyi sebagai berikut (artinya):

Asap rokok menggoda selera;
Pun semerbak kasturi tertandingi.
Pahitnya, manis terasa,
Aneh, pahit kok manis rasanya.

21. Dalam buku yang sama menceritakan: Syekh Sunan Efendi yang lebih dikenal dengan sebutan Allati Barmaq, seorang mufti dan pakar fiqh bermazhab hanafi yang sempat meraih julukan Syaikhul-Islam pada zamannya, pernah membaca karya tulis Sidi Abdul-Ghani al-Nabulsi ra. tentang kebolehan merokok, yang berjudul: al-Ishlah bainal- Ikhwan fi Ibahat Syurb al- Dukhan, Syekh Allati Barmaq saat itu mengharamkan rokok, oleh karena itu ia sangat kontra dengan isi buku tersebut yang kemudian terjadilah adu argumen antara Syekh Allati Barmaq dengan Sidi al-Nabulsi yang akhirnya Syekh Allati Barmaq mengakui kebenaran Sidi al-Nabulsi lantas minta maaf, lalu dengan tegas mengatakan bahwa yang mengharamkan rokok adalah jahil, tolol, zindiq dan tak ubahnya dengan binatang hina. Sebab ternyata pada rokok terdapat rahasia Allah yang menyirati banyak khasiat dan manfaat. Aroma dan rasanya pun amat lezat. Ungkapan tersebut berbunyi sebagai berikut :

Sungguh tolol, yang tak peka asap rokok,
Bak hewan yang tak punya cita rasa.
Tak patut diharamkan,
Hanya kaum zindiq lah yang merekayasa.
Wahai pecandu sufi, Kenapa tak kau rengkuh rokok saja.
Andai tak ada rahasia, Baunya pun takkan lezat terasa.
Padanya; rahasia Sang Kuasa,
Ahli hakekat Allati Barmaq sebagai saksinya.

22. Dalam kitab Jawahirul-Bihar fi Fadla'ilinnabiyyil-Mukhtar oleh Syekh Yusuf al-Nabhani, menyatakan sebagai berikut :

Artinya: Syekh Abdul-Ghani al-Nabulsi Ra. menceritakan sebuah perjalanannya menimba ilmu di tanah Hijaz : "Syekh Abdul-Qadir Efandi seperti biasa, hadir bersama kami untuk membacakan ringkasan Sahih Bukhari. Lantas, ia membaca hadits yang berbunyi; Dari Saidina Abi Hurairah dari Nabi saw. beliau bersabda; "Siapa yang bertemu aku pada saat mimpi; pasti akan bertemu denganku dalam keadaan terjaga, dan tak mungkin setan menyerupaiku". Kami berdiskusi tentang hadits ini seraya mengutip karya Imam Suyuthi yang berjudul Tanwirul-Halak fi Imkan Ru'yat al-Nabi wal-Malak. Syekh Abdul-Qadir Efandi menyebutkan bahwa ia memiliki karya tersebut sah secara silsilah dan akan disampaikan kepada kita (para santrinya). Selanjutnya kami berdiskusi tentang hukum merokok, lalu ia meriwayatkan: "Ada sebuah kisah dari Syekh Ahmad bin Manshur al-Aqrabi, dari Syekh Ahmad bin Abdul-Aziz al-Maghribi, ia menyatakan bahwa ia sering bertemu dengan Nabi saw. (dalam tidur maupun jaga). Suatu ketika ia jatuh sakit dan menemui beliau, kemudian bertanya tentang hukum merokok, Nabi pun diam tak menjawab. Kemudian beliau malah menyuruhnya untuk merokok"!!!
Syekh Ahmad bin Abdul-Aziz al-Maghribi (yang senantiasa menjumpai Rasul dan bertanya tentang rokok dan ternyata mendapat perintah untuk menghisapnya) adalah seorang pemuka kenamaan dan tokoh kepercayaan pada masanya. Seorang Wali besar dimasanya.

Suami istri

" DOSA YANG MERUSAK PERNIKAHAN "

SUAMI :
1. Suami tidak berfungsi menjadi pemimpin dengan baik, akibatnya saling melukai.
2. Suami gagal menjadikan Istri prioritas dalam hidupnya.
3. Suami membandingkan Istri dengan wanita lain.
4. Suami kurang disiplin mengontrol emosi dan kebiasaan buruk.
5. Suami gagal memuji hal-hal kecil dari Istri.
6. Suami menolak pendapat Istri.
7. Suami tidak pernah minta maaf.

Kebutuhan seorang Suami:
1. Istri sebagai sahabat.
2. Rumah yang rapi.
3. Istri yang menarik.
4. Saling menghargai.

Kebutuhan seorang Istri:
1. Kasih sayang dan penghargaan.
2. Diajak bicara.
3. Jujur dan terbuka.
4. Keuangan yang cukup.
5. Komitmen terhadap keluarga.

Ingat!
Kepala keluarga yang berhasil dalam
keluarga maka keberhasilan yang lain akan mengikuti. Kepala keluarga yang gagal dalam keluarga maka kegagalan lain akan mengikuti.
Kebahagiaan perkawinan membutuhkan
perjuangan yang tidak kenal lelah, dan membutuhkan kehadiran dan pertolongan Tuhan.
Berbahagialah mereka yang benar-benar menikmati hidup rumah tangga yang rukun dan damai, meskipun itu harus diperoleh dengan cucuran air mata.
Belaian tangan suami adalah emas bagi istri.
Senyum manis sang istri adalah permata bagi suami.
Kesetiaan suami adalah mahkota bagi istri.
Keceriaan istri adalah sabuk di pinggang suami.
Perbaikilah apa yang bisa diperbaiki sekarang sebelum terlambat. Cintailah pasangan yang telah Allah pilih untukmu!
Semoga Allah memberkahi Pernikahan Anda!

Subhanallah..

Belajar Agama ke Ahlinya
Subscribe YouTube Santri Gus Baha
https://www.youtube.com/channel/UCdXpecYQvrkX3DOdwdxqpzQ

Ajaran Sunnah

💖 40  AMALAN  NABI  MUHAMMAD  S.A.W 💖

01. Jangan tidur antara fajr dan Ishraq (saat ☀ muncul), Asr dan Maghrib, Maghrib dan Isha.
------------------------------
02. Hindarkan duduk dengan orang yg bau badan. Contoh (bawang) 😷
------------------------------
03. Jangan tidur dekat orang yg bicara buruk sebelum tidur.
------------------------------
04. jangan makan dan minum dengan tangan kiri.
------------------------------
05. Jangan makan makanan yg dikeluarkan dr gigimu.
------------------------------
06. Jangan membunyikan sendi2 jari.
------------------------------
07. periksa sepatumu sebelum memakainya.
------------------------------
08. Jangan memandang ke langit ketika shalat.
------------------------------
09. Jangan meludah dalam toilet.
------------------------------
10. jangan bersihkan gigi dengan arang.
------------------------------
11. Duduk/jongkok baru kenakan celana.
------------------------------
12.  jangan patahkan benda keras dengan gigimu.
------------------------------
13. Jangan meniup makananmu ketika panas, tapi kamu boleh mengipasinya.
------------------------------
14. Jangan melihat kesalahan orang lain.
------------------------------
15. jangan berbicara antara iqamah dan adhan.
------------------------------
16. Jangan bicara dalam toilet.
------------------------------
17. jangan membicarakan keburukan temanmu.
------------------------------
18. Jangan membuat temanmu marah
------------------------------
19. Jgn sering melihat ke belakang ketika berjalan.
------------------------------
20. Jgn hentakkan kakimu saat berjalan.
------------------------------
21. Jgn curigaan pada temanmu.
------------------------------
22. Jgn pernah berdusta.
------------------------------
23. jgn membaui makanan saat memakannya.
------------------------------
24. bicara yg jelas agar org lain bisa memahami.
------------------------------
25. Hindari bepergian sendirian.
------------------------------
26. Jgn memutuskan sendiri namun berkonsultasilah dengan orang yg tahu.
------------------------------
27. Jangan bangga diri.
------------------------------
28. Jgn sedih dgn makananmu.
------------------------------
29. Jgn besar mulut.
------------------------------
30. Jgn mengusir pengemis.
------------------------------
31. Layani tamumu dengan baik dengan sepenuh hati.
------------------------------
32. Sabar ketika dalam kemiskinan.
------------------------------
33. Bantulah perkara kebaikan.
------------------------------
34. Pikirkanlah kesalahanmu dan bertaubatlah.
------------------------------
35.  Berbuat baiklah kepada orang yg berlaku jahat padamu.
------------------------------
36. Qana'ah (hidup apa adanya)
------------------------------
37. Jgn tidur terlalu sering, menyebabkan pikun.
------------------------------
38. Bertaubatlah minimal 100 kali sehari (Istighfaar).
------------------------------
39. Jgn makan dalam keadaan gelap.
------------------------------
40. jgn makan sepenuh-penuh mulut.
------------------------------

Kirim ke yg lain untuk mengingatkan mereka.😊

Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala."(HR. Al-Bukhari)
-------------------------------
Semoga Allah merahmatimu...! Aamiin.🙏😇

Ojok Manut Hawa Nafsu

JANGAN MENURUTI HAWA NAFSU

Hawa nafsu yang jelek bisa mengantarkan pada malas beribadah, juga bisa mengantarkan pada maksiat, dan amalan yang tidak ada tuntunan dalam islam , bahkan yang lebih parah lagi bisa mengantarkan pada 'tasyabbuh' menyerupai non muslim dan kesyirikan. Oleh karenanya kita mesti mengendalikan hawa nafsu dan tidak mengikutinya terus.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak doa agar kita bisa dilindungi oleh Allah dari hawa nafsu yang jelek.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa,

اللهم إني أعوذ بك من منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarootil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ (Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar).” (HR. Tirmidzi no. 3591).
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Faedah dari hadis dan doa di atas:

1. Dalam doa ini kita meminta perlindungan dari akhlak yang jelek. Doa ini mencakup kita meminta berlindung dari akhlak yang jelek dari sisi syariat. Termasuk pula kita meminta perlindungan pada Allah dari sesuatu yang dikenal jelek secara batin.

2. Doa ini mencakup berlindung dari akhlak mungkar seperti begitu takjub dengan diri sendiri, sombong, berbangga diri, hasad dan melampaui batas.

3. Doa ini mencakup kita berlindung pada Allah dari amalan yang mungkar, yaitu amalan yang zhohir atau ditampakkan.

4. Doa berlindung dari amal yang mungkar mencakup zina, minum khamar, dan bentuk keharaman lainnya.

5. Doa ini juga mencakup meminta perlindungan pada keinginan atau nafsu yang mungkar. Dan kebanyakan hawa nafsu mengantarkan kepada kejelekan, itulah umumnya.

6. Doa berlindung dari keinginan atau nafsu yang mungkar mencakup berlindung dari aqidah yang jelek, niatan-niatan yang batil, dan pemikiran yang sesat.

7. Doa ini mendorong kita agar berakhlak yang mulia dan beramal yang saleh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Semoga yang singkat ini bermanfaat.

Ceramah Gus Baha, Ojo Nunggu Mapan

Gus Baha' : Hidup Nunggu Mapan Itu Lho Ngapain?
.
Sampean kalau menganggap kenal presiden penting,
kenal pejabat penting,
kenal orang kaya penting,
punya duit banyak penting dan lain-lain tapi ndak pernah merasa kalau sujud kepada Allah itu penting.
Hati-hati sampean kelak kalau dihisab di mahsyar bisa habis sampean. .
.
Bagaimana kalau kemudian Allah bilang pas sampean dihisab, "Sana pergi ke sesuatu yang kamu anggap penting. Minta ke dia. Habis sampean."
.
Kira-kira begitu dawuh Gus Baha.
Ulama besar yang sering ngaji di musalla kecil.
Menjadi syirik itu tak harus dengan menyembah selain Allah atau menganggap ada yang setara dengan Allah.
Merasa ada sesuatu yang lebih penting dari sujud kepada Gusti Allah pun bisa membahayakan status manusia saat di akhirat nanti. .
.
Jadi kalau bisa waktu meninggal, status seseorang dalam keadaan sujud kepada Allah atau statusnya sebagai orang yang menunggu waktu sujud wajib alias menunggu waktu salat lima waktu.
Jangan sampai meninggal dalam keadaan statusnya sebagai yang berharap punya uang banyak, berharap punya rumah mewah atau status orang yang berharap pada hal-hal duniawi lain. Orang jangan sembrono.
Malaikat akan mencatat status terakhir orang yang meninggal.
Dalam keadaan mengabdi kepada Allah atau dalam keadaan memikirkan hal duniawi. .
.
Jadi hidup yang keren itu hidup yang pola pikirnya menunggu waktu ibadah sambil melakukan kemanfaatan. Bukan hidup menunggu mapan.

"Malaikat nanti mencatat si fulan meninggal dalam keadaan menunggu salat Duhur. Kan keren.
Bukan si Fulan meninggal dalam keadaan menunggu mapan. Ingin punya mobil mewah ndak kesampaian.
Urip (hidup) kok kepingin mapan itu loh laopo (ngapain).
Apa ndak kuatir mati dalam keadaan begitu?"
.
Pada tahap ini banyak umat ndak lolos 'ujian' di padang mahsyar.
Mumpung belum, jangan sembrono kalau hidup. Harus banyak ngaji.

Subscribe YouTube Santri Gus baha untuk bs dapat update Vidio Terbaru Gus Baha

https://www.youtube.com/channel/UCdXpecYQvrkX3DOdwdxqpzQ

Pesan Mbah Moen

Syaikhina Simbah Kyai Maimoen Zubair dawuh:

والله العظيم الفوندوك ليس وسيلة الى الجنة، وإنما الوسيلة هى التعليم.
“Demi Allah Dzat Yang Maha Agung, pondok bukan wasilah ke surga, yang menjadi wasilah adalah ngajinya.”

Beliau meneruskan dawuh:

“Pondok iku donyo akeh kyai seng gak faham, mergo pondok iki nek kyaine mati, anake podo rebutan, iki ndudohno ne pondok iki ndunyo. Akidahku lan mbah mbahku kabeh ora podo ngarepno pondok. Aku mulang ihya’ lan ngaji liane neng atine ora ono sekelumit blas pengen due pondok.”

(Pondok itu termasuk bagian dari dunia, banyak kyai yang tidak faham, karna pondok itu kalau kyainya meninggal, anak anaknya saling berebut, itu menunjukan kalau pondok itu bagian dari dunia. Akidahku dan kakek-kakekku semuanya tidak menginginkan pondok. Saya mengajar kitab Ihya’ Ulumiddin dan kitab lainya, di hati tidak ada sekelumit pun ingin punya pondok)

Beliau Syaikhina akhirnya mewanti wanti:

“Pokoke seng kudu mok cekeli koe kudu ngaji lan mulang kitab salaf, Donyo ora bakal kiamat ne wong iseh podo ngaji.”

(Pokoknya yang harus dipegang erat, kamu harus ngaji dan mengajar kitab salaf. Dunia tidak akan kiamat selama orang masih mau mengaji)

(Disarikan santri Sarang dalam Ngaji Mbah Maimoen pada Sabtu, 29 April, 2017)

Like Fanpage Share Gratis NGAJI KYAI

ILMU TAUHID SUNAN KALIJAGA

ILMU TAUHID SUNAN KALIJAGA

Di Jawa, para wali berusaha keras untuk menjelaskan tauhid agar dapat dipahami oleh masyarakat. Namun sepertinya ceramah atau khotbah saja nyaris tidak efektif. Buktinya, perkembangan populasi Muslim kala itu tidak signifikan. Beruntung belakangan hadir Sunan Kalijaga, wali sekaligus budayawan yang tidak menginginkan budaya Jawa tergerus budaya impor termasuk budaya Arab sekalipun.

Menyadari keterbatasan bahasa dan platform arsitektur otak manusia, Sunan Kalijaga lantas berinisiatif untuk memanfaatkan budaya sebagai alat peraga dalam berdakwah. Setidaknya keterbatasan bahasa bisa disiasati dengan peragaan aktif seperti wayang. Rupanya gagasan Sunan Kalijaga disepakati dan didukung oleh para wali lainnya, dan muncullah sejumlah lakon-lakon wayang “carangan” yang terbukti jauh lebih efektif ketimbang pidato atau khotbah semata.

Salah satu lakon yang paling populer adalah “Bima Suci” yang dibukukan dalam Serat Bima Suci, tulisan Yasadipura I.

Lakon ini mencoba menggambarkan bagaimana memahami soal ketuhanan dengan keterbatasan arsitektur otak manusia.

Lakon Bima Suci diawali dengan hasrat Bima untuk mengetahui asal-usul kehidupan (sangkan paraning dumadi) dan tujuan akhir setelah kematian (kasedan jati). Digambarkan dalam lakon tersebut, Bima tidak punya siapa-siapa yang bisa ditanya soal keruhanian tersebut. Satu-satunya guru yang dia miliki hanyalah Dronacharya dan Bima tahu persis bahwa Drona adalah guru perang (kemiliteran), bukan guru agama. Namun Bima nekad menanyakan soal asal-usul kehidupan dan target utama setelah kematian kepada Drona.

Melihat hasrat Bima yang menggebu-gebu, Drona tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa dia tidak tahu. Drona menggunakan analogi dalam teknik peperangan, bahwa manakala seseorang sudah terjepit karena kalah kekuatan maupun strategi, maka tinggal kesungguhan dan keberanianlah yang mampu mendatangkan keberuntungan untuk berjaya atau setidaknya selamat dalam peperangan.

Dengan analogi ini, Drona lantas menguji sang Bima. Drona berkeyakinan bahwa hasrat yang mulia pasti akan ada jalan jika diupayakan dengan kesungguhan. Ini mirip khi dalam ilmu beladiri. Kepalan tangan kita hanyalah daging (otot) dan puluhan tulang kecil-kecil yang rata-rata lebih kecil dari puntung rokok. Jika kita benturkan dengan tembok atau pohon, secara logika akan rusak. Tapi jika kita sodokkan dengan penuh kesungguhan, ternyata sakit pun tidak. Bahkan jika kesungguhan kita tingkatkan lagi, justru dinding atau pohonnya yang bakal rusak. Drona selaku guru perang, tentu sangat menguasai hal ini.

Bima: “Wahai guru, tolong tunjukkan padaku sangkanparaning dumadi dan kasedan jati”
Drona: “Bima, ada 2 syaratnya.. Kamu harus buktikan mampu mendapatkan kayu gung susuhing angin dan tirta pawitra”
Bima: “Dimana aku harus mencarinya?”
Drona: “Di hutan Candramuka. Hutan itu gawat sekali, sering menelan korban. Kalau tidak siap, jangan berangkat.”
Tanpa pikir panjang Bima langsung menuju ke hutan Candramuka yang konon sangat angker. Disana tidak menemukan apapun selain 2 raksasa yang justru memburunya. Singkat cerita, 2 raksasa dibunuh oleh Bima dan ternyata mereka jelmaan dari Dewa Bayu dan Dewa Indra. Dalam Mahabharata orisinil, Bayu adalah dewanya kekuatan dan angin, sedang Indra dewanya kejayaan. Lakon ini meminjam tokoh 2 dewa tersebut untuk melambangkan bahwa kesungguhan Bima mendapat pertanda baik, mendapat kekuatan dan kejayaan. Merasa tidak menemukan “kayu gung susuhing angin” maka Bima bergegas kembali menghadap sang guru.

Bima: “Waaah ketiwasan guru… Hutan Candramuka ludes dan saya nggak menemukan apapun selain membunuh 2 raksasa yang ternyata Bayu dan Indra”.
Drona: “Tidak apa-apa muridku.. Aku bangga, kamu sudah berhasil mendapatkan kayu gung susuhing angin”.
Drona lantas menjelaskan bahwa “kayu” samaran dari “kayun” atau “karep” yang artinya hasrat. Gung artinya besar dan susuhing angin adalah pusat kekuatan. Hasrat yang besar akan memberi kekuatan dan menuntun kita pada kejayaan. Secara simbolik dilambangkan dengan hadirnya Dewa Bayu dan Dewa Indra. Kemauan keras Bima melambangkan khusuknya doa.

Lantas Drona meminta syarat yang kedua.

Drona: “Bima, kamu harus segera mendapatkan tirta pawitra untuk melengkapi syaratnya”
Bima: “Dimana harus kucari?”
Drona: “Di tengah samudera Minangkalbu”
Bima: “Hah.. dimana itu? Aku baru dengar nama itu”.
Drona: “Terserah kamu mencarinya.. Kali ini kamu harus mampu mencarinya sendiri tanpa petunjuk dari siapapun”.
Bima pun bergegas pergi tanpa banyak bertanya lagi. Dia artikan Minangkalbu adalah apa yang ada di hati. Maka larilah dia lurus tanpa memilih arah sampai mencapai tepi laut. Disana Bima sempat maju-mundur. Ada rasa takut dan keraguan. Karena masuk ke tengah laut memang sangat berisiko. Bahkan untuk memperpanjang pagelaran, Bima juga sempat dicegah oleh ibu dan saudara-saudaranya (Pandawa) serta Hanuman sebagai kakak seperguruan. Namun akhirnya Bima bertekad bulat untuk masuk ke tengah samudera. Loncatan Bima yang terkenal bisa dari gunung ke gunung itu, kini diarahkan ke tengah laut dan … byur … Bima pun tenggelam ke dasar samudera.

Awalnya Bima sempat disergap dan dililit secara tiba-tiba oleh ular raksasa bernama Nagabanda. Lilitan itu sedemikian kuat dan merata dari ujung kaki hingga kepala, sehingga sangat sulit untuk melepaskannya. Terlebih itu terjadi dalam air, dimana Bima tentu glagepan karena tidak memiliki insang. Kekuatan Bima yang konon 80 kali tenaga gajah ternyata tidak terlalu berarti menghadapi lilitan kuat ini karena tidak ada ruang gerak untuk meronta. Namun berkat kuatnya keinginan untuk melanjutkan petualangannya mencari tirta pawitra, Bima tidak putus asa dalam kegelapan yang teramat berat itu. Di sela-sela lilitan ternyata kedua jempol tangannya bebas. Bima lantas menggerakkan kedua jempol tangannya dengan harapan dapat melukai sang ular dengan kukunya yang panjang dan tajam.

Ternyata benar… sang ular terluka sehingga lilitan sedikit mengendor karena kepala sang ular menuju bagian yang terluka. Momentum ini segera dimanfaatkan Bima untuk meronta sekuat-kuatnya hingga mendapat celah untuk menangkap kepala sang Nagabanda. Kuku pancanaka yang sangat tajam itu dihujamkan ke mata dan mulut sang ular sehingga lilitannya makin lemah. Ular itu lantas dirobek-robek layaknya merobek daun pisang tak berdaya. Namun Bima pun terhempas oleh kibasan ular raksasa yang sekarat itu dan jatuh di sebuah pulau karang kecil di tengah samudera.

Bagian ini ingin menyampaikan pesan bahwa pada dasarnya hal yang paling sulit bagi Bima adalah mengalahkan nafsunya sendiri. Ketika dicegah dengan rayuan dan nasihat oleh ibunya dan saudara-saudaranya, Pandawa, dengan mudah Bima mampu mengabaikannya. Padahal Bima adalah figur yang sangat penurut kepada ibunya. Namun kali ini ibunya pun dikesampingkan. Lantas dicegah dengan kekuatan oleh Hanuman, kakak seperguruan yang kondang menaklukkan Rahwana sang raja super sakti. Kali ini pun Bima mampu meloloskan diri dalam sekejap dengan loncatannya yang melampaui ketinggian gunung. Yang paling sulit justru Nagabanda yang melilitnya tiba-tiba begitu Bima mencapai permukaan samudera. Ular raksasa ini mengibaratkan nafsu. Nafsu memang hanya bisa dikalahkan oleh kemauan keras yang disertai keyakinan bahwa dirinya pasti sanggup mengalahkannya.

Bertemu Dewa Ruci

Bima yang jatuh tengkurap di pulau karang lantas merangkak mencari pegangan untuk berdiri. Begitu menengok batu yang dipegangnya, nampak ada manusia kecil yang hanya setinggi mata kaki tetapi seluruh tubuhnya memancarkan cahaya. Manusia kecil ini adalah Dewa Ruci yang berarti ruh suci. Dewa Ruci lantas menyapa Bima lebih dulu.

Ruci: “Wahai Bima, apa yang kau cari jauh-jauh kesini?”

Bima semula agak jengkel karena ada anak kecil menyapa tidak sopan layaknya sapaan teman sebaya. Namun Bima yang cerdas tidak segera mengungkapkan rasa geramnya. Dia amati si manusia kecil yang memancarkan cahaya itu dengan saksama. Ternyata manusia kecil itu seperti miniatur dirinya. Wajah dan proporsi tubuh dan pakaiannya benar-benar mencerminkan dirinya. Dalam hatinya tebersit sangka bahwa ini pasti hal yang luar biasa. Maka Bima menjawab sapaan dan menyapanya balik dengan penuh kesopanan.

Bima: “Saya mencari tirtapawitra. Pukulun ini siapa?
Ruci: “Saya Nawa Ruci Marbudyengrat. Tirta pawitra memang ada disini. Tapi untuk apa?”
Bima: “Untuk membayar pengetahuan yang saya inginkan, sangkanparaning dumadi dan kasedan jati”.
Ruci: “Siapa yang akan menjelaskan itu kepadamu?”
Bima: “Dronacharya guruku”.
Ruci: “Kamu kan sudah tahu bahwa Drona adalah guru perang, dia tidak akan tahu soal keruhanian seperti itu”.
Bima: “Iya, tapi Drona adalah satu-satunya guru yang saya miliki. Maka kepadanya lah tempat saya bertanya.”
Ruci: “Dari mana kamu yakin Drona mampu menjawab?”
Bima: “Dari rasa bhaktiku kepadanya dan ketulusannya kepadaku selama ini. Beliau pernah bilang bahwa orang yang mau bertanya pasti akan mendapat jawaban meskipun bukan dari orang yang ditanya“.
Ruci “Naah.. untuk mendengarkan wejangan gurumu, masuklah ke dalam tubuhku melalui lobang telinga kiriku”.
Bima: “Hua ha ha ha …. mana mungkin saya bisa masuk ke jasad pukulun yang hanya sebesar kelingking”.
Ruci: “Jangan kuatir … kumpulkan segenap tenagamu dan loncatlah setinggi mungkin agar mencapai kupingku”.
Bima pun semakin bingung. Lah wong disuruh masuk ke tubuh yang kecil saja masih bingung kok malah disuruh loncat setinggi-tingginya. Padahal loncatan Bima konon bisa melampaui gunung.

Namun berkat hasrat yang menggebu, meski bingung, Bima tidak berpikir panjang. Dia pilih taat kepada perintah itu ketimbang berkutat dengan kebingungannya, karena dia sadar yang sedang dihadapinya adalah sebuah aura yang luar biasa dan seirama dengan apa yang sedang dicarinya dalam petualangannya ini.

Maka langsung saja Bima meloncat setinggi-tingginya dengan kekuatan penuh. Dan ternyata benar… Bima harus meluncur ke langit untuk mencapai kuping Dewa Ruci. Dewa Ruci yang hanya sebesar kelingking dan hanya setinggi matakaki, ternyata kupingnya berada jauh di atas awan.

Bagian ini ingin menyampaikan pesan bahwa manakala seseorang berpikir sangat keras untuk mencapai sesuatu dan mengesampingkan hal-hal lain selain fokus pada apa yang dituju, maka sebenarnya dia telah memasuki ambang alam ruhani. Yang ada hanyalah interaksi dengan dirinya sendiri.

Ketika Bima bertemu Dewa Ruci, sebenarnya Bima sudah memasuki ambang alam ruhani. Lakon ini mencoba menjelaskan bahwa di alam ruhani, dimensi ruang sudah tidak berlaku. Besar-kecil, tinggi-rendah, jauh-dekat, arah mata angin sudah tidak berlaku seperti yang kasat mata.

Wallahu'aklambishowab..
Mugi mugi bermanfaat..

Sumber : islamindonesia.id
Gambar : ilustrasi Boca Angon

Islam tapi tidak islami

Sekedar bacaan untuk introspeksi diri....:

*Islam Tapi Tidak Islami*

Syaikh Muhamad Abduh...., ulama besar dari Mesir pernah geram terhadap dunia Barat...., yang mengganggap Islam kuno dan terbelakang.

Kepada Renan...., filosof Prancis...., Abduh dengan lantang menjelaskan..., bahwa agama Islam itu hebat...., cinta ilmu...., mendukung kemajuan..., dan lain sebagainya.

Dengan ringan Renan...., yang juga pengamat dunia Timur itu mengatakan....:

“Saya tahu persis kehebatan semua nilai Islam dalam Al-Quran...., tapi tolong tunjukkan satu komunitas Muslim di dunia yang bisa menggambarkan kehebatan ajaran Islam....”.

Dan Abduh pun terdiam.

Satu abad kemudian...., beberapa peneliti dari George Washington University ingin membuktikan tantangan Renan.

Mereka menyusun lebih dari seratus nilai-nilai luhur Islam...., seperti kejujuran (shiddiq)...., amanah...., keadilan...., kebersihan...., ketepatan waktu....., empati...., toleransi...., dan sederet ajaran Al-Quran serta akhlaq Rasulullah SAW.

Berbekal sederet indikator yang mereka sebut sebagai 'islamicity index'...., mereka datang ke lebih dari 200 negara untuk mengukur seberapa islami negara-negara tersebut.

Hasilnya......?

Selandia Baru dinobatkan sebagai negara paling Islami.

Indonesia......?

Harus puas di urutan ke 140.

Nasibnya tak jauh dengan negara-negara Islam lainnya...., yang kebanyakan bertengger di 'ranking' 100-200.

Apa itu islam.....?

Bagaimana sebuah negara atau seseorang dikategorikan islami....?

Kebanyakan ayat dan hadits menjelaskan Islam dengan menunjukkan indikasi-indikasinya...., bukan definisi.

Misalnya hadits yang menjelaskan bahwa :

“Seorang Muslim adalah orang yang disekitarnya selamat dari tangan dan lisannya”.

Itu indikator.

Atau hadits yang berbunyi :

"Keutamaan Islam seseorang..., adalah yang meninggalkan yang tak bermanfaat”.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir...., maka hormati tetangga ... hormati tamu."

"Bicara yang baik atau diam”.

Jika kita koleksi sejumlah hadits yang menjelaskan tentang islam dan iman...., maka kita akan menemukan ratusan indikator keislaman seseorang..., yang bisa juga diterapkan pada sebuah kota..., bahkan negara.

Dengan indikator-indikator di atas...., tak heran ketika Muhamad Abduh melawat ke Prancis..., akhirnya dia berkomentar :

“Saya tidak melihat Muslim di sini...., tapi merasakan (nilai-nilai) Islam...; sebaliknya di Mesir saya melihat begitu banyak Muslim...., tapi hampir tak melihat Islam”.

Pengalaman serupa dirasakan Professor Afif Muhammad..., ketika berkesempatan ke Kanada..., yang merupakan negara paling islami no 5.

Beliau heran melihat penduduk di sana..., yang tak pernah mengunci pintu rumahnya.

Saat salah seorang penduduk ditanya tentang hal ini...., mereka malah balik bertanya....: “mengapa harus dikunci....?”

Di kesempatan lain....., masih di Kanada....., seorang pimpinan ormas Islam besar pernah ketinggalan kamera di halte bis.

Setelah beberapa jam kembali ke tempat itu...., kamera masih tersimpan dengan posisi yang tak berubah.

Sungguh ironis jika kita bandingkan dengan keadaan di negeri muslim..., yang sendal jepit saja bisa hilang di rumah Allah yang Maha Melihat.

Padahal jelas-jelas kata “iman” sama akar katanya dengan aman.

Artinya...., jika semua penduduk beriman....., seharusnya bisa memberi rasa aman.

Penduduk Kanada menemukan rasa aman...., padahal (mungkin) tanpa iman.

Tetapi kita merasa tidak aman..., di tengah orang-orang yang (mengaku) beriman.

Seorang teman bercerita....: di Jerman..., seorang ibu marah kepada seorang Indonesia yang menyeberang saat lampu penyeberangan masih merah.

“Saya mendidik anak saya bertahun-tahun untuk taat aturan...., hari ini Anda menghancurkannya.
Anak saya ini melihat Anda melanggar aturan...., dan saya khawatir dia akan meniru Anda”.

Sangat kontras dengan sebuah video di Youtube..., yang menayangkan seorang bapak di Jakarta...., dengan pakaian jubah dan sorban naik motor tanpa helm.

Ketika ditangkap polisi karena melanggar...., si bapak tersebut justru malah marah dengan menyebut-nyebut bahwa dirinya habib.

Maksudnya agar Polisi melepaskan nya..., karena dia adalah orang suci (?)

Mengapa kontradiksi ini terjadi.....?

Syaikh Basuni....., seorang ulama...., pernah berkirim surat kepada Muhamad Rashid Ridha....., ulama terkemuka dari Mesir.

Suratnya berisi pertanyaan...:

"Limaadzaa taakhara muslimuuna wataqaddama ghairuhum....?"

("Mengapa muslim terbelakang dan umat yang lain maju....?")

Surat itu dijawab panjang lebar..., dan dijadikan satu buku dengan judul yang dikutip dari pertanyaan itu.

Inti dari jawaban Rasyid Ridha..: Islam mundur karena meninggalkan ajarannya...., sementara Barat maju karena meninggalkan ajarannya.

Umat Islam terbelakang..., karena meninggalkan ajaran 'iqra' (membaca) dan cinta ilmu.

Sistem pengajaran Islam menjadi dogmatis...., apa kata ustad/ulama menjadi hukum yang harus di ikuti....; tidak kritis dan mendebat ustad/ulama untuk mencari kebenaran....., karena ustadz/ulama juga manusia yang sumber kesalahan.

Akibatnya..., umat Islam sekarang cenderung anti kritik dan siap berperang...., jika ada yang kritis mempertanyakan sesuatu.

Tidak aneh dengan situasi seperti itu...., Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dalam hal tradisi membaca dan mencari ilmu.

Ajaran Islam hanya di tekankan pada hafalan dan mendengar semata...., bukan kritis dengan argumentasi serta menjadi paham.

Meninggalkan riset..., yang menjadi fondasi dasar berkembangnya IPTEK dan kemajuan peradaban.

Muslim juga meninggalkan budaya disiplin dan amanah...., sehingga tak heran negara-begara Muslim terpuruk di kategori 'low trust society'...,  yang masyarakatnya sulit dipercaya dan sulit mempercayai orang lain..., alias selalu penuh curiga.

Muslim juga meninggalkan budaya bersih yang menjadi ajaran Islam...., karena itu jangan heran jika kita melihat mobil-mobil mewah di kota-kota besar tiba-tiba melempar sampah ke jalan melalui jendela mobilnya.

Siapa yang salah....?

Mungkin yang salah yang membuat 'survey'...

Seandainya keislaman sebuah negara itu diukur dari jumlah jama’ah hajinya..., pastilah Indonesia ada di ranking pertama.

Andaikan hafalan Al Qur'an yang jadi ukuran...., Insyaa Allah negara negara Arab yang akan menempati rangking pertama.

Sayangnya...,  parameter ke Islaman bukan hanya itu.

=== Buyung Kaneka Waluya ===

WEJANGAN PAGAR NUSA

WEJANGAN PAGAR NUSA

"Tiba-tiba teringat wejangan salah satu kyai guruku sesaat sebelum Be'atan ilmu terakhir:

''Le.. Diluk ngkas wis purno ngelmu sing mbok goleki soko aku. Njok aq arep takon: Lek wis blajar kanuragan ngene iki trus arep nyapo? Opo arep gelutan saben dino?''

''Mboten yai..''

''Lha trus? Arep mbok ngge opo?''

(Aq tunduk terdiam, tak bisa berkata apa-apa)

''Hehehe.. Arep mbok ngge opo Le? Jawaben!''

''Jaga diri yai..''

''Opo uripmu tansah dikepung musuh?''

''Mboten yai..''

''Ngene yo Le.. Blajar kanuragan kuwi intine blajar Tirakat. Ben kowe
iso ngerteni yen uripmu kwi tansah dikancani sing jenenge Amaroh, lawamah, Supiyah lan Mutmainnah. Kwi wis kodrate uripe menungso. Mbok sadari yo tetep ono. Ora mbok sadari yo mesthi melu. Dadi, lek wis
mbok sadari yen lelakumu tansah bebarengan karo napsu papat kuwi, sebagai wong ahli tirakat kowe kudu iso dadi Kusire, ojo malah dadi Jarane. Kowe kudu iso matrapne kapan suwijine napsu kwi oleh metu ing wektu kang pener lan kahanan kang bener.''

''Berarti mboten diilangi sedoyo nggeh yai..? Anu, maksud kulo namung digondeli napsu Mutmainnah e thok, ngaten...''.

''Hehe.. Aku takon: seumpomo bojomu direbut uwong, kowe trimo pora? Utowo: bapakmu diidone wong wajah e, kowe ikhlas pora?''

''Nggeh mboten yai..!''

''Meneh: seumpomo kowe Luwe, njok golek sego neng pawon opo pasrah ing kahanan?''

''Nggeh pados maem, yai..."

''Trus.. Seumpomo kowe iso sekolah, pengin dadi juara pora? Pengin nyenengne atine wong tuamu pora? Utowo, mbesok yen wis kerjo, pengin duwe omah,kendaraan lan liyo-liyane ngge nyenengne anak bojomu pora kiro-kiro?''

''Nggeh pengin yai..''

''Ooo.. Tak kiro nek bojomu direbut wong banjur mbok ikhlasne. Wong tuamu diidoni wong yo mbok ikhlasne: Wetengmu luwe yo cukup ikhlas ing kahanan. Sekolah, nyambut gawe yo sak sak e, gak butuh nyenengne sopo-sopo..??''

''Hehe.. Nggeh yai?''

''Weleh.. Nggeh ngono kuwi?? Tenane...? Hahaha"

''Anu.. Mboten yai. Maksud kulo, nembe paham kulo yai. Tapi... Yg dimaksud mbenjing sing ditampi Gusti Alloh namung napsu mutmainnah e tok niku pripun yai?''

''Maksudte: yen kowe iso ngemong napsumu sing telu kuwi kanthi bener lan pener, sarto kabeh diniati netepi dawuhe gusti lan golek ridhane gusti, yo kwi kenek diarani napsu mutmainnah. Dadi, durung mesti sing diarani napsu becik kwi yen kowe wiridan karo sholat
tok lho? Kowe njotos wong sing ngrebut bojomu kuwi iso dadi ngibadah..Kowe nggepuk rampok sing gawe resahe wong akeh kwi iso diarani ngibadah lho.. Sewalik e, nek enek maling, wong2 podo rame ngoyak, gek kowe malah wudhu trus etok2 sholat, kuwi malah doso..''

''Oo.. Ngaten nggeh yai?''

''Iyo.. Yo kuwi gunane kowe diwehi ati lan pikiran nyang gusti Alloh. Ben ngerti antarane barang kang Pener lan ora pener, antarane Bener lan salah. Lan ugo diwehi perasaan ben ngerti antarane prilaku becik lan olo.
Kanuragan,, kuwi mung salah swijine ilmu katon kang dadi bonus kanggo nggenepi sangu lakumu nggoleki ilmu kasunyatan. Sing kudu mbok temeni yoiku Tirakate. Amergo kuwi kuncine ngaweruhi kabeh mau. Kuwi kuncine nggoleki ilmu kasunyatan''

"Berarti sak sampunipun di sahne mengke, kulo dereng lulus yai? Dereng saged 'wherr-wheran' konvoi teng ndalan?"

"Hahaha... Ternyata kadohan lek q ngandani Le... Jebul kelasmu sek kor sakmono... Sek suwi banget jangkamu. Yo wis, gek ndang wudhu. Gek dilekasi acarane.. Sing penting mbok eling2 wejanganku kuwi mau. Sok nek wis titi wancine,kowe bakal ngerti dewe..."

Sanad

NGAJI GUS BAHA’: TELEVISI SAJA KAMU JADIKAN SANAD, KO’ IMAM SYAFI'I TIDAK KAMU JADIKAN SANAD?

Dalam pengajiannya, GUS BAHA' menerangkan tentang ciri AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH dizaman akhir.

Ciri AHLUSSUNNAH dizaman akhir itu, dalam aqidah menganut ABU HASAN AL ASY'ARI dan menganut IMAM ABU MANSUR AL MATURIDI.

Dalam FIQIH mengikuti salah satu mazhab 4 yaitu: IMAM ABU HANIFAH, IMAM MALIK, IMAM SYAFI'I atau IMAM AHMAD bin HAMBAL. Dan dalam tasawuf mengikuti salah satu mazhab antara ABBUL QOSIM AL-JUNAIDI atau IMAM GHOZALI.

Mengapa menjadi definisi begitu? Karena, dulu firqoh di arab banyak yang menentang. “Itu pengertian apa?” NABI tidak pernah menjelaskan begitu.

Kalian jangan terjebak dengan ucapan mereka, bahwa NABI tidak pernah mengeluarkan definisi tentang ciri AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH seperti itu. Ya tentu NABI tidak akan mengatakan seperti itu, karena di zaman NABI belum ada IMAM GHOZALI, belum ada ABBUL QOSIM AL JUNAIDI.

Tapi kita percaya dengan definisi seperti itu. Mengapa? Karena kita percaya bahwa ASWAJA itu, orang yang seperti di katakana NABI:

“MA ANA ALAIHIL YAUMA WA ASHABI”
Yaitu “Orang yang mengikuti perilaku saya dan mengikuti para sahabat saya.”

Itu teks yang disampaikan NABI. Lalu kenapa kita harus menyebut nama imam-imam kita dan sanad kita? Karena kalau kita tidak menyebut sanad, akan muncul pertanyaan.

“Kamu ko bisa tahu SHAHABAT melakukan itu kata siapa?” jawabnya “Kata guru saya.” Kita kan tidak bisa langsung mengatakan “kata NABI

Kata NABI itu yang meriwayatkan siapa? Contoh IMAM BUKHORI. IMAM BUKHORI itu siapa? Beliau itu muridnya IMAM SYAFI'I. Karena IMAM BUKHORI itu periodenya setelah IMAM SYAFI'I. Saya hafal sanadnya IMAM BUKHORI sampai ke RASULULLAH SAW. Dan saya (GUS BAHA'-red) punya sanad sampai IMAM BUKHORI.

Misalkan kalian ditanya, “kamu tahu AMERIKA?”

Terus kamu jawab “Tahu.”

“Ko bisa tahu AMERIKA?

Dan kamu jawab “lihat di TV.”

Televisi saja kamu jadikan sanad kok IMAM SYAFI'I tidak kamu jadikan sanad.

Misalkan lagi. “Kamu ko tahu kalau ketua DPR tersangka?”

“Kata TV”.

Sanadmu dari mana?

“Kan dari TV.”

Dan misal kamu bilang “Tahu sendiri” itu tidak mungkin, kan tidak mungkin kamu tahu sendiri ketika ada sidang di KPK.

Contoh lagi, misalkan kamu ditanya suatu hal, terus kamu jawab “NABI itu berkata gini, jadi tak perlu ULAMA, harus ke NABI saja langsung. Lha kamu ko tahu kalau NABI bilang seperti itu kata siapa?. Apa kamu mau jawab lewat mimpi? Akhirnya mau tidak mau kamu harus menyebutkan guru.

Makanya ada tradisi menyebut SANAD, atau disebut juga menyebut ULAMA. Tapi orang-orang sekarang juga kadang bodoh. Ada orang yang bilang nggak usah lewat ULAMA, yang penting langsung ke NABI. Ulama bisa salah, kalau NABI kan tidak bisa salah.

Lha kamu itu ko bisa bilang kalau NABI tidak bisa salah kata siapa? Jawabmu pasti “kata ULAMA atau kata guru.” Padahal katanya tidak percaya ULAMA?

Makanya kalau bodoh jangan kebangetan. Apalagi sudah bodoh ngajak-ngajak lagi. Dan saya juga heran dengan orang model seperti itu. Bodoh kok bisa seperti itu sanadnya gimana.

Itulah mengapa, masyur di dalam ilmu THARIQAH dan ilmu HAKIKAT pepatah yang bilang begini:

“Laula Murobbi Lamma arofna robbi, wa laulal ulama lamma arofnal ambiya”

“Umpama tidak ada yang mendidikku tentu kita tidak tahu TUHAN ku itu siapa, Dan umpama tidak ada ulama tentu kita tidak tahu para NABI"

Kita mengetahui TUHAN karena ada yang mengajari. Kamu tidak mungkin bisa mengetahui TUHAN secara langsung. Tapi diajari guru, bahwa ALLAH itu WUJUD, QIDAM BAQA dan seterusnya. Anehnya kadang dikenalkan oleh gurunya terus lama-lama sombong, malah membantah gurunya. Tapi itu sekedar sombong saja, hakikatnya tetap saja mengetahui ALLAH itu lewat guru.

Misalnya lagi kamu tahu NABI lewat saya. Saya itu muridnya KYAI MAIMOEN, KYAI MAIMOEN muridnya KYAI ZUBAIR, KYAI ZUBAIR muridnya KYAI FAQIH MASKUMAMBANG, KYAI FAQIH muridnya KYAI MAHFUDH TREMAS, KYAI MAHFUDH itu murid SAYYID ABU BAKAR SATHO' yang mengarang kitab I'ANATUT THOLIBIN, beliau muridnya Sayyid Zaini Dahlan, muridnya SYECH USTMAN ADDIMYATI terus sampai ke IMAM SYAFI'I. Nah IMAM SYAFI'I muridnya IMAM MALIK yang punya guru IBNU SIHAB AZZUHRI punya guru IMAM NAFI' punya guru ABDULLAH bin UMAR yang bertemu RASULULLAH SAW.

Kamu harus hafal sanad, kalau tidak hafal ya nitip saja tidak apa-apa. Pokoknya, kata GUS BAHA', begitu saja. Lah iya gampang saja kan lebih gampang sudah ada yang ahli. Tanya saja selesai.

Kemudian agar klaim tentang NABI tidak bias, maka buatlah kriteria siapa sanadnya yang paling akurat tentang tauhid. Kita menyebut ABU HASAN AL ASY'ARI dan ABU MANSUR AL MATURIDI. Siapa yang paling akurat dalam sanad ILMU TASAWUF. Kita menyebut ABBUL QOSIM AL-JUNAIDI dan IMAM GHOZALI. Siapa yang paling akurat dalam SANAD FIQIH. Kita menyebut ABU HANIFAH, IMAM MALIK, IMAM SYAFI'I dan IMAM IBNU HAMBAL, ini sesuai periode.

Karena IMAM SYAFI'I itu lahir ketika hari wafatnya ABU HANIFAH. Yang jelas tahunnya sama. Sehingga kita harus nyebut ABU HANIFAH dulu karena lebih senior. Wallahu’alam Bisshawab.

ArifRahmanHakim/PeciHitamOrg
#SantriMbelinxs
#NahdhotulUlama
#MuhibbinGusBahaJogja
#AhlusSunnahWalJamaahAnNahdhiyyah

Minggu, 29 September 2019

MERDUNYA SHOLAWAT ROUHI FIDAK || روحي فداك || LIRIK + ARTINYA

Eling-Eling Gamelan Dadali Moscow

Minggu, 15 September 2019

Qoshidah Aghitsna Ya Rasulallah (Tolonglah kami wahai Rasulullah)

Qoshidah Aghitsna Ya Rasulallah (Tolonglah kami wahai Rasulullah)


الله الله أغثنا يا رسول الله


Allâh Allâh aghitsnâ yâ Rosûlallâh


يا عظيم الجاه عليك صلوات الله


Yâ ‘adhîmal jâh ‘alaika sholawâtullâh


عبد بالباب يرتجي لثم الأعتاب


‘Abdun bil bâbi yartajî latsmal a’tâb


جد بالجواب مرحبا قد قبلناه


Jud bil jawâb marhabân qod qobbalnâh


أنت المعروف بالجود مقری الضيوف


Antal ma’rûf bil jûdi muqrîdl-dluyûf


إنی ملهوف أغثنی بحق الله


Innî malhûf aghitsnî bihaqqillâh


أنت الحبيب الأعظم سر المجيب


Antal habîbul a’dhom sirrul mujîb


حاشا يخيب من لاذ برسول الله


Hâsyâ yakhîb man lâdza birosûlillâh


داو قلبي وامنحه سر القرب


Dâwi qolbî wamnah-Hu sirrol qurbi


واجل گربی والحقنی بأهل الله


Wajlu karbî wal hiqnî bi ahlillâh


شوقی إليك دائما روحی لديك


Syauqî ilaika dâ-imân rûhî ladaika


لثما عليك يرتجي عبد أواب


Latsmân ‘alaik yartajî ‘abdun awwâb


صاحب الحضرة أکرمنا منك بنظرة


Shôhibal hadlroh akrimnâ minka binadhroh


ياابا الزهراء والقاسم وعبد الله


Yâ Abâz-Zahrô’ wal Qôsim wa ‘Abdillâh


طير القمر قم غرد مع الفجر


Thoirul qomar qum ghorrid ma’al fajri


واغنم اجري واستنجد برسول الله


Waghnam ajrî wastanjid birosûlillâh


أنت الحبيب بذکرك قلبي يطيب


Antal habîb bidzikrik qolbî yathîb


حاشا يخيب من لاذ برسول الله


Hâsyâ yakhîb man lâdza birosûlillâh


أنت المختار بمدحك تجلی الأکدار


Antal mukhtâr bimad-hik tajallâl akdâr


Jumat, 13 September 2019

Kawan dan musuh

Apabila ada orang yang menghina kita, maka jadikan orang itu guru kita. karena guru kita ada dua, pertama guru yang sebenarnya, dan yang kedua adalah musuh.

musuh itu biasanya habis habisan membuka aib kita. Dengan terbukanya aib kita, kita jadi bisa memperbaiki diri. kalau teman biasanya jarang menyebut kekurangan kita, sedangkan musuh biasanya habis habisan membuka aib kiita.

- K.H. Zaini bin Abdul Ghani

Ojok Kesuwen

KATAK DAN AIR MENDIDIH

Tempatkan Katak ke dalam panci di atas kompor, isi dengan air dan mulai panaskan air.

Saat suhu air mulai meningkat, Katak menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu air. Katak terus menyesuaikan suhu tubuhnya dengan meningkatnya suhu air. Hanya ketika air akan mencapai titik didih, Katak tidak dapat menyesuaikan lagi. Pada titik ini, Katak memutuskan untuk melompat keluar.

Katak mencoba untuk melompat, tetapi tidak dapat melakukannya, karena telah kehilangan semua kekuatannya saat menyesuaikan diri dengan suhu air yang terus meningkat. Akhirnya Katak mati.

Apa yang membunuh katak?

Pikirkanlah!

Saya tahu banyak dari kita akan mengatakan air mendidih. Tapi sesungguhnya yang membunuh Katak adalah ketidakmampuan dirinya untuk memutuskan kapan harus MELOMPAT keluar.

Demikian juga dengan kondisi kita sekarang...
Ketika kita harus MELOMPAT dari zona nyaman kita
Jangan menunggu nasibmu berobah
Tapi berusahalah mencari peluang agar nasibmu berubah.
Jangan menyerah dengan takdir, kenapa saya miskin, kenapa saya susah, kapan saya sukses, kapan saya berhasil

Jangan meratapi nasib dengan pertanyaan diatas, berhentilah menyesuaikan diri

Mulailah MELOMPAT mencari dan mencoba sesuatu yang baru, jangan pernah takut untuk mencoba

Lebih baik gagal karna mencoba, dari pada mati karna menunggu

Semangat!!

Pakai kacamata Allah

GUS DUR & MATA ALLAH

TANPA didampingi siapa pun, Gus Dur dan aku bertemu di warung nasi depan kampusku. Pakaian batik dan sarung membungkus tubuhnya, peci yang miring serta kacamata tebalnya melengkapi kediriannya. Dialog yang bagiku aneh pun terjadi. Aneh karena perbincangan kami kesana kemari, tak jelas arahnya.

Gus Dur :
"Sebenar apa pun tingkahmu, sebaik apapun prilaku hidupmu, kebencian dari manusia itu pasti ada. Jadi jangan terlalu diambil pusing. Terus saja jalan.!"

Mughni :
"Iya, Gus. Tapi.."

Gus Dur :
"Bagaimana tidak repot, hidupmu terlalu banyak 'tapi'.!"

Mughni :
"Hehehehe.."

Gus Dur :
"Apa kamu kenal Wa Totoh? Maksud saya KH. Totoh Ghozali."

Mughni :
"Disebut kenal ya tidak, tapi saya sering mendengar ceramah-ceramahnya di Radio."

Gus Dur :
"Belajarlah kamu kepadanya, bagaimana memurnikan tauhid masyarakat. Dia menggunakan bahasa lokal sebagai senjatanya, memakai humor cerdas tanpa hina dan caci."

Mughni :
"Baik, Gus, kalau itu perintah Panjenengan."

Gus Dur :
"Ini bukan perintah, ini memang sesuatu yang seharusnya kamu lakukan sebagai Da'I."

Mughni :
"Laksanakan."

Gus Dur :
"Kamu suka menulis?"

Mughni :
"Tidak, Gus, tulisan saya buruk sekali. Saya coba menulis puisi atau cerita pendek, tapi benar-benar buruk hasilnya."

Gus Dur :
"Rupanya kamu belum pernah dilukai seorang wanita, makanya tulisan kamu tidak bagus."

Mughni :
"Lha, Panjenengan tau darimana kalau saya belum pernah dilukai wanita?"

Gus Dur :
"Ya itu tadi, karya sastramu buruk sekali."

Mughni :
"Hmmmmm.."

Gus Dur :
"Kamu pernah pesantren?"

Mughni :
"Pernah, Gus."

Gus Dur :
"Dimana?"

Mughni :
"Di Al-Falah sama di Al-Musaddadiyah."

Gus Dur :
"Rupanya kamu Santri Kyai Syahid sama Kyai Musaddad."

Mughni :
"Iya."

Gus Dur :
"Saya juga sering bersilaturahmi ke beliau-beliau itu. Mereka salah satu penjaga Islam Ahlussunnah wal Jama'ah."

Mughni :
"Ketika jadi Santri, saya nakal sekali. Saya merasa malu kepada beliau-beliau itu, Gus."

Gus Dur :
"Saya beritahu kamu, kebaikan seorang Santri tidak dilihat ketika dia berada di Pondok,  melainkan setelah dia menjadi alumni. Kamu tinggal buktikan hari ini, bahwa kamu adalah santri yang baik."

Mughni :
"Terima kasih, Gus."

Gus Dur :
"Dunia tanpa pesantren, bagi saya adalah siksa. Bersyukurlah karena kamu pernah menjadi bagian di dalamnya."

Mughni :
"Iya, Gus."

Gus Dur :
"Kamu mau tau rahasia hidup saya dalam memandang segala sesuatunya?"

Mughni :
"Tentu, Gus, saya ingin tau rahasia panjenengan."

Gus Dur :
"Dalam memandang segala sesuatu, gunakanlah 'mata' Allah."

Mughni :
"Waduh. Bagaimana contohnya?"

Gus Dur :
"Contohnya begini. Ketika saya didatangi banyak orang yang meminta perlindungan, apakah orang itu benar atau salah, saya terima semuanya dengan lapang dada. Karena apa? Saya selalu yakin, Allah lah yang menggerakan hati mereka untuk datang kepada saya. Jika saya tolak karena mereka bersalah, itu sama saja saya menolak kehendak Allah. Perlindungan saya kepada orang-orang yang disudutkan karena kesalahannya itu, bukanlah bentuk bahwa saya melindungi kesalahannya, tapi saya melindungi kemanusiaannya."

Mughni :
"Duh.."

Gus Dur :
"Lebih jauhnya begini. Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca al-Qur'an, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi al-Qur'an. Jika kamu memusuhi orang yang berbeda Agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi Agama. Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, tapi moral. Pertuhankanlah Allah, bukan yang lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk. Karena begitulah Allah."

Mughni :
"Ya Allah.."

(Haul Gus Dur yang ke-6)

.
.
Dicuplik dari tausiyah Guru Niam Muiz.

di Ngaji NU & Sejarah Ulama